Analisis Implementasi Kebijakan Jampersal dalam Pencapaian Cakupan Kunjungan Antenatal dan Pencapaian Cakupan Peserta KB Paska Persalinan di Puskesmas Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun Tahun 2013

(1)

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMPERSAL DALAM PENCAPAIAN CAKUPAN KUNJUNGAN ANTENATAL DAN

PENCAPAIAN CAKUPAN PESERTA KB PASKA PERSALINAN DI PUSKESMAS PANEI TONGAH KECAMATAN

PANEI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2013

TESIS

Oleh

HANNA SRIYANTI SARAGIH 117032216/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE ANALYSIS OF THE IMPLEMENTATION OF JAMPERSAL POLICY IN THE ACHIEVEMENT OF THE COVERAGE OF ANTENATAL

VISIT AND POSTPARTUM FAMILY PLANNING ACCEPTOR AT PUSKESMAS PANEI TONGAH, PANEI SUBDISTRICT,

SIMALUNGUN DISTRICT IN 2013

THESIS

BY

HANNA SRIYANTI SARAGIH 117032216/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMPERSAL DALAM PENCAPAIAN CAKUPAN KUNJUNGAN ANTENATAL DAN

PENCAPAIAN CAKUPAN PESERTA KB PASKA PERSALINAN DI PUSKESMAS PANEI TONGAH KECAMATAN

PANEI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

HANNA SRIYANTI SARAGIH 117032216/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMPERSAL DALAM PENCAPAIAN

CAKUPAN KUNJUNGAN ANTENATAL DAN PENCAPAIAN CAKUPAN PESERTA KB PASKA PERSALINAN DI PUSKESMAS PANEI

TONGAH KECAMATAN PANEI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Hanna Sriyanti Saragih Nomor Induk Mahasiswa : 117032216

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG(K)) Ketua

(dr. Yusniwarti Yusad, M.Si) Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 8 April 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG (K) Anggota : 1. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si

2. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes 3. Siti Khadijah, S.K.M, M.Kes


(6)

PERNYATAAN

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMPERSAL DALAM PENCAPAIAN CAKUPAN KUNJUNGAN ANTENATAL DAN

PENCAPAIAN CAKUPAN PESERTA KB PASKA PERSALINAN DI PUSKESMAS PANEI TONGAH KECAMATAN

PANEI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2013

Hanna Sriyanti Saragih 117032216/IKM


(7)

ABSTRAK

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat dan Indonesia memiliki AKI tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN yaitu 226/100.000 KH. Sehingga pemerintah memberikan kemudahan pembiayaan dengan kebijakan program Jaminan Persalinan (Jampersal) untuk mengatasi AKI di Indonesia. Indikator kinerja program ini antara lain adalah cakupan pelayanan Antenatal dan cakupan peserta KB Paska Persalinan. Walaupun sejak pertengahan 2011 program Jampersal telah dilaksanakan di Puskesmas Panei Tongah ternyata cakupan antenatal dan peserta KB paska Persalinan berada pada angka yang masih kurang dari target nasional.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan program Jampersal dan pencapaian cakupan kunjungan Antenatal serta cakupan peserta KB paska persalinan di Puskesmas Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun tahun 2013. Metode penelitian adalah penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data dengan teknik snow ball dan triangulasi data melalui indepth

interview terhadap informan kunci dan pokok, observasi serta dokumentasi. Data

dianalisa dengan menggunakan EZ-Text dan disajikan dalam bentuk matriks menurut variabel yang diteliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya informan kunci tidak mengetahui bahwa KB merupakan pelayanan yang diberikan program Jampersal, penyampaian program ini masih kurang komunikasi dan koordinasi baik dari pihak penyelenggara dan penggunanya. Program Jampersal memberikan dampak positif terhadap peningkatan cakupan antenatal care tetapi belum memberikan dampak positif terhadap peningkatan cakupan KB paska persalinan.

Disarankan Bagi Dinas Kesehatan hendaknya meningkatkan sosialisasi dan koordinasi kepada pihak Puskesmas tentang Program Jampersal yang akan membantu pihak Puskesmas mensosialisasikan dan mengadakan kegiatan selanjutnya pada masyarakat sehingga program ini akan membantu tercapainya cakupan kunjungan antenatal dan peserta KB paska persalinan.

Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Jaminan Persalinan, Pencapaian Cakupan Kunjungan Antenatal dan Peserta KB Paska Persalinan


(8)

ABSTRACT

Maternal mortality rate is one of the indicators in determining the degree of public health, and Indonesia has the highest maternal mortality rate (226/100,000 live births) compared to the other ASEAN countries. To cope with maternal mortality rate in Indonesia, the government provides an easy-pay policy through Jampersal (Delivery Assurance) program. Thje indicators of the performance of this program are, among other things, the coverages of Antenatal Service and Postpartum Family Planning acceptors. Although Jampersal program has been implemented at Puskesmas (Community Health Center) Panei Tongah since the middle of 2011, the coverages of Antenatal Service and Postpartum Family Planning acceptors are still less than national target.

The purpose of this qualitative study was to analyze the implementation of Jampersal program policy and the achievement of the coverages of Antenatal visit and Postpartum Family Planning acceptors at Puskesmas Panei Tongah, Panei Subdistrict, Simalungun District in 2013. The data for this study were collected using observation and documentation study by employing snow ball and triangulation techniques. The information from the main and key informants were obtained through in-depth interview. The data obtained were analyzed through EZ-text and presented in the form of matrix according to the variables studied.

The result of this study showed that some key informants did not know that Family Planning was a service provided by the Jampersal program, the socialization of this program by the provider to the users was less communicative and coordinated. This Jampersal program has brought positive impact to the increase of Antenatal care coverage but not yet to the increase of the coverage of Postpartum Family Planning acceptors.

The management of Simalungun District Health Service should improve the socialization and coordination about Jampersal program to the management of Puskesmas. This improved socialization and coordination can assist the management of Puskesmas in socializing and providing further activities related to this program to the community members that this program will help achive the targeted coverages of Antenatal Visit and Postpartum Family Planning acceptors.

Keywords : Implementation, Policy, Delivery Assurance, Achievement, Coverage, Antenatal Visit, Post Partum Family Planning Acceptor


(9)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul "Analisis Implementasi Kebijakan Jampersal dalam Pencapaian Cakupan Kunjungan Antenatal dan Pencapaian Cakupan Peserta KB Paska Persalinan di Puskesmas Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun Tahun 2013”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(10)

4. Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG(K) selaku ketua komisi pembimbing dan dr.Yusniwarti Yusad, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

5. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes dan Siti Khadijah, S.K.M, M.Kes selaku penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Kepala Puskesmas Panei Tongah Kecamatan Panei beserta jajarannya yang telah berkenan memberikan izin untuk melakukan penelitian dan sehingga tesis ini selesai.

7. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Teristimewa buat suami tercinta Drs. Jonly Roberth Tarigan beserta anak-anakku terkasih Priscila Angeline Tarigan dan Bryan Christopher Tarigan yang selalu memberi doa, kasih sayang, motivasi dan berkorban baik moril maupun materil kepada penulis.

9. Orang tuaku tercinta, Almarhum JP. Saragih dan Ibunda K. Purba yang telah memberikan kasih sayang, pertolongan dan doa selama ini.


(11)

10. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2011 Minat studi Kesehatan Reproduksi.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, April 2013 Penulis

Hanna Sriyanti Saragih 117032216/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Hanna Sriyanti Saragih, lahir pada tanggal 28 Januari 1981 di Panei Tongah, anak dari pasangan Ayahanda JP.Saragih dan ibunda K.Purba.

Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri 2 Panei Tongah tamat Tahun 1993, Sekolah Menengah Pertama SMPN I Panei Tongah tamat Tahun 1996, Sekolah Menengah Umum 4 Pematangsiantar tamat Tahun 1999, Sekolah D-III Kebidanan Prodi Kebidanan Poltekkes Depkes Pematangsiantar tamat Tahun 2002, D-IV Bidan Pendidik FK USU Medan tamat Tahun 2004.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2011 dan menyelesaikan pendidikan tahun 2013.

Pada tahun 2006 penulis bekerja sebagai staf Direktorat Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan hingga sekarang.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Mamfaat Penelitian ... 11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Kebijakan ... 13

2.2. Kebijakan Publik ... 15

2.3. Analisis Kebijakan Publik ... 18

2.4. Kebijakan Kesehatan ... 19

2.5. Jaminan Persalinan . ... 21

2.6. Filosofi Kehamilan ... 42

2.7. Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) ... ... 44

2.8. Cakupan K1 dan K4 (Kunjungan Antenatal) ... ... 48

2.9. Cakupan Peserta KB Paska Persalinan ... 49

2.10. Puskesmas ... 50

2.11. Landasan Teori ... ... 51

2.12. Kerangka Pikir ... 58

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 59

3.1. Jenis Penelitian ... 59

3.2. Lokasidan Waktu Penelitian ... 59

3.3. Informan Penelitian ... 59

3.4. Metode Pengumpulan data ... 60

3.5. Metode Analisis Data ... 61


(14)

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 62

4.1.1. Letak Geografi ... 62

4.1.2. Data Demografi ... 63

4.1.3. Sarana Kesehatan ... 65

4.1.4. Tenaga Kesehatan ... 65

4.2. Karakteristik Informan ... 65

4.3. Informan Kunci ... 64

4.3.1 Kebijakan Jampersal ... 64

4.3.2 Pencapaian Cakupan K1 ... 70

4.3.3 Pencapaian Cakupan K4 ... 71

4.3.4 Pencapaian Cakupan KB ... 76

4.4 Informan Pokok... 78

4.4.1 Kebijakan Jampersal ... 78

4.4.2 Pelayanan K1 ... 80

4.4.3 Pelayanan K4 ... 81

4.4.4 Pelayanan KB ... 83

BAB 5. PEMBAHASAN ... 84

5.1. Implementasi Kebijakan Jampersal ... 84

5.2. Pencapaian Cakupan Kunjungan Antenatal ... 88

5.3. Pencapaian Cakupan Peserta KB Paska Persalinan ... 93

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

6.1 Kesimpulan ... 96

6.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99


(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1 Besaran Tarif Pelayanan Jampersal pada Pelayanan Dasar .. ... 32

