Usulan Perbaikan Rancangan Fasilitas Kerja Pengepakan Pupuk Di PT. Masyarakat Pratama Anindita

(1)

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PENGEPAKAN PUPUK DI PT.MASYARAKAT PRATAMA ANINDITA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

AHMAD FAISAL LUBIS NIM. 080403173

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb

Puji dan Syukur penulis sampaikan ke hadirat ALLAH SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Teknik Industri untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Penulis melaksanakan Tugas Akhir di PT.Masyarakat Pratama Anindita cabang medan yang bergerak dibidang pembuatan pupuk Dolomit. Tugas Akhir ini berjudul “Usulan Perbaikan Perancangan Fasilitas Kerja Pengepakan Pupuk Di PT.Masyarakat Pratama Anindita”

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis selalu terbuka untuk saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan tulisan ini ke depan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Medan, Juni 2011


(3)

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi sehingga dimampukan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. Selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT. Selaku seketaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir.Mangara M.Tambunan,M.Sc dan Ibu Ir.Rosnani Ginting, MT. selaku koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Industri USU.

4. Prof. Dr. Ir. A. Rahim M, MSIE, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Ir. Sugi Arto Pujangkoro, MM, selaku Dosen Pembimbing II dalam pelaksanaan Tugas Akhir yang telah memberikan banyak pengajaran baru dan memberikan motivasi yang sangat berharga bagi penulis sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

5. Ibu Ir.Anizar,M.Kes dan Ibu Ir.Dini Wahyuni,MT yang telah memberikan dorongan, masukan dan motivasi sehingga dapat terselesaikannya Tugas Akhir ini.

6. Kedua orang tuaku yang tercinta yang telah memberikan motivasi dan dorongan dengan penuh cinta serta ketiga saudaraku Nur Hadijah Lubis, M,Pd, Dermawani Lubis, S,Pd dan Zul Hamdi Lubis, ST, serta Hesti Eliza, SE


(4)

selaku pendamping hati saya, dan wanita yang saya cintai dan sayangi setelah ibu saya, karena berkat do’a restu serta dukungan material kepada penulis hingga terselesainya Tugas Sarjana ini.

7. Bapak Romel Ketaren dan seluruh pegawai yang telah membimbing dan yang telah memberikan kami izin untuk melakukan penelitian di PT. Masyarakat Pratama Anindita.

8. Kepada teman seperjuangan saya : Fery, Satria, Anas, dan Robert yang telah membantu dengan tulus sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

9. Bang Mijo, Kak Dina, Buk Ani, Bang Ridho atas bantuan dan tenaga yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian Tugas Sarjana ini.

10.Kepada Teman-teman terbaikku Asril Syahputra, S,Pd , Adit Pramana, Ijul dan Heri Syahputra yang telah memberikan dorongan, masukan dan motivasi sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan

11.Teman-teman seperjuangan Stambuk 2006 Transfer, dan seluruh senior dan junior yang mendukung dan memberi semangat kepada penulis.

12.Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2011


(5)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ...ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

I. PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang.. ... I-1 1.2.Perumusan Masalah.. ... I-2 1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian.. ... I-3 1.3.1. Tujuan Penelitian ... I-3 1.3.2. Manfaat Penelitian ... I-4 1.4. Batasan Masalah dan Asumsi yang digunakan... I-4 1.5. Sistematika Penulisan Laporan... I-6

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha... II-2


(6)

2.3. Organisasi Dan Manajemen ... II-3

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB HALAMAN

2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3 2.3.2. Tenaga Kerja Dan Jam Kerja ... II-5 2.3.2.1. Tenaga Kerja ... II-5 2.3.2.2. Jam Kerja ... II-6 2.3.3. Sistem Pengupahan Dan Fasilitas Yang Digunakan ... II-7 2.3.3.1. Sistem Pengupahan ... II-7 2.3.3.2. Fasilitas Yang Digunakan ... II-8 2.4. Proses Produksi... II-9 2.4.1. Bahan ... II-9 2.4.1.1. Bahan Baku ... II-9 2.4.1.2. Bahan Penolong ... II-9 2.4.1.3. Bahan Tambahan ... II-10 2.4.2. Jumlah Dan Spesifikasi Produk ... II-11 2.4.3. Uraian Proses Produksi ... II-11 2.4.4. Mesin Dan Peralatan ... II-12

III. LANDASAN TEORI .. ... III-1

3.1. Teori.. ... III-1 3.1.1. Definisi Ergonomi ... III-1


(7)

