Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo

(1)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009.

USU Repository © 2009

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA BERDASARKAN ANTRHOPOMETRI PADA BAGIAN PALLET PRODUK 1500 ML

DI PT. TIRTA SIBAYAKINDO

Tugas Sarjana

EDI KURNIYAWAN

050423012

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI

F A K U L T A S T E K N I K

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A

M E D A N


(2)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

BAB

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah... I-1 1.2. Perumusan masalah ... I-3 1.3. Tujuan penelitian ... I-4

1.4. Manfaat penelitian ... I-4 1.5. Sasaran penelitian ... I-4 1.6. Batasan masalah dan asumsi yang digunakan ... I-4 1.6.1. Batasan masalah ... I-5 1.6.2. Asumsi yang digunakan ... I-5 1.7. Sistematika penulisan tugas akhir... I-5 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah perusahaan ... II-1 2.2. Ruang lingkup bidng usaha ... II-2 2.3. Organisasi dan manajemen... II-2 2.3.1. Struktur organisasi... II-2 2.3.2. Uraian tugas dan tanggung jawab ... II-4 2.3.3. Tenaga kerja dan jam kerja perusahaan... II-10 2.3.3.1. Tenaga kerja ... II-10 2.3.3.2. Jam kerja ... II-12 2.3.4. Sistem pengupahan dan fasilitas yang digunkan ... II-13 2.4. Proses produksi ... II-14 2.4.1. Bahan ... II-14 2.4.1.1. Bahan baku ... II-14 2.4.1.2. Bahan penolong ... II-14 2.4.1.3. Bahan tambahan ... II-15 2.4.2. Jumlah dan spesifikasi produk ... II-16 2.4.3. Uraian proses produksi ... II-17 2.4.3.1. Proses pengisian dan pengepakan ... II-19 2.4.3.2. Proses pencucian botol ... II-24 2.4.4. Mesin dan peralatan ... II-25 BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Ergonomi ... III-1 3.1.1. Pengertian ergonomic dan tujuan ergonomi ... III-1 3.2.1. Tipe-tipe masalah ergonomic ... III-3


(3)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009.

USU Repository © 2009

3.1.3. Aplikasi ergonomi ... III-4 3.2. Antropometri ... III-6 3.2.1. Cara pengukuran dan factor-faktor yang

mempengaruhi dimensi tubuh manusia ... III-8 3.2.2. Aplikasi distribusi normal dalam penetapan data

antropometri ... III-24 3.2.3. Aplikasi data antropometri dalam perancangan

produk/fasilitas kerja ... III-26 3.3. Statistik deskriptif ... III-28 3.3.1. Perhitungan nilai rata-rata... III-29 3.3.2. Standar deviasi ... III-30 3.3.3. Nilai maksimum dan nilai minimum ... III-31 3.3.4. Uji Keseragaman data ... III-31 3.3.5. Uji kecukupan data ... III-32 3.4. Kolmoggrov smirnov test ... III-32 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan waktu penelitian ... IV-1 4.2. Rancangan penelitian ... IV-1 4.2.1. Persiapan ... IV-1 4.2.2. Peninjauan lapangan ... IV-2 4.2.3. Instrument yang digunakan ... IV-2 4.2.4. Pengumpulan data ... IV-2 4.2.5. Teknik sampling ... IV-4 4.2.6. Pengolahan data ... IV-4 4.2.7. Analisa dan evaluasi data ... IV-5 4.2.8. Kesimpulan dan saran ... IV-5 BAB V PENGUNPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan data ... V-1 5.1.1. Urutan proses kerja... V-1 5.1.2. Menentukan jumlah populasi ... V-2 5.1.3. Hasil kuisioner ... V-3 5.1.4. Penentuan antropometri tubuh karyawan yang

Diukur ... V-7 5.1.5. Pengukuran antropometri tubuh operator ... V-8 5.2. Pengolahan data ... V-9 5.2.1. Perhitungan rata-rata, standard deviasi, nilai

Maksimum dan nilai minimum data

antropometri ... V-9 5.2.2. Uji keseragaman data ... V-12 5.2.3. Uji kecukupan data ... V-18 5.2.4. Uji normal dengan kolmogrov smirnov test ... V-19 5.2.5. Perhitungan persentil ... V-22 BAB VI ANALISA DAN PEMBAHASAN


(4)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009.

USU Repository © 2009

6.1. Postur kerja dan fasilitas kerja saat ini ... VI-1 6.2. Postur kerja dan fasilitas kerja usulan ... VI-2 6.3. Perbandingan fasilitas kerja sekarang dan usulan

rancangan fasilitas kerja baru ... VI-4 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1. Perincian jumlah tenaga kerja PT. Tirta Sibayakindo ... II-5 Gambar 3.1. Pengukuran dimensi tubuh manusia posisi duduk ... III-16 Gambar 3.2. Pengukuran dimensi tubuh manusia posisi berdiri ... III-17 Gambar 3.3. Pengukuran dimensi tubuh manusia posisi berdiri

dengan kedua tangan kedepan... III-18 Gambar 3.4. Pengukuran dimensi tubuh manusia posisi duduk

menghadap kedepan ... III-19 Gambar 3.5. Pengukuran dimensi tubuh manusiaposisi berdiri dengan

kedua tangan direntangkan………. III-20

Gambar 3.6. Pengukuran jari tangan……….. III-21

Gambar 3.7. Kurva distribusi normal dengan persentil 95-th …………... III-22 Gambar 4.1. Blok diagram metodologi penelitian……….. IV-6 Gambar 4.2. Blok diagram pengolahan data ... IV-7 Gambar 5.1. Operator mengambil box... V-1 Gambar 5.2. Box diletakkan sekaligus disusun diatas pallet……….. V-2 Gambar 5.3. Operator kembali keposisi semula ... V-2 Gambar 5.4. Fasilitas konveyor bagian pallet tampak sampik,

tampak atas, dan tiga dimensi... V-4 Gambar 5.5. Peta control dimensi tinggi badan tegak (TBT)………. V-13 Gambar 5.6. Peta kontrol dimensi tinggi siku berdiri (TBT) revisi I ... V-14 Gambar 5.7. Peta kotrol dimensi tinggi siku berdiri (TSB) ... V-14 Gambar 5.8. Peta kotrol dimensi tinggi siku berdiri (TSB) revisi I ... V-15 Gambar 5.9. Peta kotrol dimensi tinggi bahu berdiri (TBB) ... V-16 Gambar 5.10. Peta kotrol dimensi panjang lengan bawah (PLB) ... V-16 Gambar 5.11. Peta kotrol dimensi jangkauan tangan (JT) ... V-17 Gambar 6.1. Fasilitas konveyor bagian pallet tampak samping, tampak

atas, dan tiga dimensi ... VI-2 Gambar 6.2. Fasilitas konveyor usulan ... VI-4 Gambar 6.3. Fasilitas dan postur kerja lama ... VI-5 Gambar 6.4. Usulan rancangan fasilitas dan postur baru ... VI-6


(6)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

PT. Tirta Sibayakindo adalah perusahaan yang berstatus swasta nasional yang memproduksi air minum dalam kemasan yang telah disterilisasi dan produk yang dihasilkan diberi merek AQUA dan VIT. Proses produksi pada PT Tirta Siabayakindo khususnya di bagian pallet sering terjadi keluhan sakit pada bagian Musculoskletal yang dirasakan oleh operator . hal ini disebabkan karena fasilitas kerja tidak sesuai dengan ukuran antrhopometri operator.

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk memperbaiki fasilitas kerja bagian pallet line 1500 ml agar operator pada bagian ini tidak lagi mengalami keluhan pada bagian musculoskletal setelah bekerja.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara (kuisioner), observasi atau pengukuran antrhopometri karyawan dan data dokumen perusahaan Dari hasil pengumpulan data yang diperoleh maka dilakukan uji keseragaman data, kecukupan data, uji kolmogorov simirnof Test serta melakukan perhitungan persentil yang dianggap mampu mewakili data yang diukur.

Ukuran rancangan fasilitas kerja diperoleh dengan menggunakan persentil 5 yaitu Tinggi Badan Tegak = 157 cm, Panjang Lengan Bawah = 20 cm, Tinggi Siku Berdiri = 91 cm, Tinggi Bahu Berdiri = 130 cm, Jangkauan Tangan = 159cm.

Dari hasil perhitungan persentil 5 dan 95 yang diperoleh agar operator tidak mengalami keluhan kerja maka sebaiknya fasilitas bagian pallet 1500 ml perlu ada perbaikan yaitu conveyor roller dan pallet perlu ada perbaikan yaitu Ketinggian awal conveyor adalah 35 cm.,sedangkan dimensi bahu berdiri karyawan dengan persentil 5 adalah 130 cm. maka diperoleh selisih 90 cm. (135 cm-35 cm = 95 cm). Untuk mendapatkan ketinggian conveyor tersebut maka lantai yang tersedia harus dinaikkan sehingga menjadi 135 cm agar sesuai dengan dimensi bahu berdiri operator. Kayu pallet yang tersedia sebelumnya berada di lantai, dinaikkan dengan alat bantu hidrolik yang berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan kayu pallet.

Berdasarkan rancangan fasilitas usulan tersebut, posisi kerja karyawan yang membungkuk tidak lagi ditemukan. Karena posisi peralatan kerja telah dirancang berdasarkan data anthropometri karyawan


(7)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

kegiatan produksi yang berlangsung pada PT. Tirta Sibayakindo adalah berlangsung selama 24 jam sehari dalam seminggu, pada proses pekerjaan yang dilakukan oleh setiap linenya sangat berpengaruh terhadap tenaga kerja,baik secara langsung maupun tidak langsung,karena operator setiap line sangat mempengaruhi keberhasilan kerja dalam kelancaran produktifitas. Oleh karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi pekerjaan operator menjadi lelah perlu di identifikasi dan dianalisis sehingga gangguan atau hambatan yang dapat mengganggu kenerja pekerjaan dapat diminimisasi sehingga kegiatan produksi dapat berjalan lancar.

Salah satu tipe masalah ergonomik yang sering dijumpai di tempat kerja khususnya yang berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melakukan pekerjaannya adalah pada kegiatan di bagian palleting. Hal ini disebabkan karena kegiatan yang dilakukan di bagian palleting di PT. Tirta Sibayakindo tepatnya pada kegiatan pallet line 1500 Ml masih dilakukan secara manual. Berdasarkan hasil wawancara, banyak keluhan yang dirasakan oleh operator pallet line 1500 Ml, adapun keluhan yang dirasakan operator setelah bekerja adalah keluhan rasa sakit pada bagian leher, punggung belakang, tungkai, bahu, dan tangan. Hal ini disebabkan karena sikap operator berdiri (dinamis) untuk waktu yang cukup lama, sikap dan posisi membungkuk dengan frekuensi


(8)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009.

