Regulasi Penataan Ruang KEADAAN UMUM

keputusan ini ditetapkan untuk menunjang undang-undang dan peraturan pemerintah yang sudah ada berkaitan dengan masalah tata ruang. Keempat keputusan presiden ini lebih menekankan dalam pengembangan kawasan dan pembentukan institusi tata ruang. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut di atas, tampak bahwa kegiatan penataan ruang melibatkan berbagai pihak terutama masalah lahan atau tanah yang merupakan kewenangan departemen dalam negeri agraria, masalah tata ruang yang berada dalam kewenangan departemen permukiman dan sarana wilayah. Hal tersebut karena awal pembentukan undang-undang penataan ruang yang diharapkan dapat mengakomodasi masalah tanah agraria dan masalah perencanaan tata ruang Djoekardi Ardiputra 2003. Rencana tata ruang merupakan dokumen pelaksanaan pembangunan yang harus dipatuhi oleh semua pihak termasuk masyarakat setempat. Dengan terbitnya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah maka materi kebijakan penataan ruang wilayah kabupatenkota meliputi antara lain: kerangka sistem perencanaan; prinsip, tujuan, kebijakan strategis; panduan penataan ruang kabupatenkota; institusi, program dan prosedur untuk menyiapkan dan melaksanakan rencana tata ruang dan kebijakan penataan ruang; peraturan, ketentuan dan standar pengelolaan SDA; strategi sektoral penataan ruang seperti kawasan lindung, hutan, pertambangan; dan indikator untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan penataan ruang Haeruman 2004.

4.2. Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Bandung

Pemerintah Kabupaten Bandung menyusun rencana tata ruang wilayah RTRW Kabupaten Bandung berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2001 dan Rancangan Penyempurnaan Peraturan Daerah Nomor 1 tentang RTRW Kabupaten Bandung 2001-2010 oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. Nurzaman 2002 yang mengevaluasi kedua dokumen tersebut, menyatakan bahwa terdapat konsekuensi dalam penetapan lahan untuk industri di Cipeundeuy dan Padalarang. Kedua wilayah tersebut merupakan wilayah pemukiman yang padat. Selain itu penetapan kawasan industri yang demikian luas akan membutuhkan air tanah yang besar. Pada strategi penetapan kawasan non budidaya, direncanakan perluasan kawasan lindung dan areal hutan. Wilayah yang ditetapkan untuk perluasan kawasan ini ditetapkan pula untuk perluasan pemukiman dan industri. Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat menetapkan peraturan daerah nomor 2 tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Daerah Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan pada perda tersebut pada pasal 21 tentang rencana pengembangan sistem kota-kota, pada ayat 2, wilayah Bandung dijadikan Pusat Kegiatan Nasional PKN dengan istilah Metropolitan Bandung. Sedangkan pada pasal 27 ayat 3, wilayah Bandung ditetapkan sebagai salah satu kawasan andalan, yaitu kawasan andalan Cekungan Bandung dengan kegiatan utama pengembangan sumberdaya manusia, jasa, agribisnis, pariwisata dan industri. Rencana Struktur Ruang Metropolitan Bandung 2005-2025 merupakan penjabaran dari Perda Propinsi Jawa barat Nomor 2 tahun 2003. Menurut dokumen ini, wilayah Metropolitan Bandung adalah Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan tiga kecamatan dari Kabupaten Sumedang. Substansi dari rencana ini meliputi strategi pembangunan perkotaan, rencana pengembangan zona wilayah, rencana pengembangan sistem kota-kota dan rencana pengembangan infrastruktur wilayah yang terdiri dari rencana pengembangan prasarana permukiman, rencana pengembangan transportasi, rencana pengembangan sumberdaya air dan rencana penanganan lingkungan Distarkim Propinsi Jawa Barat 2005. Berdasarkan Gambar 17, Metropolitan Bandung dibagi menjadi tujuh zona pembangunan yaitu zona Bandung, Lembang, Padalarang, Gunung Halu-Ciwidey, Soreang, Jatinangor dan Rancaekek. Zona Bandung disebut dengan zona inti merupakan pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat pendidikan dan jasa. Zona Lembang dan Gunung Halu–Ciwidey, direncanakan sebagai zona konservasi. Zona lainnya direncanakan sebagai zona industri, perdagangan dan jasa.