2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi TT ... 46

4.1 Distribusi Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Panei Tahun 2013 ... 64

4.2. Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kecamatan Panei Tahun 2011 ... 64

4.3 Distribusi Sarana Kesehatan di Kecamatan Panei Tahun 2011 ... 65

4.4 Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Panei Tongah Tahun 2011 ... 65

4.5 Karakteristik Informan Kunci ... 66

4.6 Karakteristik Informan Pokok ... 66

Matriks 1. Kebijakan Jampersal ... 67

Matriks 2. Pencapaian Cakupan K1 ... 70

Matriks 3. Pencapaian Cakupan K4 ... 73

Matriks 4. Pencapaian Cakupan KB ... 76

Matriks 5. Kebijakan Jampersal ... 79

Matriks 6. Pelayanan K1 ... 80

Matriks 7. Pelayanan K4 ... 81


(16)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Segitiga Analisis Kebijakan ... 20

2.2. Implementasi Kebijakan Program Model D.C.Korten ... 52

2.3. Model Implementasi Menurut G.C. Edward III ... 53


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Pedoman Wawancara Mendalam ... 102

2. Hasil Output EZ-Text ... 107

3. Surat Izin Penelitian ... 151


(18)

ABSTRAK

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat dan Indonesia memiliki AKI tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN yaitu 226/100.000 KH. Sehingga pemerintah memberikan kemudahan pembiayaan dengan kebijakan program Jaminan Persalinan (Jampersal) untuk mengatasi AKI di Indonesia. Indikator kinerja program ini antara lain adalah cakupan pelayanan Antenatal dan cakupan peserta KB Paska Persalinan. Walaupun sejak pertengahan 2011 program Jampersal telah dilaksanakan di Puskesmas Panei Tongah ternyata cakupan antenatal dan peserta KB paska Persalinan berada pada angka yang masih kurang dari target nasional.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan program Jampersal dan pencapaian cakupan kunjungan Antenatal serta cakupan peserta KB paska persalinan di Puskesmas Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun tahun 2013. Metode penelitian adalah penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data dengan teknik snow ball dan triangulasi data melalui indepth

interview terhadap informan kunci dan pokok, observasi serta dokumentasi. Data

dianalisa dengan menggunakan EZ-Text dan disajikan dalam bentuk matriks menurut variabel yang diteliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya informan kunci tidak mengetahui bahwa KB merupakan pelayanan yang diberikan program Jampersal, penyampaian program ini masih kurang komunikasi dan koordinasi baik dari pihak penyelenggara dan penggunanya. Program Jampersal memberikan dampak positif terhadap peningkatan cakupan antenatal care tetapi belum memberikan dampak positif terhadap peningkatan cakupan KB paska persalinan.

Disarankan Bagi Dinas Kesehatan hendaknya meningkatkan sosialisasi dan koordinasi kepada pihak Puskesmas tentang Program Jampersal yang akan membantu pihak Puskesmas mensosialisasikan dan mengadakan kegiatan selanjutnya pada masyarakat sehingga program ini akan membantu tercapainya cakupan kunjungan antenatal dan peserta KB paska persalinan.

Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Jaminan Persalinan, Pencapaian Cakupan Kunjungan Antenatal dan Peserta KB Paska Persalinan


(19)

ABSTRACT

Maternal mortality rate is one of the indicators in determining the degree of public health, and Indonesia has the highest maternal mortality rate (226/100,000 live births) compared to the other ASEAN countries. To cope with maternal mortality rate in Indonesia, the government provides an easy-pay policy through Jampersal (Delivery Assurance) program. Thje indicators of the performance of this program are, among other things, the coverages of Antenatal Service and Postpartum Family Planning acceptors. Although Jampersal program has been implemented at Puskesmas (Community Health Center) Panei Tongah since the middle of 2011, the coverages of Antenatal Service and Postpartum Family Planning acceptors are still less than national target.

The purpose of this qualitative study was to analyze the implementation of Jampersal program policy and the achievement of the coverages of Antenatal visit and Postpartum Family Planning acceptors at Puskesmas Panei Tongah, Panei Subdistrict, Simalungun District in 2013. The data for this study were collected using observation and documentation study by employing snow ball and triangulation techniques. The information from the main and key informants were obtained through in-depth interview. The data obtained were analyzed through EZ-text and presented in the form of matrix according to the variables studied.

The result of this study showed that some key informants did not know that Family Planning was a service provided by the Jampersal program, the socialization of this program by the provider to the users was less communicative and coordinated. This Jampersal program has brought positive impact to the increase of Antenatal care coverage but not yet to the increase of the coverage of Postpartum Family Planning acceptors.

The management of Simalungun District Health Service should improve the socialization and coordination about Jampersal program to the management of Puskesmas. This improved socialization and coordination can assist the management of Puskesmas in socializing and providing further activities related to this program to the community members that this program will help achive the targeted coverages of Antenatal Visit and Postpartum Family Planning acceptors.

Keywords : Implementation, Policy, Delivery Assurance, Achievement, Coverage, Antenatal Visit, Post Partum Family Planning Acceptor


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup, dan Singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup (BPS, 2003).

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) 228/100.000 kelahiran hidup dan tahun 2010 turun menjadi 226/100.000 kelahiran hidup (SDKI 2010).

Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium (Millenium Development Goals (MDGs)) yang ditetapkan tahun 2000 yaitu pada tujuan ke 5 untuk meningkatkan kesehatan ibu. Target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu yaitu dari 307 / 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000 menjadi 102 / 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Laporan pencapaian MDGs, 2010).

Hasil survei yang dilakukan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui

World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa AKI di Indonesia tahun


(21)

diurutan ke – 3 AKI tertinggi diantara negara – negara ASEAN setelah Laos dan Kamboja (United Nations, 2011).

Menurut data Profil kesehatan Sumatera Utara, AKI di Sumatera Utara tercatat sebesar 116 / 100.000 KH, namun hal ini belum bisa menggambarkan AKI yang sesungguhnya karena menurut survei FKM USU, AKI propinsi Sumatera Utara tercatat 268/100.000 KH. Bila dibandingkan AKI nasional, AKI Sumatera Utara lebih tinggi (Profil Kesehatan Sumatera Utara, 2011).

AKI kabupaten Simalungun pada tahun 2011 tercatat sebesar 61,64 / 100.000 KH meningkat dibandingkan tahun 2010 yang lalu yaitu 39,83 / 100.000 KH (Profil Kesehatan Kabupaten Simalungun, 2012).

Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 28 %, preeklampsi/eklampsi 24 %, infeksi 11 %, sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5 % dan lain – lain 11 % (WHO, 2007).

Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan (Tiga Terlambat), di antaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan (terlambat mengambil keputusan), terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi. WHO memperkirakan bahwa 15-20 persen ibu hamil baik di negara maju maupun berkembang akan mengalami risiko tinggi (risti) dan/atau komplikasi. Salah satu cara yang paling efektif untuk menurunkan angka kematan ibu adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih.


(22)

Persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih meningkat dari 66,7 persen pada tahun 2002 menjadi 77,34 persen pada tahun 2009. Angka tersebut terus meningkat menjadi 82,3 persen pada tahun 2010 (Laporan pencapaian tujuan pembangunan millenium Indonesia, 2010).

Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah pesalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%),komplikasi pueperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, traumaobstetric 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% (SKRT 2001).

Untuk menjamin terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh penduduk termasuk penduduk miskin dan tidak mampu, pemerintah bertanggungjawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya karena setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan (Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009).

Upaya untuk menurunkan AKI di Indonesia dari 228 / 100.000 KH pada tahun 2007 menjadi 102 / 100.000 KH pada tahun 2015 diperlukan terobosan dan percepatan penurunan angka kematian ibu, antara lain melalui peningkatan


(23)

aksessibilitas serta kualitas pelayanan yang akan memudahkan akses bagi masyarakat khususnya wanita untuk mendapatkan pelayanan yang aman, sehat, dan terjangkau. Oleh karena itu pemerintah memberikan kemudahan pembiayaan dengan kebijakan program Jaminan Persalinan (Jampersal) yang ditujukan kepada seluruh kalangan masyarakat (Petunjuk Teknis Jampersal, 2010).

Jampersal adalah jaminan pembiayaan yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas, termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir (Mediakom Kemenkes, 2011).

Penyelenggaraan Jampersal menggunakan semua atribut program seperti Buku KIA, partograf dan kohort meskipun harus dibedakan dengan syarat kelengkapan lain. Menurut hasil Riskesdas 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin baru mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%. Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidaktersediaan biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan Jampersal. Jampersal dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan Jampersal, yang didalamnya termasuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2562/Menkes/PER/XII/2011).


(24)

Kehadiran Jampersal diharapkan dapat mengurangi terjadinya Tiga Terlambat tersebut sehingga dapat mendorong akselerasi tujuan pencapaian MDGs 5. Pada dasarnya Jampersal adalah perluasan kepesertaan dari Jamkesmas dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja. Manfaat yang diterima oleh penerima manfaat Jampersal terbatas pada pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan (Petunjuk teknis Jampersal, 2011).