USU Repository © 2009

kegiatan berulang, menggunakan jarak jangkauan yang cukup jauh. Dimana pada bagian ini operator dipaksa bekerja dalam frekuensi gerakan berulang dengan periode yang cukup lamadengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku normal serta operator bekerja dengan posisi berdiri dengan kepala dan leher dalam posisi miring untuk waktu yang cukup lama. Oleh karena kerja operator tidak sesuai dengan gerakan ergonomis maka operator tidak bekerja secara nyaman dan sehat. Oleh karena itu dalam hal ini perlu dipertimbangkan penerapan aspek-aspek ergonomis pada operator dalam kegiatan palleting 1500 Ml agar dapat mencapai sistem kerja yang lebih baik dan kegiatan produksi didalam pabrik akan lebih lancar sehingga dapat meningkatkan hasil produksi yang lebih baik juga.

Menurut Liliana Dkk, Penelitian mengenai terjadinya kesalahan dalam proses kerja yang memicu pada terjadinya kecelakaan menunjukkan bahwa terjadinya kesalahan kerja lebih banyak disebabkan oleh adanya kesalahan dalam perancangan karena sejumlah peralatan kerja dirancang tidak sesuai dengan kondisi fisik operatornya. Hal ini seharusnya menyadarkan kita bahwa sudah saatnya bangsa Indonesia memiliki data antropometri manusia Indonesia. Dimilikinya data antropometri manusia Indonesia adalah langkah awal menuju terwujudnya kemandirian industri yang selama ini diidamkan selain untuk menunjang keselamatan. Hal ini mutlak diperlukan karena sebagian besar peralatan atau instalasi,, tidak dibuat oleh Indonesia. Dapat dipastikan bahwa desainnya tidak sesuai dengan bentuk tubuh orang Indonesia padahal kenyamanan ataupun ketidaknyamanan dalam menggunakanalat bergantung pada kesesuaian desain alat dengan ukuran manusia penggunanya.

Sejalan dengan munculnya kesadaran akan arti pentingnya faktor manusia, para pendisain reaktor maupun instalasi-instalasi lainnya mengikutsertakan anthropometri dalam desain stasiun kerjanya serta peralatan pendukungnya.


(9)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009.

USU Repository © 2009

Tujuan utama penyertaan anthropometri ini adalah untuk memperkecil beban kerja operator sehingga keamanan dan keselamatan instalasi itu dapat dipertinggi lagi.

I.2. Perumusan Permasalahan

Kondisi kerja yang tidak ergonomis menyebabkan kelelahan yang cepat pada tenaga kerja dapat menyebabkan kegiatan produksi tidak berjalan secara maksimal. Untuk mengurangi tingkat kelelahan pada operator maka sebaiknya perusahaan harus menyesuaikan fasilitas yang ergonomis sehingga tempat kerja akan sesuai dengan anthropometri gerakan manusia. Dengan menerapkan fasilitas yang ergonomis maka kelelahan operator dapat berkurang sehingga proses produksi didalam suatu pabrik dapat berjalan dengan lancar dan hasil produksi akan lebih baik.

I.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengurangi tingkat kelelahan yang dialami pada operator pallet line 1500 Ml setelah bekerja dan meningkatkan hasil produktifitas.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah memperbaiki fasilitas kerja operator yang ada pada pallet line 1500 Ml agar sesuai dengan anthropometri.


(10)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009.

USU Repository © 2009

I.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai bagi masukan perusahaan dalam upaya meningkatkan produktifitas tenaga kerja khususnya bagian pallet line 1500 Ml sedangkan mamfaat penelitian ini bagi si peneliti adalah lebih mengetahui penerapan antrhopometri.

I.5. Batasan Masalah dan Asumsi yang Digunakan

Agar pemecahan masalah dapat dilakukan dengan baik, maka perlu membicarakan mengenai ruang lingkup yang akan diteliti dan asumsi-asumsi yang digunakan.

I.5.1. Batasan Masalah

Batasan masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada fasilitas kegiatan pallet line 1500 Ml di PT. Tirta Sibayakindo.

2. Populasi yang diteliti adalah pekerja pada bagian pallet line 1500 Ml 3. Data anthropometri operator pallet line 1500 Ml

I.5.2. Asumsi yang Digunakan

Beberapa asumsi yang digunakan agar pemecahan masalah dapat dilakukan dengan baik adalah sebagai berikut:

1. Tata letak fasilitas kerja conveyor dan pallet tidak berubah. 2. Operator yang bekerja adalah pekerja normal


(11)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009.

USU Repository © 2009

3. Fasilitas yang berubah hanya conveyor dan pallet

I.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Agar lebih mudah dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan tugas akhir ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup dan asumsi serta sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Berisi tentang gambaran perusahaan secara umum, mulai dari sejarah mulai berdiri perusahaan tersebut, proses produksi dan sebagainya.

BAB III : LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Dalam hal ini menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian.

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi cara pengumpulan data dan pengolahan data.

BAB VI : ANALISA DAN EVALUASI

Bab ini berisi analisa dan evaluasi dari pengumpulan dan pengolahan data dari bab sebelumnya.


(12)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009.

USU Repository © 2009

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisa dan evaluasi data, dan memberikan saran-saran untuk menjadi bahan pertimbangan oleh perusahaan.


(13)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009.

USU Repository © 2009

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Tirta Sibayakindo adalah perusahaan yang berstatus swasta nasional yang memproduksi air minum dalam kemasan yang telah disterilisasi dan produk yang dihasilkan diberi merek AQUA dan VIT. Perusahaan ini merupakan pabrik kelima dari anak perusahaan Aqua Golden Mississippi Group yang merupakan perusahaan air minum dalam kemasan pertama di Indonesia. Sebelumnya untuk memenuhi permintaan pasar di Sumatera Utara perusahaan ini hanya membuka jaringan distribusi di Medan. Namun melihat perkembangan penjualan produk air minum Aqua dan melihat peluang pasar yang ada maka perusahaan tersebut mendirikan pabrik di daerah Sumatera Utara yang berlokasi di Jl. Medan – Berastagi km 55 Desa Doulu Kabupaten Karo.

PT. Tirta Sibayakindo didirikan pada tanggal 17 Mei 1993 di atas tanah seluas 1,25 Ha dengan ketinggian kurang lebih 1800 meter di atas permukaan laut. Untuk pemasarannya perusahaan menunjuk PT. Wirabuana Intrent sebagai penyalur tunggal. PT. Wirabuana Intrent mempunyai kantor dan gudang pemasaran di Jl. Rajawali No.11-A Medan. Semua produk PT. Tirta Sibayakindo dipasarkan di dalam negeri antara lain wilayah Sumatera Utara, Aceh, Riau, Palembang dan Pulau Jawa.


(14)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009.

USU Repository © 2009

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Tirta Sibayakindo memproduksi air minum dalam kemasan yang berbeda dengan merek Aqua dan Vit, dimana merek Aqua mempunyai 4 ukuran kemasan yaitu :

1. Kemasan 240 ml. 2. Kemasan 600 ml. 3. Kemasan 1500 ml.

4. Kemasan 5 galon atau 19 liter.

Selain memproduksi air minum dalam kemasan, PT. Tirta Sibayakindo juga memproduksi :

1. Kemasan botol plastic PET (Poly Etilene Therephalate) kemasan 600 ml dan 1500 ml.

2. Kemasan gelas plastic PP (Poly Prophylene) cup 240 ml. 3. Tutup ulir kemasan botol 600 ml dan 1500 ml.

Untuk memproduksi botol gallon diambil dari PT. Tirta Graha Pratama yang juga merupakan anak perusahaan AGM Group.

2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi

Organisasi adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan tertentu dan diantara mereka dilakukan pembagian tugas untuk pencapaian tujuan tertentu dan diantara mereka dilakukan pembagian tugas untuk mencapai tujuan tersebut.


(15)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009.

USU Repository © 2009

Struktur organisasi merupakan gambaran skematis tentang hubungan atau kerja sama orang-orang yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan. Struktur organisasi di perusahaan yang baik sangat penting dan berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan tersebut.

Untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan kemampuan para manajer atau pelaku manajemen dalam menentukan sikap kebijaksanaan perusahaan. Organisasi manajemen yang baik akan memberikan dampak positif bagi perusahaan itu sendiri. Pembagian dan pengontrolan tugas dan tanggung jawab serta kelancaran komunikasi dari seluruh fungsi organisasi dalam perusahaan adalah penting.

Dalam pembagian tugas ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan, diantaranya adalah beban tugas yang berimbang. Di dalam organisasi perusahaan harus dihindarkan kepincangan–kepincangan beban tugas dari setiap orang atau sekumpulan orang yang menyelenggarakan tugas tertentu. Tugas-tugas harus dijelaskan secara terperinci dan sebaiknya tertulis dan hubungan kerja antara bagian-bagian harus jelas.

Dalam mencapai tujuannnya, PT. Tirta Sibayakindo menggunakan struktur organisasi jenis hubungan campuran garis, fungsional dan staf.

Hubungan struktur organisasi garis ditunjukkan dengan adanya pendelegasian tugas dalam bidang pekerjaan tertentu dimana seorang atasan melimpahkan tugas kepada bawahan. Misalnya pelimpahan wewenang dari kepala bagian produksi kepada supervisor produksi.


(16)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009.

USU Repository © 2009

Hubungan staf ditunjukkan dengan adanya kelompok ahli yang bertugas untuk memberi sarab atau nasihat kepada pimpinan dalam perencanaan dan pengawasan, tetapi tidak berhak memberi perintah. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kordinator sistem yang memberikan saran pengembangan mutu terhadap kepala bagian.

Hubungan fungsional ditunjukkan dengan adanya pembagian departemen berdasarkan fungsinya. Dalam hal ini diperlukan tingkat spesialisasi dan profesionalisasi yang tinggi serta uraian tugas (job description) yang jelas. Beberapa departemen yang ada di PT. Tirta Sibayakindo adalah departemen personalia umum, departemen teknik, departemen produksi. Gaji diurusi oleh bagian keuangan, bukan diurusi oleh atasan langsung. Sedangkan kenaikan pangkat diurusi oleh bagian personalia/umum dengan meminta pendapat dari atasannya. Struktur organisasi di PT. Tirta Sibayakindo ditunjukkan pada Gambar. 2.1.

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan yang ada di PT.Tirta Sibayakindo adalah :

1. Kepala Pabrik

Kepala pabrik sebagai pimpinan tertinggi dalam perusahaan, mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:


(17)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009.