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB HALAMAN

3.1.2. Tujuan Ergonomi ... III-1 3.1.3. Tipe-tipe Masalah Ergonomi ... III-2 3.1.4. Aplikasi Ergonomi Untuk Perancangan Tempat Kerja ... III-4 3.1.5. Sistem Manusia-Mesin ... III-7 3.1.6. Pengembangan Metode Untuk Mengefektifkan Dan

Mengefisienkan Kerja ... III-10 3.1.7. Keluhan Muskuloskeletal ... III-13 3.1.7.1. Standard Nordic Questionnaire (SNQ) ... III-16 3.1.8. Antropometri ... III-18 3.1.9. Postur Kerja ... III-24 3.1.10. Manual Tasks Risk Assessment (MANTRA)... III-26

3.1.10.1. Cara Kerja Metode MANTRA ... III-26 3.1.10.1.1. Pengukuran Total Waktu ... III-26 3.1.10.1.2. Pengukuran Faktor Resiko Yang

Berulang ... III-27 3.1.10.1.3. Pengukuran Faktor Resiko

Pengerahan Tenaga... III-28 3.1.10.1.4. Pengukuran Faktor Resiko


(8)

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB HALAMAN

3.1.10.1.5. Pengukuran Faktor Resiko

Getaran ... III-29 3.1.10.1.6. Interpretasi Penilaian ... III-30

IV. METODOLOGI PENELITIAN.. ... IV-1

4.1. Tempat Dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Rancangan Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-2 4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Instrumen Penelitian ... IV-2 4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-5 4.6.1. Pengumpulan Data ... IV-5 4.6.1.1. Sumber Data ... IV-5 4.6.1.2. Cara Pengumpulan Data ... IV-6 4.7. Pengolahan Data... IV-7 4.8. Analisis Pemecahan Masalah ...IV-10 4.9. Kesimpulan Dan Saran ... IV-11


(9)

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB HALAMAN

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Urutan Proses Kerja ... V-1 5.1.2. Data Keluhan Muskuloskeletal ... V-3 5.1.3. Penilaian Postur Kerja Aktual Dengan Manual Tasks Risk

Assessment (MANTRA) ... V-8

5.1.4. Fasilitas Kerja Awal Dan Kondisi Kerja Operator ... V-10 5.2. Pengolahan Data... V-15 5.3. Data Antropometri ... V-34 5.4. Uji Keseragaman Data ... V-37 5.5. Uji Kecukupan Data ... V-39 5.6. Penentuan Dimensi Produk Yang Akan Dirancang ... V-41

VI. ANALISA DAN EVALUASI.. ... VI-1

6.1. Analisa Tingkat Keluhan Muskuloskeletal ... VI-1 6.2. Analisa Postur Kerja Aktual ... VI-2 6.3. Analiasa Kondisi Aktual Fasilitas Kerja ... VI-2 6.4. Analisa Prosedur Kerja Aktual ... VI-4 6.5. Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Yang Baru ... VI-5


(10)

6.6. Analisa Postur Kerja Pada Fasilitas Kerja Usulan ... VI-8

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB HALAMAN

VII. KESIMPULAN DAN SARAN.. ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN 2.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-4 3.1. Standard Nordic Questionnaire (SNQ) ... III-7

3.2. Pengukuran Antropometri Posisi Berdiri Dan Posisi Duduk ... III-23 4.1. Blok Diagram Metodologi Penelitian ...IV-12 5.1. Operator Mengisi Pupuk Ke Karung/Goni ... V-1 5.2. Operator Menimbang isi Berat Karung/Goni ... V-2 5.3. Operator Menjahit Permukaan Karung/Goni ... V-2 5.4. Operator Mengangkat Karung/Goni Ke Tempat Penumpukan... V-3 5.5. Fasilitas Kerja Corong Pengisian Pupuk ... V-11 5.6. Pengsian Pupuk ... V-12 5.7. Fasilitas Kerja Penimbangan Pupuk ... V-12 5.8. Operator Menimbang Berat Pupuk... V-13 5.9. Fasilitas Kerja Mesin Jahit ... V-14 5.10. Operator Menjahit Permukaan Karung/Goni ... V-14 5.11. Operator Mengisi Pupuk Ke Corong Pengsian ... V-15 5.12. Operator Menjahit Permukaan Karung/Goni Pupuk ... V-24 5.13. Peta Kontrol Dimensi Siku Tegak Lurus (STL) ... V-38 6.1. Pengisian Pupuk ... VI-3 6.2. Menjahit Permukaan Karung/Goni ... VI-4 6.3. Fasilitas Kerja Usulan Pandangan Depan ... VI-6


