4. Manajemen yang tidak baik poor management
5. Kondisi  ekonomi  yang  tidak  menguntungkan  yang  mempengaruhi
perusahaan  atau  industry  an  economic  downturn  effecting  the  company and or industry.
6. Ekspansi yang berlebihan over expention
2.1.5 Metode Altman
Analisis model Altman telah mengalami perkembangan sebanyak tiga kali yaitu  Z-Score  model  pertama  Z-Score,  Z-Score
revisi Z’-Score,  dan Z-Score modifikasi  Z’’-Score.  Z-Score  digunakan  untuk  menilai  tingkat  kesehatan
keuangan dari sebuah perusahaan.
2.1.5.1 Model Z-Score Pertama Z-Score
Model  Z-Score  diciptakan  pertama  kali  lewat  penelitian  yang  dilakukan oleh  Edward  I  Altman  pada  tahun  1968.  Metode  ini  diciptakan  menggunkan
metode analisis diskriminan berganda Mulitiple Diskriminant Analyisis. Dalam penelitian tersebut,Altman mengambil sampel yang dikelompokkan
menjadi  tiga,  yaitu  berdasarkan  keadaan  itu  perusahaan  pada  tahun-tahun  yang sama  Bangkrut  dan  tidak  bangkrut,  berdasarkan  industrinya,  dan  berdasarkan
ukuran perusahaan yang tercermin pada besarnya asset yang dimiliki. Sedangkan variabel  yang  diambil  dikelompokkan  ke  dalam  lima  katagori  standar  yaitu
profitabilitas, likuiditas, leverage, solvabilitas, dan aktivitas. Setelah  melakukan  penelitian  terhadap  variabel  dan  sampel  yang  dipilih,
Altman menghasilkan persamaan kebangkrutan yang pertama sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Z = 0,012 �  + 0,014 �  + 0,033�  + 0,006�  + 0,999�
Sumber: wikipedia.org
Keterangan : X1
: modal kerja  total asset X2
: laba ditahan  total asset X3
: laba usaha EBIT  total asset X4
: nilai pasar ekuitas  nilai buku total hutang X5
: penjualan  total asset Z
: nilai Z-Score Untuk  dapat  menyatakan  dan  mengelompokkan  perusahaan  tersebut
bangkrut  atau  tidak  bangkrut  pada  masa  yang  akan  datang,  maka  Almant membuat suatu daerah pembatas discriminat area sebagai berikut :
  Z  2,99 : kemungkinan bangkrut perusahaan kecil
  Z  1,81 : kemungkinan bangkrut perusahaan besar
  1,81  Z  2,99 : kemungkinan bangkrut meragukan grey area
Model  kebangkrutan  ini  hanya  bisa  diterapkan  pada  perusahaan  publik berukuran besar dan bergerak dalam sektor manufaktur.
2.1.5.2 Model Z-Score Revisi Z’- Score
Setelah  menciptakan  model  kebangkrutan  yang  pertama,  Altman melakukan  revisi,  dengan  tujuan  menyesuaikan  model  prediksi  kebangkrutan
tersebut jika diterapkan pada perusahaan yang tidak mempunyai nilai ekuitas, atau perusahaan  non  publik.  Revisi  yang  dilakukan  terhadap
� ,dimana  Altman
Universitas Sumatera Utara
mengganti rasio nilai pasar ekuitas terhadap total asset menjadi nilai buku ekuitas terhadap total asset. Berikut adalah persamaan Altman:
Z’ = 0,717�  + 0,847 �  + 3,107�  + 0,420�  + 0,998� Sumber: wikipedia.org
Selain �  yang  mengalami  perubahan,  nilai  koefisien  pada  variabel  juga
mengalami  perubahan  terutama  pada � dan � .  Model  Z’-Score  ini  mempunyai
rata-rata  skor  kelompok  perusahaan  tidak  bangkrut  yang  lebih  rendah dibandingkan  dengan  model  kebangkruta  yang  pertama.  Tetapi  daerah  abu-abu
menjadi  lebih  lebar  karena  batas  terndahnya  sekarang  menjadi  1,23  yang sebelumnya 1,81.
Rasio-rasio yang digunakan pada model Z-Score ini juga berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas dan aktivitas, dimana rasio yang digunakan :
a. Working Capital to Total Assets
Rasio  ini  menunjukkan  kemampuan  perusahaan  untuk  menghasilkan modal kerja bersih  dari keseluruhan total aktiva yang  dimiliki.  Modal kerja yang
dimaksud  adalah  selisih  antara  aktiva  lancer  dengan  hutang  lancar.  Modal  kerja yang  negatif  kemingkinan  besar  akan  menghadapi  masalah  dalam  menutupi
kewajiban  jangka  pendeknya  karena  tidak  tersedianya  aktiva  lancar  yang  cukup untuk  menutupi  kewajiban  tersebut.  Sebaliknya,  perusahaan  dengan  modal  kerja
bersih  yang  bernilai  positif  jarang  sekali  menghadapi  kesulitan  dalam  melunasi kewajibannya.
Universitas Sumatera Utara
b. Retained Earning to Total Assets
Rasio  ini  merupakan  rasio  profitabilitas  yang  mendeteksi  atau  mengukur kemampuan perusahaan dalam  menghasilkan keuntungan  dalam periode tertentu.
Retained  earnings  di  sini  adalah  laba  ditahan.  Perbandingan  retained  earning terhadap  total  assets  merupakan  rasio  profitabilitas  yang  dapat  mendeteksi
kemampuan  perusahaan  dalam  menghasilkan  keuntungan,  yang  ditinjau  dari kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dibandingkan dengan kecepatan
perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha. c.
Earning Before Interest and Tax to Total Assets Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio Earning Before Interest and Tax  di  sini  adalah  operating  income.  Rasio  ini  merupakan  kontributor  terbesar
dari model tersebut. d.
Book Value of Equity to Total Liability Rasio  ini  menunjukkan  kemampuan  perusahaan  untuk  memenuhi
kewajiban-kewajibannya dari nilai pasar modal sendiri. e.
Sales to Total Assets Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan
yang  tertanam  dalam  keseluruhan  aktiva  yang  berputar  dalam  satu  periode tertentu. Rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva
untuk  menghasilkan  penjualan.  Sales  yang  dipakai  pada  perusahaan  adalah revenue.
Berikut discriminant area dari metode Z’ – Score sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
 Z’  2,90
: kemungkinan bangkrut perusahaan kecil 
Z’  1,23 : kemungkinan bangkrut perusahaan besar
 1,23   Z’  2,90  : kemungkinan bangkrut meragukan grey area
2.1.4.2 Model Z - Score Modifikasi Z”- Score