USU Repository © 2009

b. Menentukan garis besar kebijaksanaan umum dan program kerja


(18)

Edi Kurniyawan : Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antrhopometri Pada Bagian Pallet Produk 1500 Ml Di PT. Tirta Sibayakindo, 2009. USU Repository © 2009

KEPALA PABRIK

Koordinasi Sistem & Pengembangan Mutu

Kabag. Personalia & Umum

Kabag. Teknik

Kabag. K3L

Kabag. Produksi

Kabag. QC Lab

Kabag. Gudang Distribusi

Kabag. Gudang Logistik

Kabag. Keuangan

Kasi Pelatihan

Kasi Teknik

Kasi Produksi Air

Kasi QC Lab Kasi Prosuksi

Kemasan

Kasi Gudang Distribusi

Kasi Gudang Logistik


(19)

c. Mengkoordinir dan mengawasi tugas-tugas tiap kepala bagian dan menjalin hubungan kerja dengan baik.

d. Bertanggung jawab kepada pimpinan pusat melalui VIP, Industrial dalam mencapai target perusahaan.

e. Merencanakan, mengarahkan, menganalisa, mengevaluasi dan menilai kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada perusahaan, khususnya yang berhubungan dengan produksi agar sesuai dengan spesifikasi dan standar mutu yang telah ditentukan.

2. Koordinator Sistem

a. Bertanggung jawab kepada kepala pabrik.

b. Mengkoordinir serta memastikan kegiatan pengembangan sistem mutu perusahaan secara berkala dengan baik.

c. Bertanggung jawab atas validitas standard operasional dan implementasi sistem mutu perusahaan.

3. Kepala Bagian Personalia dan Umum

a. Bertanggung jawab kepada kepala pabrik.

b. Mengatur system pendidikan dan latihan kerja dari tenaga kerja.

c. Bertanggung jawab dalam bidang rekrutmen, PHK, dispensasi, cuti, dan yang lainnya yang berhubungan dengan tenaga kerja.

d. Menjamin terlaksananya ketetapan dan peraturan perusahaan tentang tenaga kerja.

e. Mewakili perusahaan yang berkaitan dengan usaha untuk urusan luar perusahaan atau pemerintah.


(20)

f. Memperhatikan kesejahteraan, kesehatan, dan ketertiban karyawan.

g. Membina hubungan kemasyarakatan dengan pihak luar yang berkaitan dengan pihak luar yang berkaitan dengan kegiatan usaha.

4. Kepala Bagian Teknik.

a. Bertanggung jawab kepada kepala pabrik.

b. Memperhitungkan dan merencanakan kebutuhan spare part beserta

anggarannya untuk mesin dan peralatan.

c. Bertanggung jawab terhadap kelancaran operasional produksi kemasan. d. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perbaikan mesin dan peralatan

produksi serta menjadwalkan pelaksanaan dan pemeliharaan dan perbaikan seluruh peralatan produksi.

e. Merencanakan perubahan sistem operasional mesin-mesin guna

meningkatkan efisiensi. 5. Kepala Bagian Produksi.

a. Bertanggung jawab kepada kepala pabrik.

b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dan kelancaran operasional produksi air.

c. Merencanakan dan mengatur produksi air agar sesuai dengan spesifikasi yang telah diberikan.

d. Membuat laporan tentang rencana dan hasil produksi air.

e. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi air untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan.


(21)

f. Menjalin hubungan dengan departemen lain untuk kelancaran proses produksi.

6. Kepala Bagian Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L). a. Bertanggung jawab kepada kepala pabrik.

b. Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan program keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Membina karyawan dan tenaga kerja agar dapat menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Menganalisa cara kerja mesin dan peralatan yang digunakan agar sesuai dengan program keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan.

e. Membuat laporan mengenai keselamatan kerja dan lingkungan

perusahaan.

f. Mengupayakan agar keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan dapat ditingkatkan di perusahaan.

7. Kepala Bagian Quality Control/ Laboratorium. a. Bertanggung jawab kepada kepala pabrik.

b. Memeriksa dan menguji hasil produksi agar mutu yang ditetapkan dapat dipenuhi.

c. Bertanggung jawab dan mengkoordinir kegiatan laboratorium atas

pengembangan dan kelangsugan produksi. 8. Kepala Bagian Gudang Distribusi.


(22)

b. Mengkoordinir serta mengawasi seluruh kegiatan bongkar muat dan pengiriman barang keluar perusahaan.

c. Menerima hasil produksi dari departemen produksi dan membuat berita acara yang sah.

d. Mengeluarkan barang jadi sesuai dengan permintaan.

e. Menerima barang return dari konsumen dan membuat laporannya. 9. Kepala Bagian Logistik dan Gudang Bahan.

a. Bertanggung jawab kepada kepala pabrik.

b. Bertanggung jawab atas seluruh pengadaan bahan-bahan yang diperlukan yang menyangkut produksi maupun peralatan administrasi produksi. c. Menentukan barang yang akan dibeli apakah sesuai dan membuat pesanan

sesuai dengan pemakaian dan penggunaan.

d. Memeriksa barang yang akan dibeli apakah sesuai dengan spesifikasi dan menjaga barang tersebut di gudang.

e. Menganalisa keadaan persediaan untuk menentukan jumlah persediaan yang minimum, jumlah pesanan yang ekonomis.

f. Meninjau serta memilih perusahaan yang dapat memenuhi persyaratan sebagai supplier.

g. Membuat laporan tentang penerimaan dan pengeluaran serta keadaan pada waktu tertentu.

10.Kepala Bagian Keuangan.

a. Bertanggung jawab kepada kepala pabrik. b. Membuat laporan keuangan secara periodik.


(23)

c. Melakukan pengawasan atas dana keuangan perusahaan. d. Mengelola sumber-sumber atas dana keuangan perusahaan.

e. Menyalurkan dana keseluruh unit kerja yang ada dalam perusahaan. f. Merencanakan penggunaan dana perusahaan.

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan 2.3.3.1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja di PT. Tirta Sibayakindo terdiri dari tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang telah selesai training, sedangkan tenaga kerja tidak tetap adalah tenaga kerja yang belum selesai training. Perincian jumlah tenaga kerja di PT. Tirta Siabayakindo dapat dilihat pada Tabel 2.1..

Tabel 2.1 Perincian Jumlah Tenaga Kerja PT. Tirta Sibayakindo berdasarkan Departemen dan Jabatan

No. Departemen Jumlah

1 Kepala pabrik 1

2. Koordinator Pengembangan Mutu 1

3. Kepala Bagian Personalia dan Umum Karyawan/tenaga kerja

1 32 4. Kepala Bagian Teknik

Karyawan/tenaga kerja

1 18 5. Kepala Bagian K3L

Karyawan/tenaga kerja

1 2


(24)

Tabel 2.1 Perincian Jumlah Tenaga Kerja PT. Tirta Sibayakindo berdasarkan Departemen dan Jabatan (Lanjutan)

6. Kepala Bagian Produksi Karyawan/tenaga kerja

1 164

7.

Kepala Bagian Quality Control/Laboratorium Karyawan/tenaga kerja

1 97 8. Kepala Bagian Distribusi

Karyawan/tenaga kerja

1 31 9. Kepala Bagian Gudang Logistik dan Bahan

Karyawan/tenaga kerja

1 7 10. Kepala Bagian Keuangan

Karyawan/tenaga kerja

1 1

11. Office boy dan rumah tangga 8

12. Satpam 8

Jumlah 378

Sumber : PT. Tirta Sibayakindo

Perincian tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Perician tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin

No Uraian Pria Wanita Jumlah

1. Pegawai Staf (Pimpinan) 11 5 16

2. Pegawai Bawahan (Pekerja) 253 109 362

Jumlah 264 114 378


(25)

2.3.3.2. Jam Kerja

Jam kerja di PT. Tirta Sibayakindo dibagi dalam 2 kelompok yaitu tenaga kerja non shift dan tenaga kerja shift.

1. Sistem Non Shift

Sistem non shift berlaku bagi tenaga kerja di bagian staf dan administrasi kantor dengan jam kerja. Tabel 2.3. akan memperlihatkan jam kerja Non shift di PT. Tirta Sibayakindo.

Tabel 2.3 Jam Kerja Non Shift

No Hari Jam Kerja Aktif Istirahat Jam Kerja Aktif

1 Senin 08.00 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 16.00

2 Selasa 08.00 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 16.00

3 Rabu 08.00 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 16.00

4 Kamis 08.00 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 16.00

5 Jumat 08.00 – 12.00 12.00 – 13.30 13.00 – 16.00

6 Sabtu 08.00 – 13.00

Sumber : PT. Tirta Sibayakindo

2. Sistem Shift

Sistem shift terdiri dari 3 shift kerja dengan jam kerja. Tabel 2.4 akan memperlihatkan jam kerja Shift di PT. Tirta Sibayakindo.


(26)

Tabel 2.4 Jam Kerja Shift

No Shift Jam Kerja Aktif Istirahat Jam Kerja Aktif

1 I 00.00 – 04.00 04.00 – 05.00 05.00 – 08.00

2 II 08.00 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 16.00

3 III 16.00 – 18.00 18.00 – 19.00 19.00 – 00.00

Sumber : PT. Tirta Sibayakindo

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan

Sistem pengupahan di PT. Tirta Sibayakindo dibayarkan setiap akhir bulan yang besarnya sesuai dengan tingkat golongan masing-masing.

Disamping gaji pokok, perusahaan juga membayarkan upah lembur bagi karyawan yang bekerja melebihi jam kerja yang telah ditetapkan. Selain upah tersebut di atas, perusahaan juga memberikan tunjangan kepada karyawan berupa:

1. Tunjangan Perkawinan. 2. Tunjangan kematian. 3. Tunjangan Melahirkan 4. Tunjangan Hari Raya. 5. Bonus Tahunan.


(27)

Untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan perusahaan memberikan jaminan kesehatan (JPK), jaminan social dan tenaga kerja (Jamsostek) dan cuti sebanyak 12 hari kerja dalam satu tahun.

2.4. Proses Produksi 2.4.1. Bahan

2.4.1.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut dalam proses produksi dan dapat dilihat oleh kasat mata. PT.Tirta Sibayakindo dalam memproduksi air minum dalam kemasan (AMDK) mengambila bahan baku air pegunungan yang mengalir sendiri (Mountain Spring

Water) yang berada di area pabrik di desa Doulu Berastagi.

Adapun bahan baku untuk kemasan produk yang digunakan di PT. Tirta Sibayakindo :

1. Untuk produk cup 240 = Poly Prophylene (PP).

2. Untuk produk 600 dan 1500 ml = Poly Ethylene Terapthalate (PET).

3. Untuk produk tutup ulir 600/1500 = High Density Poly Ethylene (HDPE) dan Sanylene Blue.

2.4.1.2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang ditambahkan dalam suatu produksi sehingga dapat mengingkatkan mutu produk menjadi lebih baik. Bahan penolong


(28)

yang digunakan di PT. Tirta Sibayakindo untuk memproduksi air minum dalam kemasan (AMDK) adalah ozon (O3).

Ozon (O3) berfungsi untuk membunuh bakteri yang berukuran kurang dari

1 . Ozon ini dihasilkan oleh generator Ozon dengan menginduksikan arus listrik

tegangan tinggi 10 kV ke dalam tabung yang berisi udara O2.

