Gambar 4.2 Diagram persentase keaktifan siswa Meskipun aktivitas siswa pada kedua kelas sudah baik, aktivitas siswa
pada kelas eksperimen selalu menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan aktivitas siswa pada kelas kontrol. Hal tersebut dikarenakan penguatan reward
pada kegiatan pembelajaran kelas eksperimen lebih banyak daripada kelas kontrol. Reward inilah yang mendorong siswa untuk lebih semangat mengikuti
pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Skinner yang dikemukakan oleh Rifa’i 2009: 110, ada dua prinsip umum yang berkaitan dengan operant
conditioning yaitu 1 setiap respon yang diikuti oleh penguatan reward cenderung akan diulangi kembali; 2 reward akan meningkatkan kecepatan
terjadinya respon. Dengan demikian, pemberian penguatan reward sangat penting untuk meningkatkan aktivitas dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran.
4.2.8 Pengaruh Intensitas Mengerjakan Soal terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Pada pembelajaran kelas eksperimen, peneliti menguji kemampuan siswa terhadap materi yang dipelajari dengan memberikan beberapa soal untuk
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
1 2
3
Per sen
tase ke
akt ifan
si swa
Pertemuan ke-
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
dikerjakan bersama dengan teman kelompoknya seperti sintaks yang ada pada model CRH. Berhubung pemberian soal dilakukan setiap pertemuan, dan dalam
penelitian ini ada tiga kali pertemuan maka skor tersebut dirata-rata sehingga diperoleh skor intensitas mengerjakan soal secara individu. Intensitas
mengerjakan soal tersebut diuji pengaruhnya terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa yang diperoleh dari nilai tes kemampuan pemecahan masalah. Uji
pengaruh dilakukan dengan uji regresi dengan bantuan SPSS. 16.0. Perumusan hipotesis adalah sebagai berikut.
persamaan adalah tidak linear atau tidak ada relasi antara intensitas mengerjakan soal dan kemampuan pemecahan masalah
persamaan adalah linear atau ada relasi antara intensitas mengerjakan soal dan kemampuan pemecahan masalah
Kriteria pengujian tolak jika sig.
dengan taraf signifikansi 5 . Pengolahan data dengan bantuan SPSS diperoleh output sebagai berikut.
Tabel 4.4 Persamaan Regresi
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
36.019 9.397
3.833 .001
Intensitas_Meng_Soal .704
.127 .763 5.528
.000 a. Dependent Variable: tes_akhir
Berdasarkan tabel output di atas, diperoleh nilai a = 36.019 dan b = 0.704. Hal ini berarti regresi kemampuan pemecahan masalah
atas intensitas mengerjakan soal
dapat diformulasikan dengan = 36.019 + 0.704 X.
Selanjutnya nilai b diuji lagi untuk mengetahui keberartian regresi yaitu menerima atau menolak hipotesis.
Pengolahan data dengan bantuan SPSS diperoleh output sebagai berikut. Tabel 4.5 Keberartian Regresi
ANOVA
b
Model Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. 1
Regression 1174.434
1 1174.434
30.564 .000
a
Residual 845.355
22 38.425
Total 2019.789
23 a. Predictors: Constant, Intensitas_Meng_Soal
b. Dependent Variable: tes_akhir
Melihat tabel output diatas, diperoleh nilai sig = 0,000. Artinya sig 0,0000,05, berarti
ditolak. Jadi persamaan adalah linear atau intensitas mengerjakan soal mempunyai hubungan linear terhadap kemampuan pemecahan
masalah atau intensitas mengerjakan soal berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan tanda positif dilihat dari tanda koefisien regresi. Hasil
temuan ini sesuai dengan teori yang ada yang menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas siswa mengerjakan soal maka semakin tinggi kemampuan pemecahan
masalah siswa. Selanjutnya untuk mengetahui besar pengaruh intensitas mengerjakan soal terhadap kemampuan pemecahan masalah dilakukan dengan
melihat nilai koefisien determinasi R square. Pengolahan data dengan bantuan SPSS diperoleh output sebagai berikut.
Tabel 4.6 Koefisien determinasi
Model Summary
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.763
a
.581 .562
6.19881 a. Predictors: Constant, Intensitas_Meng_Soal
Berdasarkan tabel output di atas, diperoleh nilai R Square = 0.581 = 58.1. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variasi kemampuan pemecahan
masalah siswa dapat diterangkan oleh intensitas mengerjakan soal sebesar 58.1 melalui persamaan regresi
= 36.019 + 0.704 X sedangkan 41.9 kemampuan pemecahan masalah dipengaruhi oleh variabel lain selain intensitas mengerjakan
soal. Variabel lain antara lain persiapan siswa sebelum menghadapi tes karena bisa jadi siswa yang sebelumnya belum memahami soal-soal melakukan persiapan
yang baik seperti belajar sungguh-sungguh sehingga pada waktu mengerjakan tes kemampuan pemecahan masalah siswa dapat mengerjakan dengan baik. Selain
faktor persiapan, faktor kegiatan siswa, cara belajar siswa, lama belajar siswa setiap hari juga cukup berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah.
Hal tersebut dikarenakan mengingat intensitas waktu siswa di luar sekolah lebih banyak daripada di dalam sekolah.
4.2.9 Keterbatasan Penelitian