penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu 60,52 dan jumlah peserta KB baru mengalami peningkatan yaitu sebesar 14,87 Profil Kabupaten
Simalungun, 2011.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana implementasi kebijakan Jampersal dalampencapaian
cakupan kunjungan Antenatal dan pencapaiancakupan peserta KB paska persalinan di Puskesmas Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun tahun 2013.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi kebijakan Program Jampersal dalampencapaian cakupan kunjungan Antenataldan
pencapaiancakupan peserta KB paska persalinan di Puskesmas Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun tahun 2013.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kecamatan Panei, Puskesmas
Kecamatan Panei, dan pihak lainnya yang terkait dengan pelaksanaan Program Jampersal.
2. Bagi peneliti, dapat menjadi wahana pembanding antara teori yang didapat di
bangku perkuliahan dengan aplikasinya di lapangan, khususnya tentang implementasi kebijakan Program Jampersal danpencapaian cakupan
Universitas Sumatera Utara
kunjungan Antenatal serta cakupan peserta KB paska persalinan di Puskesmas Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun.
3. Sebagai referensi bagi peneliti-peneliti lain dalam mengkaji masalah
penelitian lembaga pendidikan di masa yang akan datang. 4.
Untuk memberikan masukan yang diharapkan dapat digunakan untuk memperbaiki kebijakan dalam meningkatkan kinerja program dan peran serta
keluarga dan masyarakat dalam menurunkan AKI.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kebijakan Policy
2.1.1. Pengertian
Kebijakan policy adalah sejumlah keputusan yang dibuat oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang kebijakan tertentu.Kebijakan sering diartikan
sebagai sejumlah keputusan yang dibuat oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang kebijakan tertentu, bidang kesehatan, lingkungan, pendidikan atau
perdagangan. Orang ‐orang yang menyusun kebijakan disebut dengan pembuat
kebijakan. Kebijakan dapat disusun di semua tingkatanpemerintah pusat atau daerah, perusahan multinasional atau daerah, sekolah atau rumah sakit. Orang
‐orang ini kadang disebut pula sebagai elit kebijakan yaitu satu kelompok khusus dari para
pembuat kebijakan yang berkedudukan tinggi dalam suatu organisasi dan sering memiliki hubungan istimewa dengan para petinggi dari organisasi yang sama atau
berbeda. Misalnya elit kebijakan di pemerintahan dapat beranggotakan para menteri dalam kabinet, yang semuanya dapat berhubungan dan bertemu dengan para petinggi
perusahaan multi nasional atau badan internasional, seperti Organisasi Kesehatan Dunia WHO Buse, 2009.
Menurut Jones, kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang, baik oleh yang membuatnya
maupun oleh mereka yang mentaatinya.
Universitas Sumatera Utara
a standing decision characterized by behavioral consistency and repetitiveness on the part of both those who make it and those who abide it .
Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternatif yang siap dipilih berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Sedangkan pengertian kebijakan menurut kamus besar
Bahasa Indonesia adalah rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak
tentang pemerintahan, organisasi dan sebagainya, pernyataan cita – cita, tujuan,
prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.
2.1.2. Proses Pembuatan Kebijakan
Tahap – tahap dalam proses pembuatan kebijakan menurut Dunn 2003, yaitu:
1. Fase penyusunan agenda, para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda politik. Banyak masalah yang tidak disentuh sama sekali,
sementara lainnya ditunda untuk waktu lama. 2. Fase formulasi kebijakan, para pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk
mengatasi masalah.Alternatif kebijakan melihat perlunya membuat perintah eksekutif, keputusan peradilan dan tindakan legislatif.
3. Fase adopsi kebijakan, alternatif kebijakan yang diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus diantara direktur lembaga atau keputusan peradilan.
4. Fase implementasi kebijakan, kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit
administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia.