2.4.1.3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan untuk meningkatkan mutu produk menjadi bernilai guna namun bahan tersebut tidak ikut dalam proses produksi. Adapun bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Kemasan 5 galon.

Kemasan 5 galon yang terbuat dari Poly Carbonate (PC) tidak diproduksi oleh PT. Tirta Sibayakindo, akan tetapi dikontrakkan kepada perusahaan lain di luar Aqua yang berada di Jakarta.

2. Penutup Kemasan 240 ml dan 5 galon.

Penutup kemasan 240 ml adalah plastic yang disebut Lid dan untuk kemasan 5 galon adalah berbentuk cap yang telah tercetal label perusahaan dan diproduksi di luar PT. Aqua group.

3. Cap Seal

Cap seal digunakan untuk menutupi kemasan. Cap seal ini terbuat dari plastic yang tercetak merk perusahaan dan diproduksi di luar PT. Aqua group, digunakan untuk kemasan 600 ml, 1500 ml dan kemasan 5 galon.


(29)

4. Label

Label berfungsi untuk menunjukkan merk produksi. Label ini terbuat dari plastic, dilingkarkan pada botol kemasan 600 ml dan 1500 ml dan untuk kemasan 5 galon ditempelkan pada kemasan.

5. Kotak Pengepakan (Karton).

Kotak pengepakan digunakan pada kemasan 240 ml, 600 ml dan 1500 ml. Kotak ini berfungsi untuk mempermudah pengiriman produk tersebut kepada konsumen. Kotak ini terbuat dari karton dan pada karton tersebut sudah tertera logo perusahaan, kode produksi, jenis kemasan dan jumlah produk.

6. Krat

Krat digunakan untuk wadah pengiriman pada kemasan gallon, dimana 1 krat hanya memuat 1 kemasan.

7. Isolasi

Isolasi digunakan sebagai perekat kotak karton yang telah diisi dengan air minum dalam kemasan.

2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Produk

PT. Tirta Sibayakindo mempoduksi air minum dalam kemasan dengan merek Aqua dan Vit dengan kapasitas lebih kurang 25 juta liter per tahun. Kemasan tersebut dari bahan plastic. Air minum yang diproduksi terdiri dari beberapa kemasan yang berbeda ukuran.

Air minum yang diproduksi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Cup 240 ml.


(30)

2. Botol Kemasan 600 ml. 3. Botol Kemasan 1500 ml. 4. Botol 5 galon.

Disamping itu PT. Tirta Sibayakindo juga menjaga kualitas produknya untuk memenuhi kebutuhan akan kemasan utamanya. PT. Tirta Sibayakindo memproduksi kemasan cup, botol 600 ml dan 1500 ml. untuk kemasan gallon PT. Tirta Sibayakindo mengambil ke PT. Tirta Graha, yang juga merupakan anak perusahaan AGM Group.

2.4.3. Uraian Proses Produksi

Proses produksi adalah teknik atau metode yang digunakan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa sehingga nilainya bertambah dengan menggunakan sumber-sumber daya (resources) yang tersedia, antara lain: tenaga kerja, mesin, bahan baku, modal, metode dan energi.

Uraian proses produksi dimulai setelah pencarian sumber mata air dimana PT. Tirta Sibayakindo mengambil sumber mata air yang sebelumnya telah diuji selama 2 tahun oleh para ahli, sehingga diperoleh mata air yang memenuhi syarat sebagai bahan baku. Proses produksi yang pertama dilakukan adalah Water

Treatment.

1. Proses water treatment.

Proses water treatment adalah proses yang bertujuan untuk menyaring dan mensterilkan bahan baku sehingga menjadi air minum yang siap diminum dan memiliki kandungan mineral yang tinggi dengan mengalirkan air tersebut ke


(31)

water treatment yang terdiri dari cartridge filter 1, storage tank, cartridge filter II dan ozonisasi.

Proses water treatment selengkapnya adalah sebagai berikut: a. Proses Penyaringan I

Air yang dialirkan dari sumber mata air masuk ke cartridge filterI, partikel-pertikel kasar pada air akan tersaring pada filter yang berada di dalam bejana. Partikel-partikel ini hanya dapat tersaring oleh cartridge filter I dengan ukuran lebih besar dri 5 mikron.

b. Penampungan di Storage Tank

Selanjutnya air masuk ke dalam storage tank yang fungsinya sebagai tempat penyimpanan air sementara sebelum air dialirkan ke cartridge filter II dan Soft water.

c. Proses penyaringan II

Air yang dialirkan dari storage tank ke cartridge filter II digunakan sebagai air yang akan dikemas, dimana di dalam cartridge filter II ini terdapat 12 buah filter yang berukuran 1 mikron yang berfungsi untuk menyaring partikel yang terbawa air dengan ukuran ≥1 mikron.

d. Proses ozonisasi

Setelah selesai dari proses penyaringan, air dialirkan ke finish tank I, di dalam proses pengaliran sebelum masuk ke finish tank I tersebut berlangsung proses ozonisasi yaitu proses pembunuhan miroorganisme berukuran dibawah 1 mikron. Proses pembunuhan mikroorganisme ini dilakukan oleh O3.yang


(32)

bebas menjadi O3. air yang telah bercampur dengan O2 terus mengalir dan

saat pengaliran ini terjdai proses mixing yaitu pengadukan O3 dengan air

sehingga menjadi homogen. e. Finish tank I

Selanjutnya air masuk ke finish tank I hingga air penuh kemudian air dialirkan ke finish tank II.

f. Finish tank II

Dari finish tank I air masuk ke finish tank II, selanjutnya air didistribusikan ke masing-masing ruang pengisian. Dari finish tank II air siap untuk masuk dalam proses filling. Proses filling tersebut dibagi dalam empat kemasan yaitu kemasan 240 ml, kemasan 600 ml, kemasan 1500 ml dan kemasan gallon.

2.4.3.1. Proses Pengisian dan Pengepakan

1. Proses Pengisian dan Pengepakan Kemasan 240 ml.

Proses pengisian air minum pada kemasan 240 ml dilakukan di ruangan yang steril dengan suhu berkisar 200 C-250 C yang disebut dengan ruangan filler. Cup yang telah disusun diruang infeed masuk ke dalam dispenser line yang terdiri dari 8 line, dan setiap line terdiri dari 50 cup. Kemudian secara otomatis 8 cup terdorong dan langsung diisi oleh mesin Sunny. Air yang diisikan telah terlebih dahulu mengalami proses penyinaran ultra violet dengan mesin UV Aquavine. Kemudian cup yang telah berisi air bergerak ke pemasangan lid/penutup.

Cup yang berisi air bergerak keluar dari ruangan filter dengan conveyor dan masuk ke ruangan visual control untuk memeriksa kejernihan air dan keadaan


(33)

cup. Pemeriksaan ini dilakukan secara manual oleh operator dengan bantuan lampu 160 watt. Produk yang lulus seleksi bergerak ke video jet untuk memberi kode produksi. Kemudian produk bergerak ke bagian pengepakan dan pengepakan dilakukan secara manual dengan memasukkan produk ke dalam kotak karton yang masing-masing terdiri dari 48 kemasan. Kotak karton yang berisi produk bergerak ke bagian proses pengisolasian dengan mesin karton seal. Kotak karton yang berisi produk disusun di atas sebuah papan pallet sebanyak 72 kotak kemudian diangkut ke gudang dengan forklift.

2. Proses Pengisian Kemasan 600 ml.

Proses pengisian air minum pada kemasan 600 ml dilakukan di ruangan yang steril dengan suhu 200C-250C. Pengisian dilakukan pada ruangan Filling. Pada ruangan ini terdapat mesin Filler yang berfungsi sebagai mesin pengisi air ke dalam botol dan pemberian tutup ulir (cap). Mesin filler ini berdampingan dengan mesin Blowing yaitu mesin yang berfungsi membentuk botol. Botol yang telah terbentuk kemudian masuk ke mesin filler. Kemudian dilakukan pengisian air dan pemberian tutup ulir (cap).

Setelah botol terisi dengan air dan diberi tutup botol kemudian botol bergerak melewati mesin coding (pemberian kode produksi) ke bagian visual control dengan bantuan conveyor.

Produk yang lulus seleksi bergerak ke mesin labeler. Mesin ini berfungsi melekatkan label dan memeberikan plastic tutup seal. Setelah itu botol bergerak melewati shrinking tunnel.. Seal yang telah diberi di mesin labeller dipanaskan di shrinking tunnel agar tertutup dengan baik.


(34)

Setelah melewati mesin labeler produk bergerak ke mesin packing. Mesin ini berfungsi untuk memasukkan botol yang telah lengkap ke dalam kotak. 1 kotak terdiri dari 24 botol. Kotak yang telah dengan botol selanjutnya bergerak melalui mesin pengeleman kotak, dan setelah itu bergerak menuju tempat penyusunan kotak (pallet). 1 pallet terdiri dari 72 karton. Setelah lengkap, pallet dibawa ke gudang penyimpanan dengan forklift.

3. Proses Pengisian dan Pengepakan Kemasan 1500 ml.

Proses pengisian air minum kemasan 1500 ml dilakukan di ruangan yang steril dengan suhu 200C-250C. pengisian dilakukan pada ruangan yang berbeda namun prosesnya sama. Botol kemasan disusun pada conveyor di ruang infeed dan dibawa ke ruang pengisian. Tutup ulir dibawa ke ruang pengisian dan dimasukkan ke dalam mesin storage cap. Botol kemasan akan bergerak menuju mesin Filling untuk proses pengisian. Setelah itu bergerak menuju mesin storage cap untuk proses pemberian tutup ulir. Kemudian pindah keluar dari ruang pengisian dan masuk ruang visual control. Di ruang visual control ini seorang operator memeriksa kejernihan air dan keadaan botol dengan bantuan lampu 160 watt.

Produk yang lulus seleksi bergerak ke video jet untuk memberi kode produksi. Selanjutnya produk bergerak ke mesin labeler. Mesin ini berfungsi melekatkan label dan memeberikan plastic tutup seal. Setelah itu botol bergerak melewati shrinking tunnel.. Seal yang telah diberi di mesin labeller dipanaskan di shrinking tunnel agar tertutup dengan baik.


(35)

Kemudian produk bergerak ke bagian pengepakan. Proses pengepakan dilakukan secara manual yang terdiri dari 12 botol dalam satu kotak. Kotak karton yang berisi produk bergerak ke tempat pengisolasian. Kotak karton yang berisi produk disusun di atas sebuah papan pallet kemudian diangkut ke gudang dengan forklift.

4. Proses Pengisian dan Pengemasan pada Kemasan Galon.

Botol yang telah dibersihkan dengan mesin pencuci botol akan dibawa ke ruang pengisian kemasan gallon dengan conveyor. Botol yang sampai di mesin pengisian akan diisi secara otomatis. Banyaknya botol untuk sekali isi adalah 3 buah. Dalam ruangan filler ini terdiri dari mesin filler dan mesin storage cap. Botol yang diisi akan dibawa ke mesin peletakkan cap (storage cap) dan secara otomatis cap akan diletakkan pada botol dan kemudian botol bergerak sekaligus cap ditekan oleh caper.