(12)

6.4. Fasilitas Kerja Usulan ... VI-7

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN 6.5. Fasilitas Kerja Usulan Pandangan Samping Kanan ... VI-7 6.6. Fasilitas Kerja Usulan Pandangan Samping Kiri ... VI-8 6.7. Fasilitas Pengepakan Pupuk Usulan ... VI-8


(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN 2.1. Jumlah Karyawan PT. Masyarakat Pratama Anindita

Cabang Medan Bulan Februari 2010 ... II-11 3.2. Antropometri Posisi Berdiri Dan Posisi Duduk ... III-24 3.3. Pengukuran Total Waktu ... III-26 3.4. Pengukuran Waktu Siklus ... III-27 3.5. Pengukuran Waktu Durasi ... III-27 3.6. Faktor Resiko Yang Berulang ... III-27 3.7. Pengukuran Gaya ... III-28 3.8. Pengukuran Kecepatan ... III-28 3.9. Faktor Resiko Akibat Pengerahan Tenaga ... III-29 5.1. Hasil Pengolahan Standard Nordic Questionnaire (SNQ) ... V-5 5.2. Pengumpulan Data Manual Task Risk Assessment (MANTRA) ... V-9 5.3. a. Pengukuran Total Waktu

Kekuatan Otot Bagian Bawah ... V-11 5.4. Tulang Bagian Belakang ... V-11 5.5. Tengkuk Leher/Bahu ... V-12 5.6. Tangan/Pergelangan Tangan ... V-12 5.7. b. Pengukuran Faktor Resiko Yang Berulang


(14)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN 5.9. Faktor Resiko Yang Berulang ... V-12 5.10. Tulang Bagian Belakang (Waktu Siklus) ... V-13 5.11. Tulang Bagian Belakang (Waktu Durasi) ... V-13 5.12. Faktor Resiko Yang Berulang ... V-13 5.13. Tengkuk Leher/Bahu (Waktu Siklus) ... V-13 5.14. Tengkuk Leher/Bahu (Waktu Durasi) ... V-13 5.15. Faktor Resiko Yang Berulang ... V-14 5.16. Tangan/Pergelangan Tangan (Waktu Siklus) ... V-14 5.17. Tangan/Pergelangan Tangan (Waktu Durasi) ... V-14 5.18. Faktor Resiko Yang Berulang ... V-14 5.19. c. Pengukuran Faktor Resiko Akibat Pengerahan Tenaga

Kekuatan Otot Bagian Bawah (Gaya)... V-15 5.20. Kekuatan Otot Bagian Bawah (Kecepatan) ... V-15 5.21. Faktor Resiko Pengerahan Tenaga ... V-15 5.22. Tulang Bagian Belakang (Gaya) ... V-15 5.23. Tulang Bagian Belakang (Kecepatan) ... V-15 5.24. Faktor Resiko Pengerahan Tenaga ... V-16 5.25. Tengkuk Leher/Bahu (Gaya) ... V-16 5.26. Tengkuk Leher/Bahu (Kecepatan) ... V-16 5.27. Faktor Resiko Pengerahan Tenaga ... V-16


(15)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN 5.28. Tangan/Pergelangan (Gaya) ... V-16 5.29. Tangan/Pergelangan (Kecepatan) ... V-17 5.30. Faktor Resiko Pengerahan Tenaga ... V-17 5.31. d. Pengukuran Faktor Resiko Kekakuan

Otot Bagian Bawah ... V-17 5.32. Tulang Bagian Belakang ... V-17 5.33. Tengkuk Leher/Bahu ... V-18 5.34. Tangan/Pergelangan ... V-18 5.35. e. Pengukuran Faktor Resiko Getaran

Otot Bagian Bawah ... V-18 5.36. Tulang Bagian Belakang ... V-18 5.37. Tengkuk Leher/Bahu ... V-18 5.38. Tangan/Pergelangan ... V-19 5.39. Skor Pengerahan Tenaga ... V-19 5.40. Kumulatif Pengerahan Tenaga Dan Kekakuan ... V-19 5.41. Kumulatif Resiko Dari Keseluruhan Tubuh ... V-19 5.42. a. Pengukuran Total Waktu ... V-20 Kekuatan Otot Bagian Bawah ... V-20 5.43. Tulang Bagian Belakang ... V-21


(16)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN 5.44. Tengkuk Leher/Bahu ... V-21 5.45. Tangan/Pergelangan Tangan ... V-21 5.46. b. Pengukuran Faktor Resiko Yang Berulang