Sesuai dengan pendapat Winarno yang menyatakan bahwa implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan undang–undang. Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang–undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program. Implementasi pada sisi lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak

(outcome). Misalnya, implementasi dikonseptualisasikan sebagai suatu proses, atau

serangkaian keputusan dan tindakan yang ditujukan agar keputusan-keputusan yang diterima oleh lembaga legislatif bisa dijalankan. Implementasi juga bisa diartikan dalam konteks keluaran, atau sejauh mana tujuan-tujuan yang telah direncanakan mendapatkan dukungan, seperti tingkat pengeluaran belanja bagi suatu program. Akhirnya pada tingkat yang paling tinggi, dampak telah ada perubahan, demikianlah Jampersal diharapkan dapat memberikan dampak yang positif dalam akselerasi penurunan AKI (Winarno, 2008).


(25)

Indikatorkinerja program Jampersal antara lain adalah cakupan pelayanan Antenatal yaitu kunjungan K1 dan K4 dan cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) Paska Persalinan. Kunjungan K1 ibu hamil yaitu kunjungan pertama ke unit pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sedangkan kunjungan K4 ibu hamil yaitu pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar yakni sekali dalam triwulan pertama, sekali dalam triwulan kedua dan dua kali dalam triwulan ketiga (Pedoman KIA, 2011).

Antenatal care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu

selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal. Dalam pelaksanaan program perencanaan persalinan dan komplikasi (P4K), bahwa semua ibu hamil harus mendapatkan pelayanan antenatal care (ANC). Pencapaian target ibu hamil berstiker yang ANC karena kerjasama yang baik antara bidan di desa dengan masyarakat, strategi yang dilakukan petugas kesehatan, yaitu: 1)memberikan pelayanan ANC sesuai standar dan profesional, 2) sasaran ibu hamil, 3) membuat PWS (pemantauan wilayah setempat), 4) melakukan pelayanan ANC di luar gedung (di hari buka posyandu), 5) memberikan Jampersal (Jaminan Persalinan) secara gratis di Polindes dan bidan praktek swasta. Sedangkan dari faktor masyarakat, yaitu 1) mempunyai kesadaran akan pentingnya periksa rutin sewaktu hamil, 2)mampu secara ekonomi untuk memeriksakan kehamilannya, 3) kader kesehatan memberikan rujukan kunjungan ibu hamil baru ke bidan desa (polindes). Semua ibu hamil yang ANC di bidan desa semua terjaring masuk kelas antenatal. Ibu hamil menyadari


(26)

bahwa ANC merupakan suatu kebutuhan dan hak semua ibu hamil, bukan perintah petugas (Tumirahet.al, 2012).

Pelayanan antenatal (Antenatal Care/ANC) penting untuk memastikan kesehatan ibu selama kehamilan dan menjamin ibu untuk melakukan persalinan di fasilitas kesehatan. Para ibu yang tidak mendapatkan pelayanan antenatal cenderung bersalin di rumah (86,7 persen) dibandingkan dengan ibu yang melakukan empat kali kunjungan pelayanan antenatal atau lebih (45,2 persen). Sekitar 93 persen ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal dari tenaga kesehatan profesional selama masa kehamilan. Terdapat 81,5 persen ibu hamil yang melakukan paling sedikit empat kali kunjungan pemeriksaan selama masa kehamilan, namun yang melakukan empat kali kunjungan sesuai jadwal yang dianjurkan baru mencapai 65,5 persen (Laporan Pencapaian MDGs, 2010).

Akses ibu hamil di Indonesia tanpa memandang umur kandungan saat kontak pertama kali (K1) adalah 92,7 %, sedangkan akses ibu hamil yang memeriksakan kehamilan dengan tenaga kesehatan pada trimester 1 (K1 Nakes Trimester 1) adalah 72,3 persen. Adapun cakupan akses ibu hamil dengan pola 1-1-2 (K4) oleh tenaga kesehatan saja adalah 61,4 % (Riskesdas, 2010).

Menurut data profil Kabupaten Simalungun, cakupan kunjungan Ibu hamil K4 tahun 2008 adalah sebesar 71,03 %, sedangkan cakupan K1 mencapai 80,21 %. Dengan demikian terjadi drop out K4 sebesar 9,18%. Untuk Cakupan kunjungan Ibu hamil K1 tahun 2008 ini ternyata lebih rendah dibanding tahun 2007 (82,11%) sedangkan cakupan kunjungan K4 lebih tinggi dari tahun 2007 (69,17%) namun


(27)

masih jauh dari target indikator SPM 2010 yakni 95%. Kemungkinan penyebab utama terjadinya penurunan ini adalah rendahnya akses ibu hamil ke sarana pelayanan kesehatan seperti Posyandu dan Puskesmas atau sebaliknya mobilitas yang rendah oleh petugas kesehatan, ketidaktahuan ibu hamil terhadap manfaat kunjungan K4, dan juga disebabkan rendahnya kualitas pelayanan antenatal yang diberikan petugas saat kunjungan K1 (Profil Kesehatan Kabupaten Simalungun, 2008).

Berdasarkan data Profil kabupaten Simalungun tahun 2010, cakupan kunjungan K1 di Kecamatan Panei sebesar 75,37 % dan K4 sebesar 69,33 % hal ini masih kurang dari target nasional yakni kunjungan K1 sebesar 93,3 % dan kunjungan K4 sebesar 81,5 % (Profil Kesehatan Kabupaten Simalungun, 2010).

Menurut data Profil kesehatan kecamatan Panei tahun 2010 untuk Puskesmas Panei Tongah terdapat angka cakupan kunjungan Antenatal yang lebih rendah yaitu untuk K1 sebesar 66,23 % dan K4 sebesar 54,54 % (Profil Kesehatan Kecamatan Panei, 2010).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap Bidan yang bekerja di Puskesmas Panei Tongah, cakupan antenatal tahun 2011 setelah dilaksanakan program Jampersal juga berada pada angka yang masih kurang dari target nasional.

Cakupan peserta KB Paska Persalinan adalah jumlah peserta KB paska melahirkan yang mendapatkan pelayanan Keluarga Berencana pasca salin antara lain adalah kontrasepsi mantap (Kontap), IUD, Implant, dan Suntik. Tatalaksana Pelayanan KB dan ketersediaan Alokon (Alat dan obat Kontrasepsi) sebagai upaya


(28)

untuk pengendalian jumlah penduduk dan keterkaitannya dengan Jampersal, maka pelayanan KB pada masa nifas perlu mendapatkan perhatian. Tatalaksana pelayanan KB mengacu kepada Pedoman Pelayanan KB dan KIA yang diarahkan pada Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) atau Kontrasepsi Mantap (Kontap) (Juknis Jampersal, 2011).

Angka pemakaian kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate-CPR) menunjukkan peningkatan dalam 5 tahun terakhir. Capaian CPR semua cara secara nasional meningkat dari 49,7 persen pada tahun 1991 menjadi 61,4 persen pada tahun 2007. Sementara itu, untuk CPR cara modern meningkat dari 47,1 persen pada tahun 1991 menjadi 57,4 persen pada tahun 2007 (SDKI). Selanjutnya, di antara CPR cara modern, KB suntik merupakan cara yang paling banyak digunakan (32 persen), diikuti pil KB sebesar 13 persen (SDKI, 2007).

Jumlah pasangan usia subur yang ingin menjarangkan kehamilan atau membatasi jumlah anak, tetapi tidak menggunakan kontrasepsi (unmet need) saat ini mencapai 9,1 persen, terdiri dari 4,3 persen untuk menjarangkan kelahiran dan 4,7 persen untuk membatasi kelahiran (SDKI 2007). Persentase penurunan unmet need tersebut relatif stagnan sejak tahun 1997. Data SDKI 2007 menunjukkan 60 persen perempuan menikah dengan 2 anak, 75 persen perempuan menikah dengan 3-4 anak, dan 80 persen perempuan menikah dengan 5 anak atau lebih; tidak ingin menambah anak lagi, namun tidak seluruhnya menggunakan alat kontrasepsi (Laporan Pencapaian MDGs, 2010).


(29)

Unmet need dan CPR akan berpengaruh pada angka kelahiran total/Total

Fertility Rate (TFR), demikian pula terhadap peningkatan angka kematian ibu, yang

diperkirakan 6-16 persen disebabkan oleh praktik aborsi yang tidak aman. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan layanan KB menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan sehingga memicu pada tindakan aborsi. Di Indonesia, aborsi termasuk tindakan yang ilegal sehingga para ibu yang hamil di luar rencana memilih menggunakan cara aborsi yang tidak aman. Selanjutnya, tidak terpenuhinya kebutuhan akan layanan KB ditandai pula dengan tingginya tingkat kehamilan pada usia remaja di Indonesia, terutama di daerah perdesaan (Laporan Pencapaian MDGs, 2010).

Berdasarkan data Profil Kabupaten Simalungun tahun 2010, jumlah Pasangan usia subur (PUS) di kecamatan Panei sebesar 3349 pasangan dengan proporsi peserta KB aktif dengan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 54,02% dan dengan metode non MKJP sebesar 45,98%. Dengan proporsi peserta baru MKJP sebesar 24,49% dan non MKJP sebesar 75,51%. Sehingga jumlah peserta KB aktif adalah 61,69 dan peserta KB baru sebesar 13,05% (Profil Kabupaten Simalungun, 2010).

