Korelasi Antar Peubah PEMBAHASAN

jenis CMA mempunyai karakter beda.. Selain itu cekaman fisik mampu meningkatkan sporulasi, yaitu pemotongan kotiledon Widiastuti 2004. Di dalam penelitian tersebut dilakukan cekaman dengan pemotongan daun tua setelah 3 bulan, serta pemotongan tanaman bagian atas setelah umur 4 bulan, dan diamati pada umur 5 bulan. Hasil penelitian yang diperoleh mendukung fenomena lapang dimana inang sorghum dan P. phaseoloides merupakan inang yang sering digunakan perbanyakan spora dengan kultur pot terbuka. Percobaan ini memberikan jawaban bahwa penggunaan kedua tanaman tersebut untuk perbanyakan spora di rumah kaca dengan kultur pot memberi informasi peningkatan perbanyakan CMA berdasar berbagai faktor. Perbanyakan spora secara massal dilakukan dalam pot terbuka konvensional di rumah kaca mempunyai beberapa kelemahan, yaitu spora tidak murni dan spora terkontaminasi CMA jenis lain, atau mikroorganisme lain menurunkan perbanyakan spora secara cepat, yaitu Microdochium sp, sebagai mikroba kontaminan sangat merugikan usaha perbanyakan spora CMA Hijri et al. 2000. Oleh sebab itu spora steril merupakan kunci peningkatan kualitas perbanyakan CMA in vitro Becard Piche 1992. Fortin et al. 2002 menyatakan bahwa sumber inokulum untuk perkembangan spora CMA in vitro diperoleh dari kultur pot. Oleh karena itu hasil penelitian digunakan sebagai sumber spora yang disterilkan sebagai sumber inokulum steril, dan dikultur pada medium kultur ganda, yaitu medium MM Becard Fortin 1988 dan MSR Strullu Romand 1986 dengan inang eksplan tomat dan wortel in vitro. Selain sebagai sumber spora, spora dihasilkan juga digunakan untuk uji coba enkapsulasi spora CMA G. margarita A. tuberculata dengan Na-alginat, serta uji daya viabilitas perkecambahan spora dengan inang P. phaseoloides.L.

5. SIMPULAN

1. Tempat tumbuh tanaman cawan Petri plastik dan gelas plastik warna, jenis CMA G. margarita dan A. tuberculata serta jenis inang tanaman sorghum dan P. phaseoloides berpengaruh nyata terhadap biomasa tanaman, nisbah pucuk akar, jumlah spora dan infeksi akar. Terjadi korelasi antar peubah terkecuali biomasa tanaman dan nisbah pucuk akar. 2. Sorghum dan P. phaseoloides merupakan tanaman inang kompatibel terhadap perbanyakan G. margarita dan A. tuberculata kultur pot in vivo di rumah kaca. 3. Cawan Petri plastik menghasilkan bentuk dan ukuran spora CMA uji seragam, menekan kontaminasi, menghasilkan spora banyak dan infeksi akar tinggi. 4. Gelas plastik warna menghasilkan spora yang ukuran bervariasi, kontaminan lebih tinggi, jumlah spora dan infeksi spora relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tempat tumbuh cawan Petri. 5. Lama waktu inkubasi meningkatkan perbanyakan spora dan persentse infeksi akar G. margarita dan A. tuberculata. Inang tanaman P. phaseoloides menghasilkan jumlah G. margarita maupun A. tuberculata tertinggi .

BAB VI Penyediaan Inokulum Steril

Gigaspora margarita dan Acaulospora tuberculata Kultur Aksenik dengan Eksplan Tomat dan Wortel ABSTRAK Penyediaan inokulum CMA pada umumnya menggunakan kultur pot dalam rumah kaca, kendala yang dihadapai yaitu kultur tidak murni terkontaminasi oleh mikroorganisme lain, dan keterbatasan lahan. Salah satu upaya menanggulangi masalah tersebut adalah pemanfaatan kultur aksenik in vitro. Namun, belum diperoleh teknik sterilisasi CMA yang tepat. Tujuan penelitian mendapat i metode sterilisasi spora CMA, ii media dan tanaman inang sesuai atau kompatibel untuk penyediaan inokulum CMA steril, iii perkembangan G. magarita dan A. tuberculata in vitro. Perbanyakan tanaman wortel dengan perkecambahan biji. Perbanyakan tanaman tomat menggunakan tunas, dan media ditambah kinetin 0,1, 0,5 dan 1,0 mgl. Bahan wortel dan tomat in vitro diadaptasikan pada medium minimum MM dan medium Strullu dan Romand MSR. Sumber spora G. margarita dan A. tuberculata dari kultur in vivo di rumah kaca percobaan II, disterilisasi dengan tiga metode. Masing–masing pora steril diinokulasikan ke dalam akar plantlet wortel dan diinkubasi dalam ruang kultur cahaya 75-100 luks 12 jamhari, suhu 26 o C dan Rh 80 . Percobaan dilaksanakan menggunakan Ra ncangan Acak Lengkap Faktorial 2x2x2x5 . Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sterilisasi terbaik menggunakan MgSO 4 .7H 2 O 0,1, 10 Tween 20 steril, dan permukaan spora dibersihkan NaOCl 2 0,52 Bayclin10. Spora disterilkan dengan antibiotik gentamisin, streptomisin dan penisilin masing- masing 100 mgl dan tetrasiklin 2,5 mg l . Spora G. margarita steril berkecambah antara 11-15 hari sedang A. tuberculata 40-50 hari setelah inokulasi. Media yang sesui untuk kedua jenis CMA adalah MM dan MSR, sedang yang terbaik adalah MM. Tanaman wortel dan tomat kompatibel, namun lebih baik wortel untuk perkembangan G. magarita dan A. tuberculata kultur aksenik. Kedua CMA tersebut berkecambah, hifa eksternal berkembang menginfeksi akar inang, membentuk arbuskula, ve sikula dan membentuk spora baru sporulasi. Kesimpulan bahwa kedua CMA uji dapat dikembangkan secara in vitro, walaupun perbanyakan spora masih rendah. ---------------------------------------- Kata kunci: G. margarita, A. tuberculata, teknologi kultur-aksenik, sterilisasi spora, perkecambahan spora CMA, wortel, tomat