Kekuatan Otot Bagian Bawah (Waktu Siklus) ... V-21 5.47. Kekuatan Otot Bagian Bawah (Waktu Durasi) ... V-21 5.48. Faktor Resiko Yang Berulang ... V-22 5.49. Tulang Bagian Belakang (Waktu Siklus) ... V-22 5.50. Tulang Bagian Belakang (Waktu Durasi) ... V-22 5.51. Faktor Resiko Yang Berulang ... V-22 5.53. Tengkuk Leher/Bahu (Waktu Siklus) ... V-23 5.54. Tengkuk Leher/Bahu (Waktu Durasi) ... V-23 5.55. Faktor Resiko Yang Berulang ... V-23 5.56. Tangan/Pergelangan Tangan (Waktu Siklus) ... V-23 5.57. Tangan/Pergelangan Tangan (Waktu Durasi) ... V-23 5.58. Faktor Resiko Yang Berulang ... V-24 5.59. c. Pengukuran Faktor Resiko Akibat Pengerahan Tenaga

Kekuatan Otot Bagian Bawah (Gaya)... V-24 5.60. Kekuatan Otot Bagian Bawah (Kecepatan) ... V-24 5.61. Faktor Resiko Pengerahan Tenaga ... V-24 5.62. Tulang Bagian Belakang (Gaya) ... V-24


(17)

5.63. Tulang Bagian Belakang (Kecepatan) ... V-25

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN 5.64. Faktor Resiko Pengerahan Tenaga ... V-25 5.65. Tengkuk Leher/Bahu (Gaya) ... V-25 5.66. Tengkuk Leher/Bahu (Kecepatan) ... V-25 5.67. Faktor Resiko Pengerahan Tenaga ... V-25 5.68. Tangan/Pergelangan (Gaya) ... V-25 5.69. Tangan/Pergelangan (Kecepatan) ... V-25 5.70. Faktor Resiko Pengerahan Tenaga ... V-26 5.71. d. Pengukuran Faktor Resiko Kekakuan

Otot Bagian Bawah ... V-27 5.72. Tulang Bagian Belakang ... V-27 5.73. Tengkuk Leher/Bahu ... V-27 5.74. Tangan/Pergelangan ... V-27 5.75. e. Pengukuran Faktor Resiko Getaran

Otot Bagian Bawah ... V-28 5.76. Tulang Bagian Belakang ... V-28 5.77. Tengkuk Leher/Bahu ... V-28 5.78. Tangan/Pergelangan ... V-28 5.79. Skor Pengerahan Tenaga ... V-28 5.80. Kumulatif Pengerahan Tenaga Dan Kekakuan ... V-29


(18)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN 5.82. Data Antropometri Operator (dalam cm) ... V-30 5.83. Perhitungan Nilai Rata-rata, Standard Deviasi, Nilai Minimum

Dan Maximum Data Antropometri ... V-32 5.84. Perhitungan Uji Keseragaman Data ... V-34 5.85. Uji Kecukupan Data Antropometri ... V-36 5.86. Uji Kenormalan Data Dengan Kolmogorov-Smirnov ... V-37 6.1. Skor Pengerahan Tenaga ... VI-8 6.2. Kumulatif Pengerahan Tenaga Dan Kekakuan ... VI-9 6.3. Kumulatif Resiko Dari Keseluruhan Tubuh ... VI-9 6.4. Perbandingn Prosedur Kerja Lama Dengan Prosedur


(19)

ABSTRAK

PT.Masyarakat Pratama Anindita cabang medan bergerak dalam bidang pembuatan pupuk Dolomit.

Pupuk Dolomit merupakan pupuk yang berguna bagi tumbuhan sawit dan pupuk Dolomit berasal dari kerikil atau bebatuan Dolomit yang dihancurkan menjadi pupuk Dolomit

Pada proses produksi di PT.Masyarakat Pratama Anindita khususnya pada pengepakan pupuk, proses pengerjaan tidak ergonomis dapat menimbulkan keluhan-keluhan otot dikarenakan pengepakan pupuk dilakukan secara manual.

Operator melakukan pekerjaannya dengan posisi kerja berdiri, membungkuk, mengangkat yang dilakukan secara manual, dan tidak tersedianya fasilitas kerja yang dapat memudahkan operator didalam melakukan pekerjaannya. Aktifitas kerja tersebut dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama sehingga menimbulkan Musculosceletal Disorder. Timbulnya Musculosceletal Disorder pada operator dapat mengurangi kinerja operator dikarenakan operator melakukan gerakan rileksasi untuk mengurangi rasa sakit tersebut.