Berdasarkan data Profil Kabupaten Simalungun tahun 2011, jumlah PUS di Kecamatan Panei mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya yakni 2905 pasangan dengan proporsi peserta KB aktif dengan MKJP sebesar 64,22% dan dengan metode non MKJP sebesar 36%. Dengan proporsi peserta baru MKJP sebesar 28,47% dan non MKJP 71,53%. Sehingga jumlah peserta KB aktif mengalami


(30)

penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu 60,52% dan jumlah peserta KB baru mengalami peningkatan yaitu sebesar 14,87% (Profil Kabupaten Simalungun, 2011).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana implementasi kebijakan Jampersal dalampencapaian cakupan kunjungan Antenatal dan pencapaiancakupan peserta KB paska persalinan di Puskesmas Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi kebijakan Program Jampersal dalampencapaian cakupan kunjungan Antenataldan pencapaiancakupan peserta KB paska persalinan di Puskesmas Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun tahun 2013.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kecamatan Panei, Puskesmas Kecamatan Panei, dan pihak lainnya yang terkait dengan pelaksanaan Program Jampersal.

2. Bagi peneliti, dapat menjadi wahana pembanding antara teori yang didapat di bangku perkuliahan dengan aplikasinya di lapangan, khususnya tentang implementasi kebijakan Program Jampersal danpencapaian cakupan


(31)

kunjungan Antenatal serta cakupan peserta KB paska persalinan di Puskesmas Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun.

3. Sebagai referensi bagi peneliti-peneliti lain dalam mengkaji masalah penelitian lembaga pendidikan di masa yang akan datang.

4. Untuk memberikan masukan yang diharapkan dapat digunakan untuk memperbaiki kebijakan dalam meningkatkan kinerja program dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam menurunkan AKI.


(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebijakan (Policy) 2.1.1. Pengertian

Kebijakan (policy) adalah sejumlah keputusan yang dibuat oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang kebijakan tertentu.Kebijakan sering diartikan sebagai sejumlah keputusan yang dibuat oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang kebijakan tertentu, bidang kesehatan, lingkungan, pendidikan atau perdagangan. Orang‐orang yang menyusun kebijakan disebut dengan pembuat kebijakan. Kebijakan dapat disusun di semua tingkatanpemerintah pusat atau daerah, perusahan multinasional atau daerah, sekolah atau rumah sakit. Orang‐orang ini kadang disebut pula sebagai elit kebijakan yaitu satu kelompok khusus dari para pembuat kebijakan yang berkedudukan tinggi dalam suatu organisasi dan sering memiliki hubungan istimewa dengan para petinggi dari organisasi yang sama atau berbeda. Misalnya elit kebijakan di pemerintahan dapat beranggotakan para menteri dalam kabinet, yang semuanya dapat berhubungan dan bertemu dengan para petinggi perusahaan multi nasional atau badan internasional, seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (Buse, 2009).

Menurut Jones, kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang, baik oleh yang membuatnya maupun oleh mereka yang mentaatinya.


(33)

(a standing decision characterized by behavioral consistency and repetitiveness on the part of both those who make it and those who abide it ).

Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternatif yang siap dipilih berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Sedangkan pengertian kebijakan menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi dan sebagainya), pernyataan cita – cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

2.1.2. Proses Pembuatan Kebijakan

Tahap – tahap dalam proses pembuatan kebijakan menurut Dunn (2003), yaitu: 1. Fase penyusunan agenda, para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan

masalah pada agenda politik. Banyak masalah yang tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu lama.

2. Fase formulasi kebijakan, para pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah.Alternatif kebijakan melihat perlunya membuat perintah eksekutif, keputusan peradilan dan tindakan legislatif.

3. Fase adopsi kebijakan, alternatif kebijakan yang diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus diantara direktur lembaga atau keputusan peradilan. 4. Fase implementasi kebijakan, kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit


(34)

5. Fase penilaian kebijakan, unit-unit pemeriksaan dan akuntansi dalam pemerintahan menentukan apakah badan-badan eksekutif, legislatif dan peradilan memenuhi persyaratan undang-undang dalam pembuatan kebijakan dan pencapaian tujuan.

2.2. Kebijakan Publik (Public Policy) 2.2.1. Pengertian

Pada dasarnya banyak para ahli yang mengemukakan defenisi tentang kebijakan public, antara lain adalah (Winarno,2002) :

1. Thomas R. Dye, menyarankan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan;

2. Richard Rose, menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri

3. William N. Dunn, mengatakan bahwa kebijakan publikadalah suatu rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintahan, seperti pertahanan keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaan, dan lain-lain;

4. James Anderson, kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan ;


(35)

5. Carl Friedrich, memandang kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu;

6. Sholichin Abdul Wahab mengajukan definisi dari W.I Jenkis yang merumuskan kebijaksanaan publik sebagai “a set of interrelated decisions taken by a political actor or group of actors concerning the selection of goals and the means of achieving them within a specified situation where these decisions should, in

prinsciple, be within the power of these actors to achieve” (serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekolompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi dimana keputusan-keputusan itu pada prinsipnya mapsih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut).

Dari berbagai defenisi kebijakan publik diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah atau Negara yang berorientasi dengan kepentingan publik.

2.2.2. Jenis – Jenis Kebijakan Publik

Jenis-jenis kebijakan publik sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di pasal 7 menjelaskan jenis dan hirarki Peraturan Perundang-undangan yaitu undang-undang Dasar Negara


(36)

Republik Indonesia tahun 1945, undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Peraturan Daerah. Anderson dalam Pasolong ( 2008 ), mengemukakan jenis – jenis kebijakan yaitu : 1. Kebijakan substantif vs kebijakan prosedural

Kebijakan substantif adalah kebijakan yang menyangkut apa yang dilakukan pemerintah, sedangkan kebijakan prosedural adalah bagaimana kebijakan substantif tersebut dapat dilaksanakan;

2. Kebijakan distributif vs kebijakan regulatori vs kebijakan redistributif

Kebijakan distibutif menyangkut distribusi pelayanan atau pemanfaatannya pada individu atau masyarakat.Kebijakan regulatori adalah kebijakan yang berupa pembatasan atau pelarangan terhadap perilaku individu atau sekelompok orang. Kebijakan redistributif adalah kebijakan yang mengatur alokasi kekayaan pendapatan, kepemilikan atau hak-hak diantara berbagai kelompok dalam masyarakat;

3. Kebijakan material dan kebijakan simbolis

Kebijakan material adalah kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya konkrit pada kelompok sasaran sedangkan kebijakan simbolis adalah kebijakan yang memberikan manfaat simbolis pada kelompok sasaran;


(37)

4. Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum (Public Goods) dan barang privat (Private Goods).

Kebijakan public goods adalah kebijakan yang bertujuan untuk mengatur pemberian barang atau pelayanan publik.Sedangkan kebijakan private goods adalah kebijakan yang mengatur penyediaan barang atau pelayanan untuk pasar bebas.

2.3. Analisis Kebijakan Publik

Analisis kebijakan adalah suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian sehingga dapat member landasan dari pembuat kebijakan dalam membuat keputusan. Tujuan analisis kebijakan adalah menyediakan informasi bagi pembuat kebijakan yang digunakan sebagai pedoman pemecahan masalah kebijakan secara praktis, menghasilkan informasi mengenai nilai dan arah tindakan yang lebih baik dan meliputi evaluasi kebijakan dan anjuran kebijakan (Dunn, 2003).

Dunn menggambarkan penggunaan komponen-komponen prosedur metodologi dalam melaksanakan analisis suatu kebijakan dalam suatu sistem.

Komponen-komponen yang dimaksud dalam prosedur metodologi analisis kebijakan tersebut adalah perumusan masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan dan evaluasi. Melakukan analisis kebijakan berarti menggunakan kelima prosedur metodologi tersebut dalam proses kajiannya.


(38)

2.4. Kebijakan Kesehatan

Kebijakan Kesehatan (Health Policy) adalah segala sesuatu untuk memengaruhi factor-faktor penentu di sektor kesehatan agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, dan bagi seorang dokter kebijakan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan layanan kesehatan.

Kebijakan kesehatan memiliki peran strategis dalam pengembangan, pelaksanaan program kesehatan, sebagai panduan bagi semua unsur masyarakat dalam bertindak dan berkontribusi terhadap pembangunan kesehatan. Melalui perancangan dan pelaksanaan kebijakan kesehatan yang benar, diharapkan mampu mengendalikan dan memperkuat peran stakeholders guna menjamin kontribusi secara maksimal, menggali sumber daya potensial, serta menghilangkan penghalang pelaksanaan pembangunan kesehatan.

2.4.1. Kerangka Konsep dalam Kebijakan Kesehatan

Pendekatan sederhana dengan suatu tatanan hubungan yang kompleks dinyatakan sebagai segitiga analisis kebijakan yang menunjukkan kesan bahwa keempat faktor dapat dipertimbangkan secara terpisah. Keuntungan analisis kebijakan adalah kaya penjelasan mengenai apa dan bagaimana hasil (outcome) kebijakan akan dicapai, dan piranti untuk membuat model kebijakan di masa depan dan mengimplementasikan dengan lebih efektif.


(39)

Skema segitiga analisis kebijakan dapat dilihat pada gambar berikut; Konteks

Isi / Content Proses

Gambar 2.1. Segitiga Analisis Kebijakan Sumber : Walt and Gilson (1994)

2.4.2. Faktor – Faktor yang Memengaruhi Kebijakan Kesehatan

Lechter (1979) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan kesehatan adalah :

1. Faktor Situasional

Faktor situasional merupakan kondisi yang tidak permanen atau khusus yang dapat berdampak pada kebijakan.

2. Faktor Struktural

Faktor struktural merupakan bagian dari masyarakat yang relatif tidak berubah. Faktor ini meliputi sistem politik, mencakup pula keterbukaan sistem tersebut dan kesempatan bagi warga masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembahasan dan keputusan kebijakan.

Actor

- Individu

- Grup


(40)

3. Faktor Budaya

Faktor budaya dapat memengaruhi kebijakan kesehatan karena dalam masyarakat dimana hirarki menduduki tempat penting, akan sangat sulit untuk bertanya atau menantang pejabat penting atau pejabat senior.