Botol-botol kemasan keluar dari ruang pengisian dan masuk ke dalam ruang visual control dengan conveyor. Di ruangan visual control seorang operator akan memeriksa kejernihan air sekaligus memeriksa keadaan kemasan dengan bantuan lampu 160 watt. Botol kemasan yang lolos seleksi selanjutnya diberi cap seal pada cap secara manual oleh operator. Kemudian botol kemasan akan masuk ke dalam mesin shrink tunnel untuk memanaskan dan merekatkan seal. Botol akan keluar dari ruagan dengan conveyor dan langsung diberi kode produksi oleh video jet. Selanjutnya setiap botol akan dimasukkan ke dalam krat secara manual. Krat


(36)

disusun di atas papan pallet sebanyak 32 kotak. Selanjutnya produk diangkat ke gudang produk jadi dengan forklift.

2.4.3.2. Proses Pencucian Botol Galon

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses pencucian botol gallon adalah sebagai berikut:

1. Tahap pencucian awal.

Tahap pencucian awal ini meliputi proses pencucian botol galon bagian dalam dan bagian luar dari botol galon dengan menggunakan air biasa.

2. Tahap pencucian dengan menggunakan deterjen.

Tahap pencucian dengan menggunakan deterjen dengan bahan deterjen khusus (MIP CIP) dengan bahan dasar Na2O, dengan menggunakan air yang dipanasi dan disemprotkan dengan bantuan sprayer.

3. Tahap pembilasan awal.

Tahap pembilasan awal dilakukan dengan membilas botol galon dengan menggunakan air biasa.

4. Tahap pembilasan air.

Tahap pembilasan akhir dilakukan dengan membilas botol galon dengan air yang sudah mengandung ozon.


(37)

2.4.4. Mesin dan Peralatan

Sarana produksi pada PT. Tirta Sibayakindo adalah sebagai berikut: 1. Departemen Water Treatment.

a. Elektromotor penggerak pompa mata air

Merek : LOWARA

Buatan/tahun : Italy/1990

Type : LTF-40-160/166

Nomor Seri : 048030

Spesifikasi : 220 V, 500 VA, 50 Hz, 1 phase, Cos = 0,8

Fungsi : memompakan air dari sumber mata air ke water treatment. b. Tank Cartridge Filter I (5 mikron)

Tank : Stainless Steel

Buatan/tahun : 2002

Type : Single Open

Jumlah filter : 15 pcs Ukuran filter : 5 mikron Bahan filter : Poly fure Panjang filter : 30 Inch Mererk filter : Pall


(38)

c. Storage Tank

Buatan/tahun : Indonesia/1989 Kapasitas : ± 1200 liter

Fungsi : sebagai tempat penampungan sementara

d. Tank Cartridge Filter II (1 mikron)

Merek : PALL

Buatan/tahun : New York/1992

Type : 1.781525

Nomor Seri : 61729

Fungsi : untuk menyaring partikel

e. Generator Ozon

Merek : BENCKISER

Buatan/tahun : German/1991

Type : HF W 45 DR

Nomor Seri : 21554

Spesifikasi : 220 V, 1 kVA, 50 Hz, 1 phase,

Fungsi : untuk merubah O2 menjadi O3

Kapasitas : 45 gr/m3

f. Elektromotor penggerak pompa soft water


(39)

Buatan/tahun : Italy/1990

Type : HTF-25-125/136

Nomor Seri : 21534

Spesifikasi : 220 V, 1 KVA, 50 Hz, 1 phase

Fungsi : memompakan air dari storage tank ke soft water tank. g. Finish tank I

Buatan/tahun : Indonesia/1989 Kapasitas : ± 1200 liter

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Sebagai tempat penampungan air untuk sementara.

h. Finish tank II

Buatan/tahun : Indonesia/1989 Kapasitas : ± 2000 liter

Jumlah : 1 unit

Fungsi : tempat penampungan air untuk sementara.

1. Departemen Produksi Kemasan 240 ml a. Elektormotor penggerak thermosheet

Merek : OMV

Buatan/tahun : Italy/1992


(40)

Nomor seri : 16.4.1.000.0.000.0

Spesifikasi : 380 V, 32,22 kVA, 50 Hz, 1 phase

Jumlah : 1 unit

Fungsi : mesin untuk memproduksi lembaran plastic (sheet)

Kapasitas : 96 Kg/jam

b. Thermoforming

Merek : OMV

Buatan/tahun : Italy/1992

Type : F25-3

Nomor seri : 00694

Spesifikasi : 380 V, 74 kVA, 50 Hz, 1 phase

Jumlah : 1 unit

Fungsi : mesin untuk memproduksi cup

Kapasitas : 8640 cup/jam

c. Elektromotor penggerak thermo regulator

Merek : OMV

Buatan/tahun : Italy/1992

Type : T3A/6, T3A/18

Spesifikasi : 380 V, 6.69 kVA, 50 Hz, 3 phase


(41)

Fungsi : mesin untuk mengatur panas kalender d. Electromotor penggerak mesin filler 240 ml

Merek : Sunny

Buatan/tahun : Jepang/1986

Type : S-3000

Jumlah : 1 unit

Fungsi : mesin untuk pengisi air pada kemasan 240 ml Kapasitas : 12.000 cup/jam

e. Elektromotor penggerak UV.Aquafine 240 ml

Merek : Valensia

Buatan/tahun : USA

Type : C SL 4 R

Spesifikasi : 220 V, 1 kVA, 50 Hz, 1 phase

Jumlah : 1 unit

Fungsi : sebagai deozonisasi

f. Motor Conveyor Filler 240 ml

Merek : PINO

Buatan/tahun : Czech Republik

Type : P3-70


(42)

Jumlah : 1 unit

Fungsi : penggerak conveyor mulai dari ruang infeed ke filler.

2. Departemen Produksi Kemasan 600 ml a. Pembuatan Preform

Merek : Husky

Buatan/tahun : Kanada/2007

Type : Hypet 300

No. seri : 3755147

Fungsi : Melebur biji plastik menjadi kemasan preform Kapasitas : 32.000 preform/jam

b. Pembuatan Botol

Merek : SIDEL

Type : SBO

Buatan/tahun : Perancis/ 2007

No. seri : 12132

Fungsi : merubah preform menjadi botol

Kapasitas : 36.000 botol/jam c. Pengisian air dan pemberian cap

Merek :SIDEL

Type : S.Europa W

Buatan/tahun : Perancis/2007


(43)

Model : 54/18KAOR

Fungsi : pengisian air dan pemberian tutup botol Kapasitas : 36.000 botol/jam

d. Pemberian Label

Merek : KRONES

Type : HS Synco

No. seri : K 810161-001

Spesifikasi : 400/230 V, AC 3/N/P,E, 50 Hz

Fungsi : Pemberian label dan seal

Kapasitas : 36500 botol/jam e. Pengepakan

Merek : SIDEL

Type : F 38 Case Former

No. Seri : 37517

No. seri : 37517

Spesifikasi : 3 phase, 50 Hz, 400 V, 20 A

Fungsi : Pembuatan box

f. Merek : SIDEL

Type : F 478 Pick N’ Place

No. seri : 37518

Tahun/buatan : 2007/Perancis

Spesifikasi : 400 V, 50 Hz, 3 phase


(44)

Kapasitas : 42.000 botol/jam

g. Merek : SIDEL

Type : C 641 Upper Glue

No. seri : 04260452901

Buatan/tahun : Perancis/2007

Fungsi : Pemberian lem ke box

Kapasitas : 42.000 botol/jam 3. Departemen produksi kemasan 1500 ml

a. Elektromotor penggerak strech blow moulding machine

Merek : NISSEI

Buatan/tahun : Jepang/1996

Type : PF 62B

Nomor seri : 17903044

Jumlah : 1 unit

Spesifikasi : 380 V, 31.61 kVA, 50 Hz, 3 phase, cos =0.8 Kapasitas : 1550 botol/jam

b. Elektromotor penggerak mesin filler 1500 ml

Merek : CORTELAZZI

Buatan/tahun : Italy/1996

Type : Monoblok Alfa 16-6

Nomor seri : 655162

Spesifikasi : 380 V, 5.5 kVA, 50 Hz, 3 phase, cos =0.8


(45)

Fungsi : untuk mengisi air ke dalam kemasan 1500 ml Kapasitas : 4700 botol/jam

c. Elektromotor penggerak injection moulding

Merek : ARBURG

Buatan/tahun : Jerman/1996

Type : 420 C 1000-250

Spesifikasi : 380 V, 64.48 kVA, 50 Hz, 3 phase Kapasitas : 9100 cap/jam

Jumlah : 1 unit

Fungsi : mesin untuk pembuatan tutup 1500 ml.

d. Motor Hopper 1500 ml

Merek : SEIPEE

Buatan/tahun : Italy/1993

Type : MT-4

Spesifikasi : 380 V, 2.5 kVA, 50 Hz, 3 phase

Jumlah : 1 unit

Fungsi : sebagai peletak dan penekan tutup ulir kemasan 1500 ml e. Motor Conveyor filler 1500 ml

Merek : MARELLI MOTOR

Buatan/tahun : Italy

Type : RMT 85 P

Spesifikasi : 380 V, 1.5 kVA, 50 Hz, 3 phase


(46)

Fungsi : penggerak conveyor dari ruang infeed ke ruang filler 4. Departemen Produksi Kemasan 5 gallon

a. Eletromotor penggerak mesin washer Buatan/tahun : PMT Jakarta/1992

Type : automatic

Spesifikasi : 380 V, 21.28 kVA, 50 Hz, 3 phase

Fungsi : mesin pencuci kemasan 5 galon

b. Pompa Detergent

Merek : LOWARA

Buatan/tahun : Italy/1990

Type : HTF 25-125/136

Jumlah : 1 unit

Fungsi : untuk memompakan detergent ke dalam mesin washer

c. Elektromotor penggerak pompa pre rinse/final rinse

Merek : LOWARA

Buatan/tahun : Italy/1990

Type : HTF 40-125/166

Spesifikasi : 220 V, 500 kVA, 50 Hz, 1 phase

Jumlah : 2 unit

Fungsi : untuk membilas botol dalam mesin washer

d. Elektromotor penggerak mesin filler 5 galon Buatan/tahun : PMT Jakarta/1992


(47)

Spesifikasi : 380 V, 3.04 kVA, 50 Hz, 3 phase Kapasitas : 1200 galon/jam

Jumlah : 1 unit

Fungsi : mesin untuk mengisi air ke dalam botol kemasan 5 galon e. Motor Conveyor Filler 5 galon

Merek : ABB MOTOR

Type : MT 80 B 19-4

Spesifikasi : 380 V, 1.5 kVA, 50 Hz, 3 phase

Fungsi : penggerak conveyor mulai dari infeed ke ruang filler. f. Motor Capper 5 galon

Buatan/tahun : Indonesia/1992

Spesifikasi : 380 V, 2.5 kVA, 50 Hz, 3 phase

Jumlah : 1 unit


(48)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Ergonomi

3.1.1. Pengertian Ergonomi dan Tujuan Ergonomi

E1rgonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergo yang berarti kerja dan

nomos yang berarti hukum. Ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin ilmu yang

mengajarkan manusia dalam kaitan dengan pekerjaannya. Ergonomi lahir dan berkembang sekitar abad ke-20.