Penelitian ini bertujuan merancang perbaikan fasilitas kerja berupa mesin pengepakan pupuk yang beroperasi secara otomatis untuk mengurangi keluhan Musculosceletal Disorder

Hasil SNQ dan MANTRA menunjukkan setiap operator memiliki keluhan yang tidak jauh berbeda, hal ini disebabkan karena setiap pekerja mempunyai tugas yang sama dan pada umumnya keluhan terjadi pada wilayah bagian tubuh atas seperti bahu, lengan, tangan masing-masing pada bagian kanan dan kiri serta wilayah bagian tubuh bagian bawah seperti paha kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri, pantat, lutut kanan dan kiri dan betis kanan dan kiri dan banyak lainnya.

Salah satu tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan merancang fasilitas kerja berupa mesin pengepakan pupuk yang disesuaikan dengan data antropometri operator. Perbaikan juga dilakukan terhadap prosedur kerja sesuai dengan usulan rancangan fasilitas kerja yang baru. Dengan adanya penambahaan fasilitas kerja tersebut gerakan kerja yang selama ini menimbulkan keluhan Musculosceletal Disorder dapat dieleminasi atau dihilangkan.


(20)

ABSTRAK

PT.Masyarakat Pratama Anindita cabang medan bergerak dalam bidang pembuatan pupuk Dolomit.

Pupuk Dolomit merupakan pupuk yang berguna bagi tumbuhan sawit dan pupuk Dolomit berasal dari kerikil atau bebatuan Dolomit yang dihancurkan menjadi pupuk Dolomit

Pada proses produksi di PT.Masyarakat Pratama Anindita khususnya pada pengepakan pupuk, proses pengerjaan tidak ergonomis dapat menimbulkan keluhan-keluhan otot dikarenakan pengepakan pupuk dilakukan secara manual.

Operator melakukan pekerjaannya dengan posisi kerja berdiri, membungkuk, mengangkat yang dilakukan secara manual, dan tidak tersedianya fasilitas kerja yang dapat memudahkan operator didalam melakukan pekerjaannya. Aktifitas kerja tersebut dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama sehingga menimbulkan Musculosceletal Disorder. Timbulnya Musculosceletal Disorder pada operator dapat mengurangi kinerja operator dikarenakan operator melakukan gerakan rileksasi untuk mengurangi rasa sakit tersebut.

Penelitian ini bertujuan merancang perbaikan fasilitas kerja berupa mesin pengepakan pupuk yang beroperasi secara otomatis untuk mengurangi keluhan Musculosceletal Disorder

Hasil SNQ dan MANTRA menunjukkan setiap operator memiliki keluhan yang tidak jauh berbeda, hal ini disebabkan karena setiap pekerja mempunyai tugas yang sama dan pada umumnya keluhan terjadi pada wilayah bagian tubuh atas seperti bahu, lengan, tangan masing-masing pada bagian kanan dan kiri serta wilayah bagian tubuh bagian bawah seperti paha kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri, pantat, lutut kanan dan kiri dan betis kanan dan kiri dan banyak lainnya.

Salah satu tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan merancang fasilitas kerja berupa mesin pengepakan pupuk yang disesuaikan dengan data antropometri operator. Perbaikan juga dilakukan terhadap prosedur kerja sesuai dengan usulan rancangan fasilitas kerja yang baru. Dengan adanya penambahaan fasilitas kerja tersebut gerakan kerja yang selama ini menimbulkan keluhan Musculosceletal Disorder dapat dieleminasi atau dihilangkan.


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT Masyarakat Pratama Anindita merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang penghasil dan import pupuk untuk tumbuhan sawit, alat pertanian dan obat-obatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan perkebunan yang ada di berbagai wilayah. Kegiatan produksi perusahaan adalah mengolah pupuk untuk tanaman perkebunan seperti Borate, Rock Pospat, Formit Acid, Borax, Sulficlic acid, Polibag, NPK, Dolomit, Zin-sum Sulfat, Mangkuk

getah, Garam dapur, Laurie Acid, Kleserite, Coopper, PPK, Sida Asah, TMTD,

Hidrixilimine, Kcl, Urea, Urea Callixin, A Grofog, TSP dan Za, Salah satu pupuk

yang dihasilkan oleh pabrik cabang Medan adalah Dolomit yang berasal dari pengolahaan penghancuran batu merah pantai.

Dalam menghasilkan pupuk Dolomit maka terdapat beberapa proses produksi diantaranya menghancurkan dengan cara menggiling batu dengan menggunakan mesin penghancur batu dan pengepakan pupuk dengan menggunakan corong pengisian pupuk, mesin penimbangan dan mesin jahit .