4. Faktor Internasional atau Exogenous

Faktor internasional yang menyebabkan meningkatnya ketergantungan antar negara dan memengaruhi kemandirian dan kerjasama internasional dalam kesehatan.Meskipun banyak masalah kesehatan berhubungan dengan pemerintah nasional, sebagian dari masalah itu memerlukan kerjasama organisasi tingkat nasional, regional dan multilateral.

2.5. Jaminan Persalinan (Jampersal)

Jampersal merupakan upaya untuk menjamin dan melindungi proses kehamilan, persalinan, paska persalinan, dan pelayanan KB paska salin serta komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan, nifas, KB paska salin, sehingga manfaatnya terbatas dan tidak dimaksudkan untuk melindungi semua masalah kesehatan individu. Pelayanan persalinan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang berdasarkan rujukan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2562/MENKES/PER/XII/2011).


(41)

2.5.1. Ruang Lingkup Pelayanan Jampersal

Adapun ruang lingkup pelayanan Jampersal terdiri dari pelayanan persalinan tingkat pertama, pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan dan Pelayanan Persiapan Rujukan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2562/MENKES/PER/ XII/2011).

2.5.2 Paket Manfaat dan Tata Laksana Pelayanan Jampersal

Manfaat yang diterima oleh penerima Jampersal sebagaimana diuraikan dibawah ini, sedangkan pada peserta Jamkesmas dijamin berbagai kelainan dan penyakit. Manfaat pelayanan Jampersal meliputi:

1. Pemeriksaan Kehamilan (ANC)

Pemeriksaan kehamilan (ANC) yang dibiayai oleh program ini mengacupada buku Pedoman KIA, dimana selama hamil, ibu hamil diperiksa sebanyak 4 kali disertai konseling KB dengan frekuensi 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga. Pemeriksaan kehamilan yang jumlahnya melebihi frekuensi diatas padatiap-tiap triwulan tidak dibiayai oleh program ini.Penyediaan obat-obatan, reagensia dan bahan habis pakai yang diperuntukkan bagi pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas, dan KBpasca salin serta komplikasi yang mencakup seluruh sasaran ibu hamil,bersalin, nifas dan bayi baru lahir menjadi tanggung jawab Pemda/Dinas Kesehatan Kab/ Kota. Pada Jampersal dijamin penatalaksanaan komplikasi kehamilan antara lain penatalaksanaan

abortus imminen, abortus inkompletus dan missedabortion, penatalaksanaan mola


(42)

ektopik terganggu, hipertensi dalam kehamilan, pre eklamsi dan eklamsi, perdarahan pada masa kehamilan, decompensatio cordis pada kehamilan, pertumbuhan janin terhambat (PJT): tinggi fundus tidak sesuai usiakehamilan dan penyakit lain sebagai komplikasi kehamilan yang mengancamnyawa.

2. Penatalaksanaan Persalinan

a. Persalinan per vaginam yang meliputi persalinan per vaginam normal, persalinan per vaginam melalui induksi, persalinan per vaginam dengan tindakan, persalinan per vaginam dengan komplikasi dan persalinan per vaginam dengan kondisi bayi kembar. Persalinan pervaginam dengan induksi, dengan tindakan, dengan komplikasi serta pada bayi kembar dilakukan di Puskesmas PONED dan/atau RS. b. Persalinan per abdominam yaitu seksio sesarea elektif (terencana), atas indikasi

medis, seksio sesarea segera (emergensi), atas indikasi medis dan seksio sesarea dengan komplikasi (perdarahan, robekan jalanlahir, perlukaan jaringan sekitar rahim, dan sesarean histerektomi).

c. Penatalaksanaan Komplikasi Persalinan yaitu Perdarahan, Eklamsi, Retensio plasenta, penyulit pada persalinan, infeksi, penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu bersalin

d. Penatalaksanaan bayi baru lahir yang meliputi perawatan esensial neonatus atau bayi baru lahir dan penatalaksanaan bayi baru lahir dengan komplikasi.

e. Lama hari inap minimal di fasilitas kesehatan yaitu persalinan normal dirawat inap minimal 1 (satu) hari, persalinan per vaginam dengan tindakan dirawat inap minimal 2 (dua) hari dan persalinan dengan penyulit post sectio caesaria dirawat


(43)

inapminimal 3 (tiga) hari. Pencatatan pelayanan pada ibu dan bayi baru lahir tercatat pada registrasi ibu hamil dan pencatatan di Buku KIA, Kartu Ibu, dan Kohort ibu (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2562/ MENKES/PER/XII/2011).

3. Pelayanan Nifas (Post Natal Care) a. Tatalaksana pelayanan

Pelayanan nifas (PNC) sesuai standar yang dibiayai oleh program iniditujukan pada ibu dan bayi baru lahir yang meliputi pelayanan ibunifas, pelayanan bayi baru lahir, dan pelayanan KB pasca salin.Pelayanan nifas diintegrasikan antara pelayanan ibu nifas, bayi barulahir dan pelayanan KB pasca salin. Tatalaksana asuhan PNCmerupakan pelayanan Ibu dan Bayi baru lahir sesuai dengan BukuPedoman KIA. Pelayanan bayi baru lahir dilakukan pada saat lahir dan kunjungan neonatal.Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir dilaksanakan 4 kali, masing-masing 1 kali pada kunjungan pertama untuk Kf1 dan KN1 (6 jam s/d hari ke-2), kunjungan kedua untuk KN2 (hari ke-3 s/d hari ke-7), kunjungan ketiga untuk Kf2 dan KN3 (hari ke-8 s/d hari ke-28), kunjungan keempat untuk Kf3 (hari ke-29 s/d hari ke-42). Pelayanan KB pasca persalinan dilakukan hingga 42 hari pascapersalinan. Pada Jampersal dijamin penatalaksanaan komplikasi nifasantara lain pada perdarahan, Sepsis, Eklampsi, Asfiksia, Ikterus, BBLR, Kejang, Abses/infeksi diakibatkan oleh komplikasi pemasangan alatkontrasepsi dan penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu dan bayi baru lahirsebagai komplikasi persalinan. Pelayanan nifas dijamin sebanyak 4 kali, terkecuali


(44)

pelayanan nifas dengan komplikasi yang dirujuk ke rumahsakit, maka pelayanan nifas dilakukan sesuai pedoman pelayanan nifas dengan komplikasi tersebut. b. Keluarga Berencana (KB)

1) Jenis Pelayanan KB

Pelayanan Keluarga Berencana pasca salin antara lain kontrasepsi mantap, (Kontap), IUD, Implant, dan Suntik.

2) Tatalaksana Pelayanan KB dan ketersediaan Alokon sebagai upaya untuk pengendalian jumlah penduduk danketerkaitannya dengan Jampersal, maka pelayanan KB pada masa nifas perlu mendapatkan perhatian. Tatalaksana pelayanan KB mengacu kepada Pedoman Pelayanan KB dan KIA yang diarahkan pada Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) atau Kontrasepsi Mantap (Kontap) sedangkan ketersediaan alatdan obat kontrasepsi (alokon) KB ditempuh dengan prosedursebagai berikut :

a) Pelayanan KB di fasilitas kesehatan dasar dengan ketentuan bahwa alokon disediakan oleh BKKBN terdiri dari IUD, Implant,dan suntik. Puskesmas membuat rencana kebutuhan alat dan obatkontrasepsi yang diperlukan untuk pelayanan KB diPuskesmas maupun dokter/bidan praktik mandiriyangikut program Jampersal. Selanjutnya daftar kebutuhan tersebut dikirimkan ke SKPD yang mengelola program keluarga berencana di Kabupaten/Kota setempat. Dokter dan bidan praktik mandiri yang ikut program Jampersal membuat rencana kebutuhan alokon untuk pelayanan keluarga berencana dan kemudian diajukan permintaan ke Puskesmas yang ada di wilayahnya. Puskesmas setelah


(45)

mendapatkan alokon dari SKPD Kabupaten/ Kota yang mengelola program KB selanjutnya mendistribusikan alokon ke dokter dan bidan praktik mandiri yang ikut program Jampersal sesuai usulannya. Besaran jasa pelayanan KB diklaimkan pada program Jampersal.

b) Pelayanan KB di fasilitas kesehatan lanjutan dengan ketentuan bahwa alat dan obat kontrasepsi (alokon) disediakan oleh BKKBN. Rumah Sakit yang melayani Jampersal membuat rencana kebutuhan alat dan obat kontrasepsi yang diperlukan untuk pelayanan Keluarga Berencana (KB) diRumah Sakit tersebut dan selanjutnya daftar kebutuhan tersebut dikirimkan ke SKPD yang mengelola program keluarga berencana di Kabupaten/Kota setempat. Jasa pelayanan KB di pelayanan kesehatan lanjutan menjadi bagian dari penerimaan menurut tarif INA CBG’s. Agar pelayanan KB dalam Jampersal dapat berjalan denganbaik, perlu dilakukan koordinasi yang sebaik-baiknya antara petugas lapangan KB (PLKB), fasilitas kesehatan (Puskesmas/Rumah Sakit), Dinas Kesehatan selaku Tim Pengelola serta SKPD Kabupaten/Kota yang menangani program keluarga berencana serta BKKBN Provinsi. Pemberi Pelayanan Jampersal yang melakukan pelayanan KB pasca salin wajib membuat pencatatan dan pelaporan alat dan obat kontrasepsi yang diterima dan digunakan sesuai format pencatatan dan pelaporan dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kab/Kota, dan SKPD yang mengelola program keluarga berencana di Kabupaten/Kota setempat (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2562/MENKES/PER/XII/2011).


