melayani dengan ramah dan tanpa ada stigma dan diskriminasi bagi ODHA dan korban narkoba
6. Banyak ODHA yang masih belum dapat di terima di keluarga ataupun di
lingkungan mereka tinggal sehingga perlu adanya rumah singgah sementara bagi ODHA baik yang sedang melakukan rawat jalan khususnya dari luar kota
ataupun yang sedang mendapat stigma dan diskriminasi baik di keluarga ataupun di lingkungan.
B. Program Jangka Pendek
1. Masih banyak Penyalahguna Narkoba dan ODHA ataupun OHIDHA yang
belum dapat sepenuhnya dapat menerima status HIV nya sehingga perlu adanya konseling sebaya agar dapat saling menguatkan dan dapat memberikan
dukungan serta support bagi ODHA. 2.
Medan Plus berupaya membantu ODHA baru yang mengetahui status HIVnya dan ODHA lama yang ingin mendapatkan dukungan pendampingan terkait
HIV AIDS dapat di dampingi oleh para pendamping dari Medan Plus yang ada di beberapa Rumah sakit yang ada di Kotakabupaten yang sudah berdiri
kelompok dukungan Sebayanya. 3.
Berkontribusi untuk menciptakan lingkungan kondusif bagi ODHA dengan cra sosialisasi di kelurahankecamatan untuk mengurangi stigma dan diskriminasi
terhadap ODHA di masyarakat
C. Proses Pemecahan Masalah
Dalam menjalankan rehabilitasi , lembaga memiliki pilihan pelayanan kepada klien, yaitu rawat ina dan rawat jalan :
Universitas Sumatera Utara
1. Rawat Inap
Program ini di desain berdasarkan kebutuhan klien dengan jangka waktu yang di sesuaikan dengan metode yang di terapkan oleh masing-masing fasilitas
rehabilitasi. Jika menggunakan metode Teuropatic community TC jangka waktu yang di perlukan selama 6 bulan rawat inap sedangkan metode Narcotic
Anonymus NA atau dapat juga disebut dengan Pemulihan Adiksi Berbasis
Masyarakat PABM hanya selama 2 bulan rawat inap , klien menjalani berbagai macam kegiatan terapi, antara lain Morning Meeting , Seminar dua kali setiap
hari, konseling individu, konseling sebaya, aktifitas Vokasional, Function, , aktivitas rohani dan kegiatan teraupetik lainnya.
2. Rawat Jalan
Program ini juga dapat menjadi program lanjutan dari rawat inap intensif. Program ini di desain dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan primer.
Program dilakukan melalui beragam program detoksifikasi, terapi medis, holestik, tusuk jari, dan obat herbal, sesi individu konseling, kelompok hingga
bersama pasangan atau keluarga, kelompok bantu diri, kegiatan olahraga dan kegiatan lainnya.
Program yang di desain khususnya untuk masalah gangguan zat yang masih dalam taraf menengah atau belum mengalami kebutuhan adiksi.
4.1.14 Prosedur Penerimaan Klien
1. Calon Rehabilitasi diantar langsung oleh orang tuawali;
2. Rujukan dari Dinas Sosial ProvinsiKabKota;
Universitas Sumatera Utara
3. Rujukan dari pengadilan yng memutuskan mengikuti program rehabilitasi
sosial; 4.
Rujukan dari IPWL Institusi Penerima Wajib Lapor berdasarkan hasil assesment yang bersangkutan harus direhabilitasi sosial.
4.1.15 Syarat Penerimaan
1. Korban Penyalahgunaan NAPZA;
2. Laki-laki berumur 14-35 tahun;
3. Menyerahkan foto copy KK yang masih berlaku;
4. Menyerahkan fotocopy KTP yang masih berlaku;
5. Menyerahkan fotocopy KTP istri bagi yang sudah menikah;
6. Menyerahkan fotocopy orang tua;
7. Menyerahkan fotocopy ijazah pendidikan terakhir;
8. Menyerahkan fotocopy akte kelahiran;
9. Menyerahkan surat keterangan domisili dari lurahkepala desa tempat
bersangkutan tinggal; 10.
Mengisi formulir pendaftaran, surat permohonan , dan pernyataan; 11.
Menyerahkan keteranganrekomendasi dari Dinas Sosial; 12.
Menyerahkan surat izinrekomendasi rehabilitasi sosial atasan langsung bagi PNSTNIPOLRI dan Swasta;
13. Calon penerima ,anfaat rujukan dari pengadilan harus dibuktikan dengan
surat keputusan pengadilan untuk mendapatkan rehabilitasi sosial; 14.
Menyerahkan pas foto 3x4 berwarna, latar biru sebanyak 6 lembar; 15.