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematik untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien.

Tujuan dari ergonomi adalah mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi antara manusia dengan teknologi produk, sehingga dimungkinkan suatu kondisi yang berfungsi lebih efektif dan efisien.

Tujuan ergonomi secara lebih spesifik adalah sebagai berikut:

a. Tercapainya disain sistem manusia mesin yang terpadu sehingga efisiensi kerja bisa tercapai


(49)

c. Mengurangi energi kerja yang berlebihan

d. Mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat

Dalam ergonomi dikenal adanya istilah sistem manusia-mesin, merupakan kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin dimana antara satu dengan yang lainnya saling berinteraksi untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh.

Dengan mempelajari manusia sebagai salah satu komponen sistem manusia mesin diharapkan bisa meletakkan fungsi manusia dengan segala kemampuan dan keterbatasannya untuk merancang sistem kerja yang optimal.

Untuk analisis dan penelitian, ergonomi meliputi hal-hal yang berkaitan dengan :

a. Anatomi, fisiologi dan antropometri tubuh manusia.

b. Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf yang berperan dalam tingkah laku manusia.

c. Kondisi-kondisi kerja yang dapat menimbulkan cidera baik dalam waktu yang pendek maupun panjang.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka penelitian dan pengembangan ergonomis memerlukan dukungan dari berbagai disiplin keilmuan yang lain seperti psikologi, antropologi, faal kerja/anatomi dan lain-lain.

3.1.2. Tipe-tipe Masalah Ergonomi

Masalah-masalah ergonomi dikategorikan dalam berbagai kelompok, tergantung kepada wilayah spesifik dari efek tubuh seperti :

1


(50)

a. Antropometri

Antropometri berhubungan dengan konfilk dimensional antara ruang geometri fungsional pada tubuh manusia. Antropometri ini merupakan pengukuran dari dimensi tubuh secara linear, termasuk berat dan volume, jarak jangkauan, tinggi mata saat duduk dan lainnya. Masalah-masalah antropometri merupakan manifestasi dari kekurangcocokannya antara dimensi ini dan disain ruang kerja. Pemecahannya adalah memodifikasi desain untuk menyesuaikan kenyamanan.

b. Cognitive

Masalah cognitive muncul ketika informasi beban kerja yang berlebihan dan informasi beban kerja di bawah proses. Keduanya dalam jangka waktu yang panjang maupun pendek dapat menyebabkan ketegangan. Pada sisi lain fungsi ini tidak sepenuhnya berguna untuk pemeliharaan tingkat optimum. Pemecahannya adalah untuk melengkapi fungsi manusia dan fungsi mesin untuk meningkatkan performansi dalam pengembangan pekerjaan.

c. Musculokskeletal2

Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal tersebut dapat menyebabkan insiden kecil atau trauma efek kumulatif. Pemecahan masalah ini terletak pada penyediaan bantuan performasi kerja atau mendisain kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai dengan batas kemampuan manusia.

d. Cardiovaskular


(51)

Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem sirkulasi, termasuk jantung. Akibatnya adalah jantung memompakan lebih banyak darah ke otot untuk memenuhi tingginya permintaan oksigen. Pemecahannya yaitu mendisain kembali pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi pekerjaan.

e. Psychomotor

Masalahnya bahwa ketegangan pada sistem psychomotor dengan menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk disesuaikan dengan kemampuan manusia dan menyediakan bantuan performansi pekerjaan.

3.1.3. Aplikasi Ergonomi

Ergonomi dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan sehari-hari, contohnya adalah:

a. Perancangan tempat/stasiun kerja yang sesuai dengan karakteristik diri manusia.

b. Disain peralatan, perkakas dan mesin-mesin yang dipergunakan oleh manusia sebagai sarana untuk memudahkan segala aktivitasnya.

c. Disain produk-produk yang lebih memudahkan kegiatan, contohnya mobil yang dilengkapi dengan kursi yang mudah diatur dan disesuaikan dengan kondisi tubuh manusia.

Penyelidikan terhadap manusia-mesin didasarkan atas suatu kenyataan bahwa antara manusia dan mesin masing-masing mempunyai kelebihan dan

2


(52)

kekurangan, artinya ada beberapa pekerjaan yang akan lebih baik jika dikerjakan oleh manusia dan sebaliknya ada beberapa pekerjaan yang lebih baik jika dikerjakan oleh mesin, masing-masing perbedaan tersebut bisa saling melengkapi, dan tugas perancanganlah untuk menyeimbangkannya.

Ergonomi memerlukan informasi-informasi yang lengkap mengenai manusia, peralatan dan lingkungan kerja, hal ini dapat diperoleh melalui penyelidikan-penyelidikan yang dibagi dalam empat kelompok, yaitu:

1. Penyelidikan tentang display

Display adalah bagian dari lingkungan yang mengkomunikasikan keadaannya

kepada manusia. Informasi yang diberikan menyangkut semua rangsangan yang bisa diterima oleh indera manusia baik langsung maupun tidak langsung.

Display statis adalah display yang memberikan informasi tentang sesuatu yang

tidak bergantung terhadap waktu. Display dinamis adalah display yang menggambarkan perubahan menurut skala waktu.

2. Penyelidikan tentang hasil kerja manusia dan proses pengendalian.

Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja dan mempelajari cara mengukur setiap aktivitas. Penyelidikan ini banyak berhubungan dengan biomekanik. Mengukur aktivitas kerja manusia adalah mengukur berapa besarnya tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya (dalam satuan kilokalori). Secara umum dibagi dalam dua kriteria, yaitu kriteria fisiologis dan kriteria operasional.

3. Penyelidikan tentang tempat kerja


(53)

4. Penyelidikan tentang lingkungan fisik3

Lingkungan fisik meliputi ruangan dan fasilitas yang biasa digunakan untuk manusia serta kondisi lingkungan kerja, yang mempengaruhi rancangan sistem kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis dan bau-bauan.

3.2. Antropometri

Lingkungan fisik dapat mempengaruhi kegiatan para pekerja dan produktivitas, baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan fisik adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja. Secara umum lingkungan fisik terbagi dalam dua kategori, yaitu:

- Lingkungan yang langsung berhubungan dengan pekerja tersebut. Contohnya: stasiun kerja, kursi, meja dan sebagainya.

- Lingkungan perantara atau lingkungan umum. Contohnya: temperatur,

kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain.

Untuk bisa meminimumkan pengaruh lingkungan fisik terhadap para pekerja, maka yang harus dilakukan adalah mempelajari manusia baik mengenai sifat dan tingkah lakunya serta keadaan fisiknya.

Antropometri merupakan kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia (ukuran, volume dan berat) serta penerapan dari data tersebut untuk perancangan fasilitas atau produk.

3


(54)

Penelitian awal tentang dimensi tubuh manusia dimulai sejak awal abad ke-14 dan sampai abad ke-19 barulah dapat dihasilkan data antropometri yang lengkap. Metode pengukuran ini distandarisasikan selama periode awal sampai pertengahan abad ke-20, dan belakangan ini dilakukan pada tahun 1980-an oleh

International Standards Organization (ISO).

Antropometri terbagi atas dua bagian yaitu antropometri statis dan antropometri dinamis.

1. Antropometri Statis

Antropometri statis disebut juga dengan pengukuran dimensi struktur tubuh. Anthropometri statis berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan diam atau dalam posisi standar dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain berat badan, tinggi tubuh ukuran kepala, panjang lengan dan sebagainya.

2. Antropometri Dinamis

Antropometri dinamis disebut juga dengan dimensi fungsional tubuh. Disini pengukuran dilakukan terhadap dimensi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan yang harus disesuaikan.

3.2.1. Cara Pengukuran dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dimensi Tubuh Manusia

Dalam antropometri, dimensi yang diukur diambil secara linear dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran representatif, maka


(55)

pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap berbagai individu dan tubuh harus dalam keadaan diam.

- Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktivitas

- Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja - Pengukuran variabilitas kerja

Media sederhana yang dilakukan untuk keperluan mengukur bentuk dan ukuran tubuh manusia antara lain meliputi:

1. Spreading and silling calipers, digunakan untuk mengukur dalam jarak

pendek misalnya untuk mengukur tebal badan.

2. Antropometer berupa tongkat meteran dengan dua palang dimana palang yang satu posisinya tetap sementara palang yang lain bisa digerakkan.

3. Tapes, untuk mengukur dalam arah melingkar atau keliling.

4. Kursi ergonomis, untuk mengukur dimensi tubuh manusia dalam posisi duduk.

5. Timbangan untuk mengukur berat badan.

Dimensi atau ukuran tubuh tiap manusia berbeda-beda, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia antara lain:

1. Keacakan/ Random4

Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi terdapat manusia yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya namun masih terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara individu yang

4


(56)

satu dengan yang lainnya. Distribusi frekuensi secara statistik dari dimensi kelompok anggota masyarakat jelas dapat diperkirakan menggunakan Distribusi Normal.

2. Jenis Kelamin

Pada umumnya laki-laki memiliki dimensi tubuh yang lebih besar, kecuali pada bagian dada dan pinggul. Selain itu pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya dibandingkan wanita.

3. Suku Bangsa

Variasi dimensi tubuh terjadi karena pengaruh etnis. Meningkatnya jumlah migrasi dari suatu negara ke negara lain juga akan mempengaruhi antropometri secara nasional.

4. Usia

Pada umumnya bertambahnya umur manusia akan menyebabkan semakin berkembangnya ukuran tubuh. Ukuran tubuh berkembang dari saat lahir sampai umur ±20 tahun untuk pria dan ±17 tahun untuk wanita. Dimensi tubuh manusia akan berkurang setelah umur 60 tahun. Setelah menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia memiliki kecendrungan untuk menurun yang disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang dan gerakan tangan dan kaki.

5. Pakaian

Karena terjadinya perbedaan iklim/musim menyebabkan manusia memakai pakaian tertentu sehingga mengubah dimensi tubuh, misalnya pada waktu


(57)

musim dingin menyebabkan orang memakai pakaian tebal dan ukuran relatif besar.

6. Faktor Kehamilan pada Wanita

Faktor ini jelas mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti bila dibandingkan dengan antara wanita yang hamil dengan wanita yang tidak hamil.