(46)

2.5.3. Pendanaan Jampersal

Pendanaan Jampersal merupakan bagian integral dari pendanaan Jamkesmas, sehingga pengelolaannya pada Tim Pengelola/ Dinas Kesehatan Kab/Kota tidak dilakukan secara terpisah baik untuk pelayanan tingkat pertama/ pelayanan dasar maupun untuk pelayanan tingkat lanjutan/rujukan.

Pengelolaan dana Jamkesmas di pelayanan tingkat pertama/ pelayanan dasar dilakukan oleh Dinas Kesehatan selaku Tim Pengelola Jamkesmas Tingkat Kabupaten/Kota sedangkan pelayanan tingkat lanjutan/ rujukan dilakukan oleh RS. 1. Ketentuan Umum Pendanaan

a. Pendanaan Jamkesmas dan Jampersal di pelayanan dasar danpelayanan rujukan merupakan belanja bantuan sosial (bansos) bersumber APBN yang dimaksudkan untuk mendorong pencapaian program, percepatan pencapaian MDG’s 2015 serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan termasuk persalinan oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan.

b. Dana belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada angka 1(satu) adalah dana yang diperuntukkan untuk pelayanan kesehatan dan rujukan pelayanan dasar peserta Jamkesmas, pelayanan persalinan serta rujukan risti persalinan peserta Jamkesmas dan masyarakat sasaran yang belum memiliki Jampersal sebagai penerima manfaat jaminan.


(47)

c. Dana Jampersal di pelayanan kesehatan dasar disalurkan kerekening Dinas kesehatan kabupaten/kota, terintegrasi (menjadi satu kesatuan) dengan dana Jamkesmas.

d. Setelah dana tersebut disalurkan Kementerian Kesehatan kerekening Dinas Kesehatan sebagai penanggung jawab program (melalui SP2D) dan rekening Rumah Sakit, maka status danatersebut berubah menjadi dana peserta Jamkesmas dan masyarakat penerima manfaat Jampersal.

e. Dana Jamkesmas dan Jampersal yang disalurkan sebagaimana pada poin 1 s/d 4 di atas, bukan bagian dari dana transfer daerah ke Pemerintah Kabupaten/Kota sehingga penggunaan dana tersebut tidak melalui Kas Daerah (Perdirjen Perbendaharaan Nomor: PER- 21/PB/2011). Setelah hasil verifikasi klaim dibayarkan sebagai penggantian pelayanan kesehatan, maka status dana menjadi pendapatan fasilitas kesehatan untuk daerah yang belum menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD), sedangkan bagi fasilitas kesehatan daerah yang sudah menerapkan PPK-BLUD, pendapatan tersebut merupakan pendapatan lain-lain PAD yang sah, selanjutnya pemanfaatannya mengikuti ketentuan Peraturan perundang undangan.

f. Pembayaran pelayanan persalinan dan KB bagi peserta Jamkesmas maupun penerima manfaat Jampersal di pelayanan dasar dan di pelayanan rujukan oleh fasilitas kesehatan dilakukan dengan mekanisme “Klaim”.

g. Jasa pelayanan KB di pelayanan dasar di klaimkan pada Tim Pengelola Jamkesmas & BOK di Dinas Kesehatan sesuai besaran yang ditetapkan,


(48)

sedangkan jasa pelayanan KB di pelayanan lanjutan mengikuti pola pembayaran INA-CBG’s.

h. Transport rujukan risti, komplikasi kebidanan dan komplikasi neonatal pasca persalinan bagi penerima manfaat Jampersal di pelayanan kesehatan dasar dibiayai dengan dana dalam program ini, mengacu pada Standar Biaya Umum (SBU) APBN, Standar biaya transportasi yang berlaku di daerah.

i. Sisa dana pada rekening Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota yang tidak digunakan dan/atau tidak tersalurkan sampai dengan akhir tahun anggaran harus disetorkan ke Kas Negara dan menggunakan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP). j. Apabila terjadi kekurangan dana pelayanan persalinan atau pelayanan persalinan

yang sudah diberikan akan tetapi belum diklaimkan/belum terbayarkan pada akhir tahun anggaran, maka kekurangan atas pelayanan yang belum diklaimkan/ terbayarkan tersebut akan diperhitungkan dan dibayarkan pada tahun berikutnya sepanjang ditunjang dengan bukti-bukti yang sah.

k. Pemanfaatan dana Jampersal pada pelayanan lanjutan mengikuti mekanisme pengelolaan pendapatan fungsional fasilitas kesehatan dan berlaku sesuai status rumah sakit tersebut .

2. Sumber dan Alokasi Dana

a. Sumber dana Jampersal bersumber dari APBN Kementerian Kesehatan yang dialokasikan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan.


(49)

b. Alokasi Dana diberikan kepada Pelayanan kesehatan Tingkat Pertama/Dasar dan pada Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan/Rujukan.

c. Penyaluran Dana

Dana Jamkesmas dan Jampersal yang menjadi satu kesatuan secara utuh untuk pelayanan dasar di Puskesmas dan jaringannya serta pelayanan lanjutan di Rumah Sakit/Balkesmas, disalurkan langsung dari bank operasional Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta V ke rekening Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab program a/n Institusi dan dikelola Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota untuk pelayanan kesehatan dasar dan persalinan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama selanjutnya rekening Rumah Sakit/Balai Kesehatan untuk pelayanan persalinan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan yang menjadi satu kesatuan dengan dana pelayanan rujukan yang sudah berjalan selama ini. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota baru yang akan ikut menyelenggarakan Jamkesmas dan Jampersal, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku penanggung jawab program, membuka rekening khusus Jamkesmas dalam bentuk giro bank, atas nama Dinas Kesehatan (institusi) untuk menerima dana Jamkesmas pelayanan dasar dan dana Jampersal, dan selanjutnya nomor rekening tersebut dikirim ke alamat Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kementerian Kesehatan. Pengiriman Nomor rekening melalui surat resmi di tanda tangan Kepala Dinas Kesehatan dan menyertakan nomor telepon yang langsung dapat dihubungi. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang pada tahun sebelumnya telah menyelenggarakan dan mempunyai rekening


(50)

penerimanaan dana Jamkesmas, maka rekening tersebut dapat tetap digunakan untuk penyelenggaraan Jamkesmas tahun berikutnya. Menteri Kesehatan membuat Surat Keputusan tentang penerima dana penyelenggaraan Jamkesmas dan Jampersal di Pelayanan Dasar untuk tiap Kabupaten/Kota yang merupakan satu kesatuan dan tidak terpisahkan. Penyaluran dana dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan kebutuhan serta penyerapan kabupaten/kota. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat surat edaran ke Puskesmas untuk: Membuat

Plan of Action (POA) tahunan dan bulanan untuk pelayanan Jamkesmas dan

Jampersal sebagai dasar perkiraan kebutuhan dana Puskesmas untuk pelayanan Jamkesmas dan Jampersal dan Plan of Action (POA) sebagaimana dimaksud merupakan bagian dari POA Puskesmas secara keseluruhan dan dihasilkan dari dalam lokakarya mini Puskesmas. Bagi Dinas Kesehatan Kab/Kota yang sudah menyelenggarakan Jampersal pada tahun sebelumnya dan sudah mempunyai rekening Jamkesmas/Jampersal pelayanan tingkat pertama/dasar, maka rekening tersebut dapat dilanjutkan penggunaannya untuk menerima dana luncuran pada tahun anggaran berjalan. Dana Jamkesmas dan Jampersal untuk Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan disalurkan langsung dari Kementerian Kesehatan melalui KPPN ke rekening Fasilitas Kesehatan Pemberi Pelayanan Kesehatan secara bertahap sesuai kebutuhan. Penyaluran Dana Pelayanan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI yang mencantumkan nama PPK Lanjutan dan besaran dana luncuran yang diterima. Perkiraan besaran penyaluran dana pelayanan kesehatan


(51)

dilakukan berdasarkan kebutuhan RS yang diperhitungan dari laporan pertanggungjawaban dana PPK Lanjutan.

d. Besaran Tarif Pelayanan

Besaran tarif pelayanan Jampersal di fasilitas kesehatan dasar ditetapkan sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.1. Besaran Tarif Pelayanan Jampersal Pada Pelayanan Dasar No Jenis

Pelayanan

Frek Tarif (Rp)

Jumlah (Rp)

Ket 1 Pemeriksaan

kehamilan (ANC)

4 kali 20.000 80.000 Mengikuti Buku Pedoman KIA. Pada

kasus-kasus kehamilan dengan komplikasi/resiko

tinggi frekuensi ANC dapat > 4 kali dengan penanganan di RS berdasarkan rujukan

2 Persalinan normal

1 kali 500.000 500.000 Besaran biaya ini

hanya untuk pembayaran; a. Jasa Medis

b. Akomodasi pasien maksimum 24 Jam pasca persalinan sedangkan untuk obat-obatan permintaan diajukan

ke Dinas Kesehatan 3 Pelayanan

ibu nifas dan bayi baru lahir

4 kali 20.000 80.000 Mengikuti Buku Pedoman KIA. Pada kasus-kasus

kehamilan dengan komplikasi/resiko tinggi frekuensi ANC dapat > 4 kali dengan penanganan di RS berdasarkan rujukan.


(52)

Tabel 2.1 (Lanjutan) No Jenis Pelayanan Frek Tarif

(Rp)

Jumlah (Rp)

Ket 4 Pelayanan pra

rujukan

pada komplikasi kebidanan dan neonatal.