Semua Persyaratan dimasukkan kedalam map warna biru; 16.
Sanggup dan bersedia menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
4.1.16 Mengidentifikasi Masalah yang Ditangani
Dalam rangka pengkajian atau identifikasi masalah, Medan Plus melakukan kegiatan pendekatan terhadap klien yang merupakan bentuk kegiatan
yang mengawali keseluruhan proses rehabilitasi sosial melalui penyampaian informasi program rehabilitasi sosial untuk mendapatkan data awal korban
penyalahgunaan narkotika sesuai dengan syarat yang telah ditentukan.
4.1.17 Perencanaan dan Tahap-tahap Pelayanan klien
A. Assesment
Tahap pengungkapan dan pemahaman masalah merupakan serangkai keseluruhan proses untuk menelaah kasus atau masalah yang dialami korban serta
potensi sumber-sumber yang dimiliki serta diterima saat menjadi penerima manfaat.
B. Treatment
Treatment dapat dilakukan melalui : 1.
Upaya pengobatan medisdetoks 2.
Penggunaan obat-obatan herbal 3.
Pemulihan non medis alternatif, upaya urut totok saraf. Holestik dan bantuan ahli supranatural
4. Bimbingan fisik dan kesehatan yang bertujuan untuk mengembalikan
kepedeulian kepulihan fisik dan menjaga pola hidup sehat bagi klien
Universitas Sumatera Utara
5. Bimbingan mental spiritual, yang bertujuan untuk memahami,
mengembangkan dan meningkatkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan norma yang ada di masyarakat
6. Bimbingan sosial menerapkan program dengan menggunakan metode
theraputic community TC dan Narcotics Anonymus NA yang bertujuan sebagai sarana atau media untuk menumbuhkan dan meningkatkan kapasitas
psikososial manfaat eks korban penyalahguna narkotika untuk pencapaian perubahan dan pemulihan
7. Bimbingan keterampilan yang dikembangkan.
C. ResosialisasiReintegrasi
Program ini dilakukan untuk menyiapkan klien, keluarga, untuk direhabilitasi dari lingkungan sosial dimana ia tinggal. Hal ini dilakukan untuk
menumbuhkan kemauan dan kemampuan keluargalingkungan untuk menerima eks korban Narkotika. Diharapkan klien dapat berintegrasi ditengah kehidupan
keluargalingkungan masyarakat setelah mendapatkan rehabilitasi sosial dan mencegah kekambuhanrelapse.
D. Terminasi
Merupakan kegiatan berakhirnya pemberian pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada penyalahgunaan Narkotika untuk kembali ke masyarakat dengan
mempersiapkan keterampilan pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
E. Pembinaan Lebih lanjut
Merupakan tahap untuk memelihara dan memantapkan kondisi kepedulian eks rehabiliasi dari ketergantungan terhadap Narkotika setelah selesai menjalani
pelayanan rehabilitasi sosial di panti. F.
Monitoring dan Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan kondisi eks rehabilitasi setelah selesai melaksanakan program rehabilitasi sosial, serta untuk mengetahui
sejauh mana eks rehabilitasi tersebut dapat melaksanakan tugas dan fungsi sosialnya dalam masyarakat.
4.2 Gambaran Umum PSPP “Insyaf” Sumatera Utara
4.2.1 Sejarah Berdirinya
Pertengahan tahun 1970 dilaksanakan rapat koordinasi pemda Tk. I Sumatera Utara, salah satu hasil rapat tersebut untuk mendirikan Panti Sosial bagi
Anak Nakal dan Korban Narkotika. Untuk mewujudkan impian tersebut, pihak Kepolisian Sumatera
Utara menyediakan sebidang tanah 8.960 m 128x70 m di jalan Pancing Medan, sedangkan dana pembangunan berasal dari kanwil Depsos
Provinsi Sumatera Utara tahun anggaran 1976. Seiring dengan meningkat dan meluasnya korban penyalahgunaan NAPZA dari tahun ke tahun dengan
dimensi yang sangat beragam seingga membutuhkanpenanganan secara menyeluruh dan utuh. Lokasi PSPP
“Insyaf” Medan saat ini tidak memungkinkan
Universitas Sumatera Utara
sebagai Panti Rehabilitasi Sosial korban Penyalahgunaan NAPZA karena berada di pusat kota.
Untuk mendapatkan solusi atas permasalahan di atas dilakukan rapat koordinasi antara Departemen Sosial RI dan Pemerinta Provinsi Sumatera
Utara tahun 2006 tentang pemindahan lokasi PSPP “Insyaf” Medan ke Desa
LauBakeri Kecamatan Kutalimbaru-Deli Serdang. Panti Sosial Pamrdi Putra PSPP “Insyaf”merupakan Unit Pelaksana
Teknis UPT Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA yang didirikan pada thun 1977, yang kemudian resmi beroperasi pada tahun 1979.