Dalam persaingan industri pupuk sekarang ini semakin meningkat dalam memenuhi permintaan pasar. Pada proses pembuatannya, PT.Masyarakat Pertama Anindita tidak menggunakan bahan atau zat tambahan yang keras dan beracun,


(22)

dengan alasan agar produk tersebut tidak merusak tanah dan harga penjualan produk dapat menjadi murah dan terjangkau.

Pada penelitian awal di PT. Masyarakat Pertama Anindita cabang medan, khususnya pada proses pengepakan pupuk. Operator yang bekerja pada proses pengisian pupuk melalui corong pengisian pupuk, ditimbang dengan menggunakan alat timbangan dan kemudian di jahit dengang menggunakan mesin jahit kegiatan tersebut masih dilakukan dengan manual. Dari 8 operator yang bekerja di stasiun pengepakan 6 diantaranya, mengalami rasa sakit atau nyeri didalam tubuh dan dilihat dari daftar kehadiran operator yang sering sakit, dan tidak masuk kerja dikarenakan operator mengalami keluhan-keluhan nyeri otot hal itu disebabkan karena tidak tersedianya fasilitas kerja untuk memudahkan operator didalam melakukan pekerjaannya, sehingga operator bekerja menggunakan metode kerja yang tidak ergonomis seperti membungkuk secara berulang-ulang dengan waktu yang cukup lama. Sehingga operator sering melakukan gerakan relaksasi yaitu gerakan untuk perenggangan otot agar dapat menghilangkan rasa lelah dan nyeri pada leher, punggung belakang, tungkai, bahu, tangan dan kaki, jika keluhan Musculoskeletal Disorder terjadi terus-menerus akan mengakibatkan kondisi tubuh yang melemah dan berdampak kepada kinerja pekerja yang berakibat menurunnya hasil produksi perusahaan atau tidak tercapainya target produksi yang telah ditentukan oleh perusahaan dan menimbulkan biaya kesehatan pekerja yang tinggi.

Dengan memperhatikan keadaan yang nyata operator selalu mengalami keluhan Musculoskeletal Disorder (keluhan rasa nyeri pada otot skeletal) oleh


(23)

karena itu peneliti harus melakukan perbaikan fasilitas kerja pada operator khususnya pada proses pengepakan pupuk di PT.Masyarakat Pertama Anindita cabang medan yang telah disesuaikan dengan antropometri operator.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan indikasi kesakitan yang dirasakan oleh operator pada proses pengepakan pupuk seperti berdiri, membungkuk dan mengangkat masih dilakukan secara manual dan berulang-ulang dengan waktu yang lama, perlu dilakukan perbaikan rancangan fasilitas kerja. Penelitian ini merancang usulan perbaikan fasilitas kerja pengepakan pupuk secara otomatis. Agar lebih memudahkan pekerja didalam melakukan pekerjaannya. Penelitian ini juga melakukan perbaikan metode kerja agar operator dapat menyesuaikan metode kerja dengan usulan rancangan fasilitas kerja yang baru untuk mengurangi keluhan Musculoskeletal Disorder.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian yang dilakukan ini adalah usulan perbaikan rancangan fasilitas kerja pada proses pengepakan pupuk untuk mengurangi tingkat keluhan pekerja serta mengusulkan metode kerja yang baru kepada operator.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi keluhan-keluhan rasa nyeri pada otot skeletal (Musculoskeletal Disorder) pada operator


(24)

2. Membuat usulan perbaikan rancangan fasilitas kerja pengepakan pupuk. 3. Perbaikan prosedur kerja pada proses pengepakan pupuk.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam perbaikan fasilitas kerja untuk menjaga terjadinya keluhan Musculoskeletal Disorder.

2. Peningkatan keterampilan peneliti untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang sebenarnya terjadi di lapangan melalui penerapan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan.

3. Mempererat kerjasama antara perusahaan/industri dengan Departeman Teknik Industri serta memperluas pengenalan akan Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Sebagai bahan informasi dan pengembangan bagi penelitian sejenis serta berkelanjutan. 4. Bagi peneliti sebagai bahan untuk menambah wawasan dalam aplikasi

keilmuan.

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

Agar penyelesaian masalah tidak menyimpang dari tujuan dan menghindari kemungkinan meluasnya pembahasan dari yang seharusnya diteliti, maka penulis membuat batasan masalah dan asumsi.


(25)

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada pekerja di PT.Masyarakat Pertama Anindita pada proses pengepakan pupuk tanpa dipengaruhi oleh komponen atau sistem kerja lainnya.