7. Cacat Tubuh secara Fisik

Suatu perkembangan yang menggembirakan akhir-akhir ini yaitu dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta merasakan kesamaan dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi dalam pelayanan untuk masyarakat.

Adapun pengukuran dimensi tubuh manusia terdiri dari : 1. Posisi Duduk

- Tinggi Duduk tegak (TDT), yaitu dengan mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung atas kepala. Subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus ke depan dan lutut membentuk sudut siku-siku.

- Tinggi Bahu Duduk (TBD), yaitu dengan mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung tulang bahu yang menonjol pada saat subjek duduk tegak.


(58)

- Tinggi Mata Duduk (TMD), yaitu dengan mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung mata bagian dalam. Subjek duduk tegak dan memandang lurus ke depan.

- Tinggi Siku Duduk (TSD), yaitu dengan mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung bawah siku kanan. Subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dengan lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah.

- Tebal Paha (TP), yaitu dengan mengukur subjek duduk tegak, ukur jarak dari permukaan alas duduk samping sampai ke permukaan atas paha. - Pantat Polilpteal (PP), yaitu dengan mengukur subjek duduk tegak, ukur

jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam (polilpteal). Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.

Pengukuran dimensi tubuh manusia pada posisi duduk dapat terlihat pada Gambar 3.1.


(59)

Gambar 3.1. Pengukuran Dimensi Tubuh Manusia Posisi Duduk

2. Posisi Berdiri

- Tinggi Siku Berdiri (TSB), yaitu dengan mengukur jarak vertikal dari lantai ke titik permukaan antara lengan atas dan lengan bawah. Subjek berdiri tegak dengan kedua tangan tergantung secara wajar.

- Panjang Lengan Bawah (PLB), yaitu dengan mengukur subjek berdiri tegak dan tangan di samping, ukur jarak dari siku sampai pergelangan tangan.

- Tinggi Mata Berdiri (TMB), yaitu dengan mengukur jarak vertikal dari lantai sampai ujung mata bagian dalam (dekat pangkal hidung). Subjek berdiri tegak dengan memandang lurus ke depan.


(60)

- Tinggi Badan Tegak (TBT), yaitu dengan mengukur jarak vertikal telapak kaki sampai ujung kepala yang paling atas, sementara subjek berdiri tegak dengan mata memandang lurus ke depan.

- Tinggi Bahu Berdiri (TBB), yaitu dengan mengukur jarak vertikal dari lantai sampai bahu yang menonjol pada saat subjek berdiri tegak.

- Tebal Badan (TB), yaitu dengan mengukur berdiri tegak dan ukur jark dari dada (bagian ulu hati) sampai punggung secara horizontal.

Pengukuran dimensi tubuh manusia pada posisi berdiri dapat terlihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Pengukuran Dimensi Tubuh Manusia Posisi Berdiri

3. Posisi Berdiri dengan Tangan ke Depan

- Jangkauan Tangan (JT), yaitu dengan mengukur jarak horizontal dari punggung samping ujung jari tengah dan subjek berdiri tegak dengan


(61)

betis, pantat, dan punggung merapat ke dinding, tangan direntangkan secara horizontal ke depan.

Pengukuran dimensi tubuh manusia pada posisi berdiri dengan tangan ke depan dapat terlihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Pengukuran Dimensi Tubuh Manusia Posisi Berdiri dengan Tangan ke Depan

4. Posisi Duduk Menghadap ke Depan

- Lebar Pinggul (LP), yaitu dengan mengukur subjek duduk tegak dan ukur jarak horizontal dari bagian terluar pinggul sisi kiri sampai bagian terluar pinggul sisi kanan.

- Lebar Bahu (LB), yaitu dengan mengukur jarak horizontal antara kedua lengan atas dan subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan.


(62)

Pengukuran dimensi tubuh manusia pada posisi duduk menghadap ke depan dapat terlihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Pengukuran Dimensi Tubuh Manusia Posisi Duduk Menghadap ke Depan

5. Posisi berdiri dengan kedua lengan direntangkan

- Rentangan Tangan (RT), yaitu dengan mengukur jarak horizontal dengan ujung jari terpanjang tangan kiri sampai ujung jari terpanjang tangan kanan direntangkan horizontal sampai sejauh mungkin.

Pengukuran dimensi tubuh manusia pada posisi berdiri dengan kedua lengan direntangkan dapat terlihat pada Gambar 3.5.


(63)

Gambar 3.5. Pengukuran Dimensi Tubuh Manusia Posisi Berdiri dengan Kedua Lengan Direntangkan

6. Pengukuran Jari Tangan

- Panjang Jari 1,2,3,4,5 (PJ 1,2,3,4,5), yaitu dengan mengukur masing-masing pangkal ruas jari sampai ujung jari. Jari-jari subjek merentang lurus dan sejajar.

- Pangkal ke Lengan (PKL), yaitu dengan mengukur pangkal pergelangan tangan sampai pangkal ruas jari. Lengan bawah sampai telapak tangan subjek lurus.

- Lebar Jari 2,3,4,5 (LJ 2,3,4,5), yaitu dengan mengukur dari sisi luar jari telunjuk sampai sisi luar jari kelingking dan jari-jari subjek lurus merapat satu sama lain.

- Lebar tangan (LT), yaitu dengan mengukur sisi luar ibu jari sampai sisi luar jari kelingking.


(64)

Gambar 3.6. Pengukuran Jari Tangan

7. Berat Badan (BB), yaitu bobot berat yang dimiliki oleh tubuh seseorang.

3.2.2. Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data Antropometri

Untuk penetapan data antropometri, diterapkan pemakaian distribusi normal. Distribusi normal dapat dirumuskan berdasarkan harga rata-rata (mean,

Χ) dan standar deviasi (SD,σx).

Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil; 5 % dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil. Rumus umum persentil adalah sebagai berikut :


(65)

Px = data ke

100 ) 1 (n+ x

dimana :

Px = Persentil ke x yang akan dihitung5

Gambar 3.7. Kurva Distribusi Normal dengan Persentil 95-th

.

Tabel 3.1. Tabel Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal

Persentil Perhitungan

1-st X - 2.325

2.5-th X - 1.96

5-th X - 1.645

10-th X - 1.28

5


(66)

Tabel 3.1. Tabel Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal

Persentil Perhitungan

50-th X

90-th X + 1.28

95-th X + 1.645

97.5-th X + 1.96

99-th X + 2.325

Dalam pokok bahasan antropometri, 95 persentil menunjukkan tubuh berukuran besar, sedangkan 5 persentil menunjukkan tubuh berukuran kecil. Jika diinginkan dimensi untuk mengakomodasikan 95% populasi maka 2,5 dan 97,5 persentil adalah batas rentang yang dapat dipakai.

Dalam penggunaan data antropometri terdapat istilah “the Fallacy of the

Average Man or The Average Women”, maksudnya bahwa suatu kesalahan dalam

perancangan suatu tempat kerja ataupun produk jika berdasar pada dimensi yang hipotesis yaitu menganggap bahwa semua dimensi adalah merupakan rata-rata. Walaupun hanya dalam penggunaan satu dimensi saja, misalnya jangkauan ke depan, maka penggunaan rata-rata (50 persentil) dalam penyesuaian pemasangan alat kontrol akan menghasilkan bahwa 50 % populasi akan tidak mampu menjangkaunya. Jika seseorang mempunyai dimensi pada rata-rata populasi, katakanlah tinggi badan maka belum tentu dia berada pada rata-rata populasi untuk dimensi lainnya.


(67)

1. Pilihlah standar deviasi yang sesuai untuk perancangan yang dimaksud

2. Carilah data pada rata-rata dan distribusi dimensi yang dimaksud untuk populasi yang sesuai

3. Pilihlah nilai persentil yang sesuai sebagai dasar perancangan 4. Pilihlah jenis kelamin yang sesuai

Pengukuran bentuk tubuh bertujuan untuk mengetahui bentuk tubuh manusia sehingga peralatan yang dirancang lebih sesuai dengan bentuk tubuh manusia agar lebih nyaman dan menyenangkan.

3.2.3. Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan Produk/Fasilitas Kerja

Data-data hasil pengukuran tubuh manusia atau yang disebut data antropometri digunakan untuk perancangan peralatan. Oleh karena itu keadaan dan ciri fisik manusia dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga berbeda satu sama lainnya, maka terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data untuk perancangan, perbaikan dan pengukuran sistem kerja yaitu sebagai berikut:6

1. Perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim

Prinsip ini digunakan apabila mengharapkan agar fasilitas yang dirancang dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar pemakai (biasanya minimal 95 % pemakai) misalnya ketinggian suatu alat sesuai dengan

6


(68)

jangkauan ke atas orang pendek, lebar tempat duduk sesuai dengan lebar pinggul orang gemuk, dan lain-lain.

2. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan

Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar bisa digunakan dengan enak dan nyaman bagi orang yang memerlukannya. Jadi bisa disesuaikan dengan ukuran tubuh si pemakai. Misalnya kursi pengemudi mobil yang bisa diatur maju atau mundur dan kemiringan sandarannya.

3. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata para pemakai.

Prinsip ini hanya bisa digunakan apabila perancangan berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin digunakan serta tidak layak jika menggunakan prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip ini tidak mungkin dilaksanakan jika lebih banyak ruginya, artinya hanya sebagian kecil pemakai yang merasa sesuai menggunakannya. Sedangkan jika fasilitas tersebut dirancang berdasarkan fasilitas yang bisa disesuaikan tidak juga layak karena biayanya mahal.

Seorang disainer seharusnya mengetahui aspek dimensi tubuh dari populasi yang akan menggunakan peralatan hasil rancangan tersebut. Dalam hal ini, harus ada semacam sasaran, misalnya 90 % sampai 95 % dari populasi harus dapat menggunakan hasil disainnya tersebut.

3.3. Statistik Deskriptif

Statistik dalam arti sempit adalah data ringkasan berbentuk angka (kuantitatif). Statistik dalam arti luas adalah suatu ilmu yang mempelajari cara pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi


(69)

yang berguna. Metode statistik adalah prosedur-prosedur yang digunakan dalam pengumpulan, pengujian, analisis dan penafsiran data. Metode statistik ini terbagi atas 2 (dua) bagian yakni :

1. Statistik Deskriptif 2. Statistik Inferensia

Perlu kiranya diketahui bahwa statistik deskriptif memberikan informasi hanya mengenai data yang dimiliki dan sama sekali tidak menarik infrensia atau kesimpulan apapun tentang gugus data induknya yang lebih besar. Penyusunan tabel, diagram, grafik dan besaran-besaran lain didalam majalah dan koran-koran termasuk dalam kategori statistika deskriptif.

