Kurva Histerisis TINJAUAN PUSTAKA

2.4.4 Medan Anisotropi

Medan anisotropi merupakan nilai instrinsik yang sangat penting dari magnet permanen. Nilai ini dapat didefinisikan sebagai koersivitas maksimum yang menunjukkan besar medan magnet luar yang diberikan dengan arah berlawanan untuk menghilangkan medan magnet permanen. Anisotropi salah satu metode dalam pembuatan magnet, dimana hal ini dilakukan untuk menyerahkan domain daripada magnet tersebut. Dalam proses pembentukan magnet dengan anisotropi dilakukan dalam medan magnet sehingga partikel-partikel pada magnet terorientasi dan umunya dilakukan dengan cara basah [Allan, 2014].

2.5. Kurva Histerisis

Karakteristik suatu material feromagnetik dapat dilihat dari bentuk kurva histerisis yang menggambarkan hubungan antara medan magnet luar, induksi magnet, dan magnetisasi dengan persamaan: B = µ o H + M 2.1 Dimana B adalah induksi magnet Tesla, medan magnet luar H Am, magnetisasi M Wb.mkg, dan µ o permeabilitas ruang hampa. Polaritas magnet J dapat dihitung dengan menggunakan rumus: J = µ o M 2.2 Dengan J merupakan polaritas dalam satuan Tesla, maka persamaan 2.1 dapat ditulis menjadi: B = µ o H + J 2.3 Perlu diperhatikan bahwa polaritas magnet J dari bahan feromagnetik tidak selalu berbanding lurus terhadap pengaruh medan magnet luar. Material mula- mula belum termagnetisasi, sehingga dimulai dari titik asal dan kemudian bertambah kekuatan medan magnet setelah dimagnetisasi. Dari keadaan saturasi, saat medan magnet luar, H direduksi menjadi nol, ternyata kurva tidak kembali seperti semula, tetapi memiliki fluks magnet sisa. Fluks magnet yang tersisa saat H = 0 ini disebut remanen. Pada keadaan ini, sebagian momen-momen magnet tidak kembali keorientasi sebelum diberi medan magnet luar H, sehingga material termagnetisasi sebagian. Proses dilanjutkan dengan membalik arah medan magnet luar, dan terus ditambah sehingga dicapai Universitas Sumatera Utara nilai fluks magnet B menjadi nol. Nilai medan magnet arah balik, H pada saat B = 0 disebut koersivitas. Pada keadaan ini, orientasi seluruh momen magnet kembali acak. Medan arah balik kemudian direduksi menuju nol dan dicapai nilai remanen arah balik -H r . Proses dilanjutkan dengan medan luar positif sehingga dicapai nilai koersivitas positif H c dan terus menuju titik magnetisasi saturasi. Kurva histerisis antara B dan H biasanya disebut kurva histerisis normal Gambar 2.4, sedangkan kurva histerisis antara M dan H atau antara J =µ o M dan H disebut dengan kurva histerisis intrinsik. Gambar 2.4 Kurva Histerisis [Ismail, 2013] Nilai M tidaklah berbanding lurus dengan intensitas magnet H, hal ini tampak dari kenyataan bahwa harga suseptibilitas magnet m bergantung dari harga intensitas magnet H. Dari kurva dapat dilihat bahwa hubungan B dan H tidak linier. Pada gambar 2.4 tampak bahwa setelah mencapai nol harga intensitas magnet H dibuat negatif, kurva B-H akan memotong sumbu pada harga H c. Intensitas H c inilah yang diperlukan untuk membuat rapat fluks B =0 atau menghilangkan fluks dalam bahan. Selanjutnya bila harga fluks diperbesar pada harga negatif sampai mencapai saturasi dan terus diperbesar pada harga H positif hingga saturasi kembali, maka kurva B-H atau histerisis akan membentuk satu lintasan tertutup [Ismail, 2013].

2.6. Metode Metalurgi Serbuk