Universitas Sumatera Utara
5. Fase penilaian kebijakan, unit-unit pemeriksaan dan akuntansi dalam pemerintahan menentukan apakah badan-badan eksekutif, legislatif dan peradilan memenuhi
persyaratan undang-undang dalam pembuatan kebijakan dan pencapaian tujuan. 2.2. Kebijakan Publik
Public Policy 2.2.1. Pengertian
Pada dasarnya banyak para ahli yang mengemukakan defenisi tentang kebijakan public, antara lain adalah Winarno,2002 :
1. Thomas R. Dye, menyarankan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan;
2. Richard Rose, menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-
konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri
3. William N. Dunn, mengatakan bahwa kebijakan publikadalah suatu rangkaian
pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintahan, seperti
pertahanan keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaan, dan lain-lain;
4. James Anderson, kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud
yang ditetapkan oleh seorang aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan ;
Universitas Sumatera Utara
5. Carl Friedrich, memandang kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan
oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan
yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu;
6. Sholichin Abdul Wahab mengajukan definisi dari W.I Jenkis yang merumuskan
kebijaksanaan publik sebagai “a set of interrelated decisions taken by a political actor or group of actors concerning the selection of goals and the means of
achieving them within a specified situation where these decisions should, in prinsciple, be within the power of these actors to achieve” serangkaian
keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekolompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-
cara untuk mencapainya dalam suatu situasi dimana keputusan-keputusan itu pada prinsipnya mapsih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari para
aktor tersebut. Dari berbagai defenisi kebijakan publik diatas dapat disimpulkan bahwa
kebijakan publik kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah atau Negara yang berorientasi dengan kepentingan publik.
2.2.2 . Jenis
– Jenis Kebijakan Publik
Jenis-jenis kebijakan publik sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di pasal 7 menjelaskan
jenis dan hirarki Peraturan Perundang-undangan yaitu undang-undang Dasar Negara
Universitas Sumatera Utara
Republik Indonesia tahun 1945, undang-undangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Peraturan Daerah.
Anderson dalam Pasolong 2008 , mengemukakan jenis – jenis kebijakan yaitu :
1. Kebijakan substantif vs kebijakan prosedural Kebijakan substantif adalah kebijakan yang menyangkut apa yang dilakukan
pemerintah, sedangkan kebijakan prosedural adalah bagaimana kebijakan substantif tersebut dapat dilaksanakan;
2. Kebijakan distributif vs kebijakan regulatori vs kebijakan redistributif Kebijakan distibutif menyangkut distribusi pelayanan atau pemanfaatannya pada
individu atau masyarakat.Kebijakan regulatori adalah kebijakan yang berupa pembatasan atau pelarangan terhadap perilaku individu atau sekelompok orang.
Kebijakan redistributif adalah kebijakan yang mengatur alokasi kekayaan pendapatan, kepemilikan atau hak-hak diantara berbagai kelompok dalam
masyarakat; 3. Kebijakan material dan kebijakan simbolis
Kebijakan material adalah kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya konkrit pada kelompok sasaran sedangkan kebijakan simbolis adalah kebijakan
yang memberikan manfaat simbolis pada kelompok sasaran;
Universitas Sumatera Utara
4. Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum Public Goods dan barang privat Private Goods.
Kebijakan public goods adalah kebijakan yang bertujuan untuk mengatur pemberian barang atau pelayanan publik.Sedangkan kebijakan private goods
adalah kebijakan yang mengatur penyediaan barang atau pelayanan untuk pasar bebas.
2.3. Analisis Kebijakan Publik
Analisis kebijakan adalah suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian sehingga dapat member landasan dari pembuat
kebijakan dalam membuat keputusan. Tujuan analisis kebijakan adalah menyediakan informasi bagi pembuat kebijakan yang digunakan sebagai pedoman pemecahan
masalah kebijakan secara praktis, menghasilkan informasi mengenai nilai dan arah tindakan yang lebih baik dan meliputi evaluasi kebijakan dan anjuran kebijakan
Dunn, 2003. Dunn
menggambarkan penggunaan
komponen-komponen prosedur
metodologi dalam melaksanakan analisis suatu kebijakan dalam suatu sistem. Komponen-komponen yang dimaksud dalam prosedur metodologi analisis
kebijakan tersebut adalah perumusan masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan dan evaluasi. Melakukan analisis kebijakan berarti menggunakan kelima prosedur
metodologi tersebut dalam proses kajiannya.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kebijakan Kesehatan