3.3.1. Perhitungan Nilai Rata-rata

Perhitungan nilai rata-rata biasanya disingkat dengan rata-rata adalah jumlah semua dari semua data dibagi dengan banyaknya data. Rata-rata untuk sampel biasanya dinyatakan dengan simbol X dan untuk populasi dinyatakan

dengan simbol µ.

Perhitungan nilai rata-rata untuk data yang tidak dikelompokkan yaitu dengan menjumlahkan semua data yang dibagi dengan banyaknya data dan dapat dinyatakan dengan rumus:

X =

n Xi

n

i

=1

dimana :


(70)

n = Banyaknya data

Xi = Besarnya tiap-tiap data

Untuk mencari nilai rata-rata pada data yang dikelompokkan biasanya disusun dalam distribusi frekuensi. Nilai rata-ratanya dapat dirumuskan dengan persamaan berikut:

X =

= = k i i n i u f Xif 1 1 dimana :

k = Banyaknya kelas

3.3.2. Standar Deviasi

Standar deviasi adalah standar penyimpangan data dari nilai rata-ratanya. Pada standar deviasi ini di dalam menghilangkan pengaruh positif dan negatif selisih data dengan rata-rata tidak dengan harga mutlak, tetapi dengan dikuadratkan kemudian jumlah dari kuadratnya di akarkan. Standar deviasi untuk populasi biasanya diberi simbol σ, sedangkan untuk sampel diberi simbol s. Perumusannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk populasi

n U Xi k i

= − = 1 2 ) (

σ atau

= − − = k i n i Xi Xi n

n 1 1

2 2 ) ( . 1 σ


(71)

2. Untuk sampel 1 ) ( 1 2 − − =

= n X Xi s k i atau ) 1 ( ) ( 1 2 1 2 − − =

=

n n Xi Xi n s k i n i

3.3.3. Nilai Maksimum dan Minimum

Nilai maksimum adalah nilai terbesar dari sekumpulan data yang diperoleh. Sebaliknya nilai minimum adalah nilai terkecil dari sekumpulan data yang diperoleh.

3.3.4. Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data digunakan untuk pengendalian proses bagian data yang ditolak atau tidak seragam karena tidak memenuhi spesifikasi. Apabila dalam pengukuran terdapat satu jenis atau lebih data tidak seragam maka data tersebut akan langsung ditolak dan dilakukan revisi dengan cara membuang data yang berada diluar batas kontrol tersebut dan melakukan perhitungan kembali.

Untuk menguji keseragaman data digunakan peta kontrol dengan persamaan berikut:

σ

k X

BKA= +

σ

k X

BKA= −

- jika Xmin > BKB dan Xmax < BKA maka data seragam


(72)

3.3.5. Uji Kecukupan Data

Untuk derajat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5% maka kecukupan data dapat ditentukan dengan persamaan :

( )

2

2 2 40 '           =

Xi Xi Xi N N

dimana :

- jika N’>N : Jumlah pengamatan belum mencukupi

- jika N’<N : Jumlah pengamatan sudah mencukupi

3.4. Kolmogrov Smirnov Test

Sebuah alternatif penting untuk menguji kesesuaian distribusi adalah metode yang ditemukan oleh dua matematikawan Rusia: Kolmogrov dan Smirnov pada akhir dekade 1930. Dengan uji Kolmogrov dan Smirnov dapat diperiksa apakah distribusi nilai-nilai sampel yang diamati sesuai dengan variabel yang sedang diuji bersifat kontinu dan sampel diambil dari populasi secara acak dan sederhana. Dengan demikian uji ini hanya dapat digunakan, bila variabel diukur paling sedikit dalam skala ordinat.

Uji kesesuaian Komogrov Smirnov dapat diterapkan pada dua keadaan: 1. Menguji apakah sampel mengikuti suatu bentuk distribusi populasi teoritis. 2. Menguji apakah dua buah sampel berasal dari dua populasi yang identik.


(73)

Prinsip dari uji Kolmogrov Smirnov ialah menghitung selisih absolut antara fungsi distribusi frekwensi kumulatif sampel [disebut Fs (x)] dan fungsi

distribusi frekwensi kumulatif teoritis [disebut Ft (x)] pada masing-masing

interval kelas.

Hipotesis yang diuji dinyakan sebagai berikut (dua sisi): Ho : F(x)=Ft(x) untuk semua x dari -~sampai+~

Hi : F(x)≠Ft (x) untuk paling sedikit sebuah x

Dengan F(x) ialah fungsi distribusi frekwensi kumulatif populasi pengamatan. Statistik uji Kolmogrov Smirnov merupakan selisih absolut terbesar antara Fs(x) dari Ft (x), yang disebut deviasi maksimum (D). Statistik D ditulis

sebagai berikut:

D = Fs(x)-Ft (x)maks i=1,2,….,n

Nilai D kemudian dibandingkan dengan nilai kritis pada tabel distribusi pencuplikan (Tabel D), pada ukuran sampel (n) dan tingkat kemaknaan (α). Ho

ditolak bila nilai teramati maksimum (D) lebih besar atau sama dengan nilai kritis (D) maksimum. Dengan penolakan Ho berarti nilai distribusi teramati dan

distribusi teoritis berbeda secara bermakna. Perbedaan-perbedaan yang tampak hanya disebabkan variasi pencuplikan (sampling variation).

Langkah-langkah prinsip uji Kolmogrov Smirnov ialah sebagai berikut: 1. Susun frekuensi-frekuensi tiap nilai teramati, terutama berurutan dari nilai

terkecil sampai nilai terbesar.


(74)

3. Konversikan frekuensi kumulatif itu ke dalam probabilitas, yaitu ke dalam fungsi distribusi frekwensi kumulatif [Ft (x)]. Perlu diingat bahwa, distribusi

frekwensi teramati harus merupakan hasil pengukuran variabel paling sedikit dalam skala ordinat (tidak bisa dalam skala nominal).

4. Hitung nilai z untuk masing-masing nilai teramati di atas dengan rumus z = (xi-x) / s. Dengan mengacu kepada tabel distribusi normal baku (Tabel B) carilah probabilitas (luas area) kumulatif untuk setiap nilai teramati. Hasilnya yang diperoleh disebut Ft (xi).

5. Susun Fs (x) berdampingan dengan Ft (x) hitung selisih absolut antara Fs (xi)

dan Ft (xi) pada masing-masing nilai teramati.

6. Statistik uji Kolmogrov Smirnov ialah selisih absolut terbesar antara Fs (xi)

dan Ft (xi) yang juga disebut deviasi maksimum, ditulis sebagai berikut:

D= Fs(xi)-Ft(xi) maks

dimana : i = 1,2,3,….,n

7. Dengan mengacu kepada distribusi pencuplikan dapat diketahui apakah perbedaan sebesar itu (yaitu nilai D maksimum teramati) terjadi hanya karena kebetulan. Dengan mengacu kepada tabel D, dapat dilihat berapa probabilitas (dua sisi) kejadian untuk menemukan nilai-nilai teramati sebesar D, bila Ho

benar. Jika probabilitas itu sama atau lebih kecil dari α, maka Ho ditolak.

Terdapat beberapa keuntungan dan kerugian relatif uji kesesuaian

Kolmogrov Smirnov dibandingkan dengan uji kesesuaian khi kuadrat, yaitu :

1. Data dalam uji Kolmogrov Smirnov tidak perlu dilakukan kategorisasi. Dengan demikian semua informasi hasil pengamatan terpakai.


(75)

2. Uji Kolmogrov Smirnov bisa dipakai untuk semua ukuran sampel. Sedang uji khi kuadrat membutuhkan ukuran sampel minimum tertentu.

3. Uji Kolmogrov Smirnov tidak bisa dipakai untuk memperkirakan parameter populasi. Sebaliknya uji khi kuadrat bisa digunakan untuk memperkirakan parameter populasi, dengan cara mengurangi derajat bebas sebanyak parameter yang diperkirakan.

4. Uji Kologrov Smirnov memakai asumsi bahwa distribusi populasi teoritis bersifat kontiniu.


(1)

Gambar 6.3. fasilitas dan Postur Kerja Lama

Dari gambar diatas terlihat operator pallet yangbekerja dalam meletakkan dan menyusun masih membungkuk sehingga membuat operator merasa sakit pada bagian pinggang, punggung setelah bekerja.

Dari rancangan fasilitas kerja yang baru diperoleh bahwa keluhan otot rangka (skeletal) yang meliputi bahu, lengan, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah khususnya otot bagian pinggang (low back pain=LBP) tidak lagi ditemukan pada karyawan bagian pallet. Hal ini karena operator pallet tidak lagi membungkuk saat menyusun box dipallet tetapi hanya mendorng kerena tinggi pallet sama dengan tinggi konveyor sehingga operator disaat menyusun box dipallet hanya mendorong box.seperti terlihat pada gambar 6.4


(2)

(3)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Untuk mengurangi keletihan dan rasa sakit pada leher, rasa sakit pada pada tulang punggung, bahu serta lengan pada operator pallet maka dirancang failitas kerja bagiann paleeting yaitu palletyang sesuai dengan postur kerja yang lebih baik untuk operator palleting. Ukuran konveyor dan pallet yang disesuaikan dengan ukuran antropometri pada persentil 5 adalah sebagai berikut:

a. Tinggi Badan Tegak = 172 cm b. Panjang Lengan Bawah = 21 cm c. Tinggi Siku Berdiri = 95 cm d. Tinggi Bahu Berdiri = 131 cm e. Jangkauan Tangan = 167

2. Usulan rancangan yang baru tinggi konveyor roler dan pallet di sesuaikan dengan tinggi bahu operator. Sehingga box yang di bawa konveyor roller langsung di arahkan ke pallet, sehingga operator tidak mengambil box dari conveyor roller dan menyusun kepallet, tapi operator hanya mendorong box untuk menyusunnnya.

3. Rancangan fasilitas kerja baru pada bagian pallet dapat mengurangi keluhan kerja pada karyawan. Karyawan tidak lagi mengangkat box


(4)

produk jadi ke kayu pallet tetapi hanya mendorong sekaligus menyusunnya.

7.2. Saran

1. Agar penelitian ini dapat lebih dikembangkan pada bagian lain karena fasilitas kerja yang belum mempertimbangkan dimensi tubuh manusia. 2. Kepada pihak perusahaan agar memperhatikan postur kerja karyawan yang


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurmianto, Eko, “Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya”, Surabaya: PT. Guna Widya, 1996

2. Sutalaksana, “Teknik Tata Cara Kerja”, Bandung: Penerbit ITB, 1979 3. Sritomo, W, “ Ergonomi studi Gerak dan Waktu”, edisi pertama, Surabaya:

PT Guna Widya, 1995

4. Walpole, Ronald E, “Pengantar statistik”, edisi ketiga, cetakan ketiga, Jakarta:PT. Gramedia pustaka utama, 1992

5. Wignjosoebroto, S, “Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisa untuk Peningkatan Produktivitas Kerja”, Jakarta: PT. Guna Widya, 1995


(6)