2. Data Antropometri pekerja bagian pengepakan pupuk

3. Tidak ada dilakukan kajian aspek biaya dalam perancangan fasilitas kerja. Sedangkan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Operator yang diamati adalah operator yang bekerja dalam kondisi normal serta sehat secara jasmani dan rohani.

2. Mekanisme dan aktivitas pada proses pengepakan pupuk pada perusahaan berjalan normal.

3. Proses produksi tidak mengalami perubahan.

4. Tidak ada perubahan metode kerja selama penelitian berlangsung. 5. Rancangan yang di buat hanya berupa usulan kepada perusahaan.

6. Tambahan fasilitas adalah pengepakan pupuk yang beroperasi secara otomatis.

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Agar lebih mudah dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan tugas akhir ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut:


(26)

Menguraikan latar belakang permasalahaan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan-batasan masalah serta asumsi yang digunakan serta sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menguraikan gambaran perusahaan secara umum, dimulai dari sejarah berdirinya perusahaan, bidang usaha, struktur organisasi, proses produksi dan sebagainya.

BAB III LANDASAN TEORI

Memaparkan teori-teori yang digunakan dalam pemecahaan masalah pada penelitian ini.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Mengemukakan dari beberapa tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang dilakukan di penelitian ini

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAAN DATA

Mengidentifikasi keseluruhan data dari hasil pengumpulan data dan dilanjutkan pengolahaan dari data yang telah diidentifikasi .

BAB VI ANALISA DAN EVALUASI

Menganalisa hasil dari pengolahaan data untuk dapat dilakukan pemecahaan masalah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Melakukan dan memberi beberapa kesimpulan yang di peroleh berdasarkan hasil pengolahaan data dan analisa pemecahaan masalah agar dapat memberikan masukan dan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.


(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT.Masyarakat Pratama Anindita pertama kali didirikan di Jakarta pada tahun 1965. Pada saat pendiriannya masih dalam bentuk persekutuan Commanditer (CV). Kegiatannya bergerak dalam bidang impor pupuk, alat-alat

pertanian dan obat-obatan pertanian.

Kemudian pada tanggal 1 Oktober 1980 didirikan PT.Masyarakat Pratama Anindita cabang Medan dengan akte notaries Drs.Gde Ngurah Rai, SH No.19 diumumkan dalam tambahan berita Negara Republik Indonesia No.11 tanggal 5 Februari 1982. Kegiatan perusahaan ini bergerak dalam bidang impor pupuk, alat-alat pertanian dan obat-obatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan perkebunan yang ada di daerah Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung dan Kalimantan Barat. Sejak tahun 1980 kegiatan perusahaan


(28)

berkembang pada bidang Freight Forweder, ekspor pupuk urea dan ekspor hasil perkebunan atau hasil pertanian lainnya.

Kantor pusat PT.Masyarakat Pratama Anindita berada di Jakarta. Untuk melayani dan menyalurkan pupuk serta kebutuhan lainnya, PT.Masyarakat Pratama Anindita membuka cabang-cabang.

Kantor cabang PT.Masyarakat Pratama Anindita adalah 1. Medan

2. Lampung 3. Surabaya 4. Singapura

Kantor cabang PT.Masyarakat Pratama Anindita cabang Medan berkedudukan di Jalan Guru Patimpus No.15 H, dipimpin oleh Kepala cabang Bapak Romel Ketaren. Dimana jumlah karyawan PT.Masyarakat Pratama Anindita cabang Medan sebanyak dua puluh orang karyawan yang mempunyai tanggung jawab dan wewenang masing-masing.

Tujuan didirikan perusahaan selain untuk memperoleh keuntungan juga memiliki tujuan lain seperti :

1. Mengusahakan kesejahteraan bagi pemilik perusahaan, pegawai/karyawan dan masyarakat umum.

2. Menggali dan berusaha menerapkan nilai-nilai positif dalam berusaha yang secara langsung akan meningkatkan kemampuan setiap pribadi untuk bekerja di dalam perusahaan.


(29)

PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan menghasilkan pupuk pertanian yang merupakan konsumsi oleh perusahaan perkebunan di beberapa wilayah. Peningkatan produksi yang dilakukan oleh PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan membuat masyarakat sekitar terpacu untuk lebih mendalami lagi terhadap pembuatan pupuk. Harga jual jual pada PT.Masyarakat Pratama Anindita sangat tinggi, oleh karena itu masyarakat sekitar lebih tertarik menjual kepada PT.Masyarakat Pratama Anindita disamping perusahaan tersebut menghasilkan pupuk tersendiri. Harga Jual pupuk yang tinggi dikarenakan perusahaan sangat bergantung pada bahan baku yang ada pada masyarakat dan alam. Sekitar 65% bahan baku untuk proses produksi berasal dari masyarakat.

