Uji Asumsi Klasik Analisis Hasil Penelitian

3. Variabel labarugi perusahaan X 2 4. Variabel opini audit X memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1 dengan rata-rata labarugi perusahaan adalah sebesar 0,79 dengan jumlah sampel sebanyak 11 perusahaan dan 33 unit analisis. 3 5. Variabel rasio hutang X memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Rata-rata keseluruhan opini auditadalah 0,91 dengan jumlah sampel sebanyak 11 perusahaan dan 33 unit analisis. 4 memiliki nilai minimum 0,09 yang terdapat pada perusahaan Benakat Petroleum Energy pada tahun 2011 dan nilai maksimum 0,99 yang terdapat pada perusahaan Central Omega Resources pada tahun 2010. Rata-rata keseluruhan pada rasio hutangadalah 0,4891 dengan jumlah sampel sebanyak 11 perusahaan dan 33 unit analisis.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

4.2.2.1.Uji Normalitas Dalam penelitian ini pengujian normalitas data dilakukan secara grafik dan statistik sehingga dapat diketahui secara pasti bagaimana distribusi data yang diperoleh. Analisis grafik untuk melihat normalitas data dilakukan dengan melihat grafik histogram dan kurva normal probability plot. Dan analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov K-S. Uji normalitas yang pertama dengan melihat grafik secara histogram. Berdasarkan hasil komputasi dengan bantuan aplikasi SPSS 18.0, maka dihasilkan grafik histogram seperti terlihat pada gambar 4.1 dibawah ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 Grafik Histogram Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013 Dalam gambar 4.1 diatas, terlihat bahwa bentuk histogram menggambarkan data yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Karena terlihat grafik membentuk seperti lonceng bell shaped. Dimana bentuk histogram seperti bentuk lonceng bell shaped curve mengindikasikan bahwa data berdistribusi normal Santoso, 2002. Uji normalitas yang kedua adalah dengan melihat analisis grafik normal P-Plot normal probability plot. Berdasarkan hasil komputasi dengan bantuan aplikasi SPSS 18 for Window, maka dihasilkan grafik seperti terlihat pada gambar 4.2 dibawah ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 Normal Probability Plot Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2013 Dari gambar 4.2, terlihat data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut yang tidak menceng skewness ke kiri maupun ke kanan. Grafik normal plot memperlihatkan titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mendekati garis diagonal. Dengan pola grafik histogramnya menunjukkan bahwa pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sehingga menurut analisis grafik histogram dan P-Plot data telah terdistribusi secara normal atau memenuhi asumsi normalitas. Universitas Sumatera Utara Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati melihat. Secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu digunakan pula analisis statistik Kolmogorov-Smirnov uji K-S. Uji normalitas yang dilakukan dengan Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk mengetahui apakah variabel ukuran perusahaan, labarugi perusahaan, opini auditor, rasio hutang dan auditdelay berdistribusi normal atau tidak. Apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal atau maka Ho diterima, sedangkan jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka data tidak berdistribusi normal atau maka Ho ditolak. Tabel 4.2 berikut menyajikan tabel hasil uji Kolmogorov Smirnov. Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N 33 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation 16.04809661 Most Extreme Differences Absolute .111 Positive .101 Negative -.111 Kolmogorov-Smirnov Z .639 Asymp. Sig. 2-tailed .809 a. Test distribution is Normal. Hasil pengujian yang ditunjukkan pada tabel 4.3 menunjukkan besar nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,639 dengan nilai signifikasi 0,809. Berdasarkan hipotesis Ho diterima bila lebih besar dari 0,05. Nilai signifikasi 0,809 0,05 Universitas Sumatera Utara maka dapat disimpulkan bahwa dapat disimpulkan Ho diterima. Dan kesimpulan secara keseluruhan yang dapat diambil adalah nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan memenuhi asumsi normalitas serta dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. 4.2.2.2.Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas bertujuan menguji apakah pada model regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi korelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF dan nilai Tolerance. Dimana apabila nilai Variance Inflation Factor VIF ≤ 10 dan nilai tolerance ≥ 0,10, maka terjadi multikolinearitas dan apabila VIF 10 dan nilai Tolerance 0,1, maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 116.944 12.692 9.214 .000 Ukuran perusahaan 1.949E-7 .000 .055 .341 .736 .948 1.055 Labarugi -7.703 9.246 -.167 -.833 .412 .624 1.602 Opiniaudit -28.547 13.247 -.435 -2.155 .040 .615 1.626 Rasiohutang -10.536 13.992 -.120 -.753 .458 .980 1.020 a. Dependent Variable: auditdelay Setiap variabel bebas yang terdapat dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance yang lebih besar dari 0,1 yaitu terlihat bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki nilai tolerance 0,948; variabel labarugi perusahaan memiliki nilai tolerance 0,624; variable opini audit memiliki nilai tolerance 0,615; variabel rasio hutang memiliki nilai tolerance 0,980. Dari nilai tolerance yang semua lebih dari 0,10 maka, berarti tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Lalu dilihat dari VIF-nya, masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10 yaitu untuk VIF ukuran perusahaan menunjukkan nilai sebesar 1,055; VIF labarugi perusahaan menunjukkan nilai sebesar 1,602; VIF opini auditmenunjukkan nilai sebesar 1,626; VIF rasio hutang menunjukkan nilai sebesar1,020. Maka dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolineritas dalam variabel bebasnya. Universitas Sumatera Utara 4.2.2.3.Uji Autokorelasi Uji autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya Erlina dan Sri, 2007. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi gejala autokorelasi kita menggunakan uji Durbin-Watson DW. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut Table 4.4 Hasil Uji Autkorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .546 a .298 .197 17.156 2.140 a. Predictors: Constant, rasiohutang, labarugi, totalasset, opiniaudit b. Dependent Variable: auditdelay Hasil uji autokorelasi diatas menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson DW sebesar 2,140. Dengan melihat kriteria Durbin-Watson yaitu 1,65 DW 2,5 maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. 4.2.2.4.Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain Erlina dan Sri, 2007. Model regresi yang baik adalah Universitas Sumatera Utara regresi yang bebas dari heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola grafik yang dihasilkan dari pengolahan data dengan menggunakan program SPSS. Melalui grafik scatterplot digunakan untuk menganalisis apakah terjadi heteroskedastisitas dengan mengamati penyebaran yang terjadi pada titik-titik gambar. Dasar pengambilan keputusannya adalah. 1. jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar, kemudian menyempit, maka terjadi heteroskedastisitas. 2. jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada scatterplot pada gambar 4.3 dibawah ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Dari grafik scatterplot, terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Maka hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

4.2.3 Uji Hipotesis