1 kali 100.000 100.000 Mengikuti Buku Pedoman KIA

5 a.Pelayanan penanganan perdarahan pasca keguguran, ersalinan per vaginam dengan tindakan emergensi dasar. Pelayanan rawat inap untuk komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas

serta bayi baru lahir

1 kali 650.000 650.000 Hanya dilakukan pada Puskesmas PONED yang mempunyai tenaga yang berkompeten serta fasilitas yang

menunjang

Biaya pelayanan rawat inap sesuai dengan ketentuan tarif rawat inap Puskesmas PONED yang berlaku

b. Pelayanan rawat inap untuk bayi baru lahir sakit

1 kali Sesuai tarif rawat inap Puskesm as Perawat an yang berlaku Sesuai tarif rawat inap Puskesm as Perawata n yang Berlaku

Hanya dilakukan pada Puskesmas Perawatan


(53)

Tabel 2.1 (Lanjutan) No Jenis

Pelayanan

Frek Tarif (Rp) Jumlah (Rp)

Ket c.Pelayanan

tindakan Pasca Persalinan (misal Manual Plasenta)

1 kali 150.000 150.000 Hanya dilakukan oleh tenaga terlatih untuk itu (mempunyai surat penugasan

kompetensi oleh Kadinkes setempat) dan di fasilitas yang mampu.

6 KBPasca persalinan: a. Jasa pemasangan alat kontrasepsi (KB):

1) IUD dan Implant 2) Suntik b. Penanganan Komplikasi

KB pasca persalinan 1 kali 1 kali 60.000 10.000 100.000 60.000 10.000 100.000

a. Termasuk jasa dan penyediaan obat-obat komplikasi b. Pelayanan KB Kontap dilaksa nakan di RS

7 Transport Rujukan Setiap kali (PP) Besaran biaya transport sesuai dengan Standar Biaya Umum (SBU) APBN, Standar Biaya transportasi yang berlaku di daerah Biaya transport rujukan adalah biaya yang dikeluarkan untuk merujuk pasien, sedangkan biaya petugas dan pendampingan dibebankan kepada pemerintah daerah

Sumber : Kemenkes, 2011


(54)

1. Klaim persalinan ini tidak harus dalam paket (menyeluruh) tetapi dapat dilakukan klaim terpisah, misalnya ANC saja, persalinan saja atau PNC saja Pelayanan nomor 4 dibayarkan apabila dilakukan tindakan stabilisasi pasien pra rujukan. 2. Pelayanan nomor 5a dan 5b dilakukan pada fasilitas kesehatan tingkat I PONED

yang mempunyai kemampuan dan sesuai kompetensinya.

3. Untuk kasus-kasus yang pada waktu ANC telah diduga/diperkirakan adanya risiko persalinan, pasien sudah dipersiapkan jauh hari untuk dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih baik dan mampu seperti Rumah Sakit.

4. Di daerah yang tidak memiliki fasilitas kesehatan Puskesmas PONED dengan geografis yang tidak memungkinkan, bidan dapat diberikan kewenangan oleh Kepala Dinas Kesehatan dengan penugasan sebagaimana telah diatur dalam Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan; sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku. Besaran biaya untuk pelayanan Jampersal, komplikasi kehamilan, komplikasi nifas dan komplikasi bayi baru lahir, maupun pelayanan rujukan terencana tingkat lanjutan menggunakan tarif paket Indonesia Case Base Group (INA-CBGs). e. Pengelolaan Dana

Agar penyelenggaraan Jamkesmas termasuk Jampersal terlaksana secara baik, lancar, transparan dan akuntabel, pengelolaan dana tetap memperhatikan dan merujuk pada ketentuan pengelolaan keuangan yang berlaku. Pengelolaan Dana Jamkesmas dan Jampersal di Pelayanan Dasar dan pengelolaan dana pada fasilitas kesehatan lanjutan.


(55)

f. Kelengkapan Pertanggung Jawaban Klaim

Pertanggungjawaban klaim pelayanan Jampersal dari fasilitas kesehatan tingkat pertama ke Tim Pengelola Kabupaten/ Kota dan pertanggungjawaban klaim pelayanan Jampersal di fasilitas kesehatan lanjutan dilengkapi fotokopi kartu identitas diri sasaran yang masih berlaku (KTP atau identitas lainnya), dan bagi peserta jamkesmas dilengkapi dengan fotokopi kartu Jamkesmas dan fotokopi/tembusan surat rujukan dari Puskesmas, fasilitas Kesehatan Swasta/Bidan Praktik Mandiri di tandatangani oleh sasaran atau keluarga sasaran serta bukti pelayanan untuk Rawat Jalan dan Resume Medis untuk rawat inap.

g. Pemanfaatan Dana di Fasilitas Kesehatan

Yang dimaksud dengan pemanfaatan dana adalah penggunaan dana setelah menjadi pendapatan fasilitas kesehatan baik fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta. Pemanfaatan dana yang diterima oleh Dokter Praktik/Bidan Praktik Mandiri, sepenuhnya menjadi hak Dokter Praktik/Bidan Praktik Mandiri. Pemanfaatan dana di fasilitas kesehatan pemerintah baik fasilitas kesehatan tingkat pertama/dasar maupun fasilitas kesehatan tingkat lanjutan/rujukan, mengikuti ketentuan perundangan yang berlaku/tata kelola keuangan daerah dan pengaturannya bergantung pada status fasilitas kesehatan tersebut; apakah BLU/BLUD atau non BLU/BLUD.


(56)

h. Pengelolaan dana Jamkesmas dan Jampersal

Pengelolaan dana Jamkesmas dan Jampersal dilakukan di Pelayanan Dasar dan pada Fasilitas Kesehatan Lanjutan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2562/MENKES/PER/XII/2011).

2.5.4. Pengorganisasian Jampersal

Pengorganisasian kegiatan Jampersal dimaksudkan agar pelaksanaan manajemen kegiatan Jampersal dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pengelolaan kegiatan Jampersal dilaksanakan secara bersama-sama antara pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Dalam pengelolaan Jampersal dibentuk Tim Pengelola di tingkat pusat, tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota. Pengelolaan kegiatan Jampersal terintegrasi dengan kegiatan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan BOK.

Pengorganisasian manajemen Jamkesmas dan BOK terdiri dari tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK (bersifat lintas sektor), sampai tingkat kabupaten/kota dan tim Pengelola Jamkesmas dan BOK (bersifat lintas program), sampai tingkat kabupaten/kota (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2562/MENKES/PER/XII/2011).

2.5.5. Indikator Keberhasilan, Pemantauan dan Evaluasi Jampersal 1. Indikator Keberhasilan

Jampersal diharapkan memberikan kontribusi dalam upaya untuk meningkatkan cakupan pencapaian program KIA. Untuk mengukur/melihat keberhasilan


(57)

Jampersal sebagai dasar dalam menilai keberhasilan dan pencapaian pelaksanaan Jampersal digunakan beberapa kelompok indikator-indikator sebagai berikut: a. Indikator Kinerja Program (sesuai dengan Program KIA) yang meliputi cakupan

K1, cakupan K4, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan,cakupan penanganan komplikasi kebidanan, cakupan pelayanan nifas lengkap (KF lengkap), cakupan peserta KB pasca persalinan, cakupan kunjungan neonatal 1 (KN1), cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN Lengkap), cakupan penanganan komplikasi neonatal

b. Indikator Kinerja Pendanaan dan Tata Kelola Keuangan yang meliputi tersedianya dana Jampersal pada seluruh daerah sesuai kebutuhan, termanfaatkannya dana Jampersal bagi seluruh sasaran yang membutuhkan dan terselenggaranya proses klaim dan pertanggungjawaban dana Jampersal untuk pelayanan dasar dan pelayanan rujukan secara akuntabel (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2562/MENKES/PER/XII/2011).

2. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Jampersal terintegrasi dengan program Jamkesmas sebagaimana diatur dalam Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas. Tujuan dari pemantauan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan di lapangan, sedangkan evaluasi bertujuan menilai pencapaian indikator keberhasilan. Ruang lingkup dari langkah ini adalah data sasaran, pencatatan, pelaporan dan penanganan keluhan, pelaksanaan pelayanan Jampersal meliputi jumlah kunjungan ke fasilitas kesehatan tingkat pertama


(58)

maupun jumlah rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, kualitas pelaksanaan pelayanan Jampersal, pelaksanaan penyaluran dana dan verifikasi pertanggung jawaban dana, pelaksanaan verifikasi penggunaan dana Jampersal, dan pengelolaan Jampersal di Provinsi/Kabupaten/Kota. Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala baik bulanan, triwulan, semester maupun tahunan oleh Pusat dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota melalui kegiatan-kegiatan pertemuan koordinasi (tingkat Pusat; Provinsi dan Kabupaten/Kota), pengolahan dan analisis data dan supervisi.

3. Penanganan Keluhan

Penyampaian keluhan berguna sebagai masukan untuk perbaikan dan peningkatan pelayanan, keluhan tersebut dapat disampaikan oleh sasaran, pemerhati, dan petugas fasilitas kesehatan kepada Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK di Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/Kota. Dalam penanganan keluhan Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK harus memperhatikan prinsip bahwa keluhan harus direspon secara cepat dan tepat; penanganan keluhan dilakukan pada tingkat terdekat dengan masalah dan penyelesaiannya dapat dilakukan secara berjenjang dan penanganan keluhan dapat memanfaatkan unit yang telah tersedia di fasilitas kesehatan maupun Dinas Kesehatan setempat.