Selain bergerak dalam bidang penjualan dan pengolahan pupuk khusus pupuk Dolomit, PT.Masyarakat Pratama Anindita juga bergerak pada bidang alat-alat pertanian. Hasil dari alat-alat-alat-alat pertanian dari PT.Masyarakat Pratama Anindita dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia. Dalam pemenuhan bahan baku saat ini PT.Masyarakat Pratama Anindita berupaya melakukan pendekatan kepada masyarakat yang bergerak dalam bidang peternakan dan lain-lain.

2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi pada suatu pabrik adalah bagian yang penting dalam pendirian suatu perusahaan untuk memperlancar jalannya tugas dan wewenang, sehingga pendistribusian tugas, dan tanggung jawab serta hubungan antara jabatan satu dan yang lainnya menjadi jelas. Struktur organisasi menggambarkan


(30)

hubungan kerjasama antara dua orang atau lebih dengan tugas yang berkaitan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan tertentu yang diharapkan oleh semua pihak yang terkait didalamnya.

Organisasi ditentukan atau dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha dan besarnya usaha dan sistem produksi perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi dan uraian tugas yang telah ditetapkan akan menciptakan suasana kerja yang baik dan tidak terjadi kekacauan akibat kesalahan dalam pemberian perintah dan tanggung jawab.

Struktur organisasi dari perusahaan ini berbentuk struktur organisasi campuran lini, fungsional dan staff. Sruktur lini merupakan struktur dimana didalamnya terdapat garis wewengang yang menghubungkan langsung secara vertikal antara atasan dan bawahan. Struktur fungsional merupakan struktur organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada Pimpinan Cabang yang mempunyai jabatan fungsional untuk dikerjakan kepada pelaksanan dengan keahlian khusus, dan hubungan Kepala Seksi (Kasie) yang merupakan hubungan atasan dengan staff khusus. Struktur Organisasi PT.Masyarakat Pratama Anindita dapat dilihat pada Gambar 2.1. Sebagai berikut;

Kepala Kantor Cabang

Wakil Pimpinan Kantor Cabang

Kasie.Adm dan Keuangan Kasie.Eksport dan Development Kasie. Agronomi Kasie. Penjualan Kasie.Penye diaan/Pengg udangan


(31)

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Sumber : PT.Masyarakat Pratama Anindita

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab antara atasan dan bawahan, dapat diketahui dari struktur organisasi. Dimana dalam struktur digambarkan hubungan antara atasan dan bawahan, baik hubungan secara langsung maupun hubungan yang tidak langsung. Berikut wewenang dan tanggung jawab untuk masing-masing jabatan pada PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan ;

1. Kepala Kantor Cabang

Tugas dan tanggung jawab

a. Memimpin kantor cabang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab b. Melaksanakan pemasaran dan pendistribusian setiap pupuk yang telah

direncanakan untuk masing-masing wilayah dengan memperhatikan situasi daerahnya.

c. Menjalankan kerja sama yang baik dengan instansi atau jawatan pemerintah setempat.

Pool Faktur

Collector


(32)

d. Melaksanakan kegiatan pengendalian dan pengawasan seluruh kegiatan organisasi.

e. Menetukan prioritas kegiatan, langkah-langkah kegiatan yang dilaksanakan dan sarana-saranan kerja yang diperlukan dalam melaksanakan program kerja yang telah ditentukan.

f. Melakukan pemeriksaan terhadap mekanisme kegiatan.

g. Mengadakan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan usaha, penyusunan dan perhitungan laba rugi, menyelenggarakan adminitrasi dan laporan manajemen.

h. Pencapaian sasaran atas rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan. i. Kelancaran tugas-tugas operasional, efisiensi dan pencapaian sasaran.

2. Wakil Kepala Kantor Cabang

Tugas dan Tanggung Jawab adalah

a. Membantu kepala kantor cabang dalam menjalankan tugas dan fungsinya b. Menyelenggarakan adminitrasi dan kepengurusan kegiatan usaha.

3. Kepala Seksi Admintrasi/Keuangan

Tugas dan Tanggung Jawab

a. Mengelola adminitrasi dan keuangan kantor pemasaran wilayah sesuai dengan program yang telah ditentukam.

b. Melaksanakan adminitrasi kepegawaian sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.


(33)

c. