Magnet Keramik TINJAUAN PUSTAKA

2.1.4 Anti-feromagnetik

Gabungan momen magnetik antara atom-atom atau ion-ion yang berdekatan dalam suatu golongan bahan tertentu menghasilkan persejajaran antiparalel. Gejala ini disebut anti-feromagnetik, sifat tersebut antara lain terdapat pada MnO. Bahan keramik yang bersifat ionik yang memiliki ion-ion Mn 2+ dan O 2- . Momen magnetik netto tidak ada yang dihasilkan oleh ion O 2- , hal ini disebabkan karena adanya aksi saling menghilangkan pada kedua momen spin orbital. Ion Mn 2+ memiliki momen magnetik netto, terutama berasal dari gerak spin. Ion-ion Mn 2+ ini tersusun dalam struktur kristal sedemikian rupa sehingga momen dari ion yang berdekatan adalah antiparallel [Hadi, 2010].

2.2 Magnet Keramik

Magnet keramik adalah bahan yang tersusun dari senyawa anorganik bukan logam yang pengolahannya melalui perlakuan dengan temperatur tinggi. Kegunaannya ialah dalam bidang kelistrikan, elektronika, mekanik dengan memanfaatkan magnet keramik sebagai magnet permanen, dimana material ini dapat menghasilkan medan magnet tanpa adanya arus listrik yang mengalir dalam kumparan. Disamping itu, magnet permanen juga dapat memberikan medan yang konstan tanpa mengeluarkan daya kontinyu. Pada umumnya dibagi menjadi tiga jenis: 1. Ferit lunak, mempunyai formula MFe 2 O 4 , dimana M = Cu, Zn, Ni, Co, Fe, Mn, dan Mg, dengan struktur kristal seperti mineral spinel. Sifat bahan ini mempunyai permeabilitas, hambatan jenis tinggi dan koersivitasnya rendah. 2. Ferit keras, adalah turunan dari struktur magneto plumbit yang dapat ditulis sebagai MFe 12 O 19 , dimana M = Ba, Sr, Pb. Bahan ini mempunyai gaya koersivitas dan remanen yang tinggi dan mempunyai struktur kristal haksagonal dengan momen –momen magnetik yang sejajar dengan sumbu c. 3. Ferrit berstruktur Garnet, mempunyai magnetisasi spontan yang bergantung pada temperatur. Strukturnya sangat rumit, berbentuk kubik dengan sel satuan tidak kurang dari 6 atom. Universitas Sumatera Utara Magnet keramik yang nerupakan magnet permanen mempunyai struktur hexagonal close-packed HCP. Dalam hal ini bahan yang sering digunakan adalah Barium Ferrite BaO.6Fe 2 O 3 , dapat juga barium digantikan bahan yang menyerupai segolongan dengannya, yaitu seperti Strontium [Allan, 2014]. Remanensi B r menentukan fluks densitas yang tersisa setelah pergeseran medan magnet dan hal itu merupakan besaran dari kekuatan magnet. Koersivitas H CB adalah besaran dari resistansi magnet terhadap medan demagnetisasi. Kinerja magnet biasanya ditentukan oleh energi produknya BH max , diartikan sebagai hasil kali dari fluks densitas B dan koersivitas H. Jika loop histeresis untuk bahan magnetik tertentu yang telah dibuat diukur, maka energi produk dari magnet tersebut dapat diperoleh dengan mudah [Buschow, 2004].

2.3 Sampel Penelitian