Pada mulanya panti ini bernama Panti Rehabilitasi Sosial Anak Nakal dan Korban Narkotika PRS ANKN. Pada tahun 1994 kemudian berubah namanya menjadi
Panti Sosial Pamardi Putra “Insyah” dengan dikeluarkannya surat keputusan Direktorat Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial Depsos RI nomor 06KEPIV1994.
Tanggal 26 April 1994. Pada awal pendiriannya hingga tahun 2008 PSPP “ Insyaf “ beralamat di
Jl. Willem Iskandar No.377 Medan. Dalam keputusan Menteri Sosial No. 09HUK2008 tanggal 23 januari 2008, dilakukan pemindahan lokasi PSPP
“Insyaf” ke Desa Lau Bakeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang. Hal ini dilakukan untuk menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif dalam
proses rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Visi dan Misi Lembaga
1. Visi Sebagai sebuah organisasi yang memberikan pelayanan rehabilitasi sosial
bagi korban penyalahgunaan narkoba. PSPP “ Insyaf “ Sumatera Utara memiliki visi memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional.
2. Misi Untuk mencapai visi sebagaimana yang tersebut
diatas PSPP “ Insyaf “ Sumatera Utara memiliki Misi sebagai berikut :
a. Menetapkan standarisasi pelayanan dan rehabilitasi sosial korban
penyalahgunaan Narkoba. b.
Legislasi pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan Narkoba. c.
Mengembangkan alternatif intervensi di bidang pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkoba.
d. Meningkatkan kemampuan dan kompetensi pekerja sosial.
e. Membangun jaringan.
4.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga
Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial RI Nomor : 106HUK2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di lingkungan Departemen Sosial.
Menyebutkan PSPP “ Insyaf “ Sumatera Utara merupakan Unit Pelaksana Teknis yang memiliki tugas :
Universitas Sumatera Utara
1. Memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif,
rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, fisik, mental, sosial, keterampilan.
2. Resosialisasi bimbingan lanjut bagi eks korban narkotika dan program
prikotropika sindroma ketergantungan agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan.
Mengacu pada peraturan diatas, dalam pelaksanaan tugas dimaksud, panti sosial atau yang disebut dengan pusat rehabilitasi mempunyai fungsi :
1. Pelaksanakan penyusunan rencana program, evaluasi dan laporan.
2. Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, diagnosa sosial dan perawatan.
3. Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi yang meliputi bimbingan mental,
sosial, fisik dan keterampilan. 4.
Pelaksanaan resosialisasi, penyaluran, dan bimbingan lanjut. 5.
Pelaksanaan memberikan informasi dan advokasi. 6.
Pelaksanaan pengkajian dan peniapan standart pelayanan dan rehabilitasi sosial.
7. Pelaksanaan urusan tata usaha.
4.2.4 Tujuan
Korban Penyalahgunaan Napza dapat melaksanakan fungsi sosialnya meliputi kemampuan dalam melaksanakan peran, memenuhi kebutuhan,
memecahkan masalah yang dihadapi, dan aktualisasi diri.
Universitas Sumatera Utara
4.2.5 Status
Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara merupakan rujukan regional dengan jangkauan pelayanan Daerah KabupatenKota pada wilayah
Sumatera dan Kalimantan Barat
4.2.6 Fasilitas Lembaga
Luas tanah 46.962 M
2
, luas bangunan 8.103 M
2
, yang terdiri dari kantor, Aula, Ruang Pendidikan, Gedung Olahraga, Ruang Keterampilan, Ruang
Perpustakaan, Ruang Assesment, Ruang Data dan Informasi, Ruang Konseling, Asrama, Poliklinik, Showroom, Masjid, Kendaraan Dinas, Akses Internet,
Lapangan Volley, Lapangan Bulu Tangkis, Tenis dsb.
4.2.7 Fasilitas Pelayanan
1. Selama berada di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara,
penerima manfaat mendapat fasilitas : Konsumsi, Pakaian Olahraga, Sepatu dan pakaian praktek keterampilan, pakaian seragam batik, perlengkapan
belajar, perlengkapan mandi dan bantuan stimulan. 2.
Penerima manfaat yang telah selesai mengikuti program rehabilitasi dan telah memiliki usaha, akan diajukan untuk mendapat bantuan usaha ekonomi
produktif dari Kementerian Sosial secara langsung. Dana tersebut digunakan untuk penambahan peralatan sesuai jenis usahanya.
Universitas Sumatera Utara
4.2.8 Prosedur dan Syarat Penerimaan Klien A. Prosedur Penerimaan