4. Pembinaan dan Pengawasan

a. Pembinaan bertujuan agar pelaksanaan Jampersal lebih berdaya guna dan berhasil guna. Pembinaan dilakukan secara berjenjang sesuai dengan tugas dan fungsinya, diantaranya pembinaan dalam penyusunan POA program ( POA tetap diperlukan


(59)

sebagai acuan untuk dalam perencanaan kegiatan), pembinaaan dalam pelaksanaan pelayanan program di lapangan, pembinaan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban dana Jampersal, pembinaan dalam penyelenggaraan proses klaim, dan pembinaan dalam proses sistem informasi manajemen baik yang berbasis website maupun manual.

b. Pengawasan dilakukan secara pengawasan melekat dan pengawasan fungsional 5. Pencatatan, Pelaporan, dan Umpan Balik

Untuk mendukung pemantauan dan evaluasi diperlukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan Jampersal secara rutin setiap bulan, yaitu dengan rincian :

a. Pencatatan

Hasil kegiatan pelayanan Jampersal dilakukan oleh fasilitas kesehatan pada register pencatatan yang sudah ada.

b. Pelaporan

- Fasilitas kesehatan wajib melaporkan rekapitulasi pelaksanaan program kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku Tim Pengelola pada tanggal 5 (lima) setiap bulannya.

- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku Tim Pengelola Kabupaten/Kota wajib melakukan rekapitulasi laporan dari seluruh laporan hasil pelaksanaan Jampersal program di wilayah Kabupaten/Kota setempat dan melaporkannya kepada Dinas Kesehatan Provinsi setiap tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya.


(1)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Dari 5 informan kunci yang diwawancarai, 3 informan tidak mengetahui bahwa KB (Keluarga Berencana) merupakan salah satu pelayanan yang diberikan Program Jampersal.

2. Penyampaian Program Jampersal masih kurang komunikasi dan koordinasi baik dari pihak penyelenggara dan penggunanya sehingga implementasi Program Jampersal masih kurang efektif.

3. Seluruh informan kunci menyatakan bahwa Program Jampersal memberikan dampak positif terhadap peningkatan cakupan kunjungan antenatal.

4. Seluruh informan pokok menyatakan bahwa Program Jampersal bermanfaat bagi mereka dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan khususnya pemeriksaan kehamilan.

5. Seluruh informan kunci menyatakan bahwa Program Jampersal belum memberikan dampak positif terhadap peningkatan cakupan peserta KB paskapersalinan terlihat bahwa semua informan pokok tidak menggunakan KB pada paska persalinan.


(2)

6.2. Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan hendaknya meningkatkan sosialisasi, koordinasi dan monitoring terhadap Puskesmas dan instansi penyedia layanan Jampersal secara menyeluruh sehingga implementasi Program Jampersal bisa berjalan dengan efektif dan efisien.

2. Bagi pihak Puskesmas hendaknya meningkatkan sosialisasi Program Jampersal kepada masyarakat dan mengadakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang KB bagi masyarakat khususnya konseling KB terhadap para suami di wilayah kerja Puskesmas Panei Tongah sehingga dapat mengubah persepsi masyarakat yang buruk mengenai KB dan dapat memanfaatkan program ini dengan maksimal.

3. Bagi tenaga kesehatan di Puskesmas sebaiknya tidak hanya sisi materi saja yang difikirkan namun nilai sosial dari adanya jampersal bagi pasien dan sebaiknya bidan yang ikut dalam penandatanganan Jampersal dan bidan yang tidak ikut melaksanakan Jampersal tetap ikut dalam pertemuan di DKK dan IBI Kabupaten Simalungun sehingga bisa tahu perkembangan Jampersal saat ini.

4. Peningkatan sumber daya manusia dalam organisasi DinasKependudukan keluarga Berencana dan Catatan Sipil Kabupaten umumnya, dan petugas lapangan keluarga berencana di tingkat kecamatan khususnya, mutlak diperlukan sejalan dengan peningkatan kualitas pendidikan masyarakat


(3)

sasaran program. Hal ini dapat dilakukan dengan model diklat maupun tugas belajar.

5. Dalam upaya meningkatkan keikutsertaan KB maka perlu ditingkatkan koordinasi yang komprehensif antara Kementrian Kesehatan dan BKKBN pada program jaminan persalinan dengan cara meningkatkan advokasi dan KIE/Konseling pelayanan keluarga berencana dalam jaminan persalinan secara berkesinambungan, penyediaan alat dan obat kontrasepsi, sarana pendukung pelayanan KB, serta penggerakan layanan KB, memfasilitasi pelatihan bagi dokter dan bidan khususnya pelayanan KB MKJP, pengelola pelayanan KB dalam jaminan persalinan, dan meningkatkan monitoring dan evaluasi pada program jaminan persalinan, dan mengarahkan pelayanan KB pada kontrasepsi jangka panjang yang tidak rawan drop out.

6. Bagi BKKBN Kabupaten Simalungun hendaknya menggalakkan program KB yang bersifat jemput bola sehingga banyak akseptor yang akan terjaring, seperti melalaui program Mupen (Mobil Penerangan) dan membangun kerjasama yang baik juga dengan pemuka agama serta masyarakat di Kecamatan Panei.

7. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lanjutan, mengenai pelaksanaan jampersal pada bidan praktek swasta terhadap juknis jampersal di Kabupaten Simalungun.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. (2006). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung:CV. Alfabeta. Anonim, 2003, Statistik Indonesia. http://www.bps.go.id

Anonim, 2011, Pedoman KIA. http://www.depkes.go.id

BPS, 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007. Buse, K. Et.al, 2009. Making Health Policy

Dahlan, M., Sopiyudin., 2008. Langkah – Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang kedokteran dan Kesehatan, Jakarta: Sagung Seto.

Departemen Kesehatan., 2006. Pedoman KIA, Jakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, 2008. Profil Kesehatan Kabupaten Simalungun Tahun 2007, Pematang Raya.

Dinas Propinsi Sumatera Utara, 2010. Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2009, Medan.

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Evariana Mandasari, 2012. Analisis Perbandingan Pelaksanaan Jaminan Persalinan (Jampersal) pada Bidan Praktek Swasta (BPS) di Wilayah Puskesmas Kota Semarang dengan Petunjuk Teknis (Juknis) Jampersal Tahun 2012, Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013, Volume 2, Nomor 1, Januari 2013.

HerlinaT, dkk, 2012. Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Ibu Peserta Jampersal dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Pasca Salin di Desa Kepuhrejo Kec.Takeran Kab.Magetan tahun 2012.

Ikatan Bidan Indonesia., 2001. 50 tahun IBI.


(5)

Kecamatan Panei, 2010. Profil Kesehatan Kecamatan Panei tahun 2010, Panei Tongah.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011, Jakarta.

___________________________________, 2011. Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional /Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)., 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium, Jakarta.

Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010.

Moekijat, 1985, Analisa Kebijakan Publik, Mandar Maju, Bandung.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution,S., 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Penerbit Tarsito.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2562/ Menkes/PER/XII/2011, Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan.

Prawirohardjo. (2005). Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Robbin, Stepen, P. 2001, Perilaku Organisasi, PT Prenhalindo, Jakarta

Saifuddin, A.B, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Samudra, Wibawa, 1994. Evaluasi Kebijakan Publik, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tumirah,et.al, 2012. Evaluasi Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi, Jurnal Penelitian Suara Forikes Volume III Nomor 2, April 2012.

Undang – Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. United Nations Secretariat, 2011. World Population Prospects.


(6)

Widodo, Joko. (2007). Analisis Kebijakan Publik:Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia Publishing.

Winarno, Budi, 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media Pressindo.

Wahab, Solichin Abdul. (2004). Analisis Kebijaksanaan:Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta:PT. Bumi Aksara.

Yhastra HP, 2012. Pengaruh Jaminan Persalinan terhadap Keikutsertaan Keluarga Berencana, Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran UniversitasDiponegoro,http://eprints.undip.ac.id/37823/1/Yhastra_G2A0081 99_Lap.KTI.pdf diakses pada tanggal 26 Maret 2013.

Zaeni, A.2006. Implementasi Program Keluarga Berencana di Kabupaten Batang Studi Kasus Peningkatan Kesertaan KB di Kecamatan Gringsing, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang, 2006


Dokumen yang terkait

Gambaran Kualitas Pelayanan Antenatal Dan Cakupan K4 di Puskesmas Kabupaten Samosir Tahun 2006

0 30 66

Efektivitas Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Di Puskesmas Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun (Studi Kasus Di Puskesmas Panei Tongah Kabupaten Simalungun)

21 141 102

Gambaran Konsumsi Makanan Dan Status Gizi Pada Anak Penderita Karies Gigi Di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009

0 27 68

PERSEBARAN KERENTANAN BAHAYA BANJIR DI KELURAHAN PANEI TONGAH KECAMATAN PANEI KABUPATEN SIMALUNGUN.

0 1 24

ANALISIS HUBUNGAN PENYULUHAN DAN PELAYANAN ANTENATAL DENGAN CAKUPAN KUNJUNGAN 4 DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2008 - UDiNus Repository

0 0 2

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN PERSALINAN DALAM MENINGKATKAN CAKUPAN PERSALINAN TENAGA KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2013 | Putro | Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia 3208 5468 1 SM

0 0 6

Determinan Kinerja Petugas dalam Pencapaian Cakupan Imunisasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen Tahun 2015

0 0 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan (Policy) 2.1.1. Pengertian - Analisis Implementasi Kebijakan Jampersal dalam Pencapaian Cakupan Kunjungan Antenatal dan Pencapaian Cakupan Peserta KB Paska Persalinan di Puskesmas Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupate

0 0 46

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang - Analisis Implementasi Kebijakan Jampersal dalam Pencapaian Cakupan Kunjungan Antenatal dan Pencapaian Cakupan Peserta KB Paska Persalinan di Puskesmas Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun Tahun 2013

0 0 12

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMPERSAL DALAM PENCAPAIAN CAKUPAN KUNJUNGAN ANTENATAL DAN PENCAPAIAN CAKUPAN PESERTA KB PASKA PERSALINAN DI PUSKESMAS PANEI TONGAH KECAMATAN PANEI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2013 TESIS

0 0 17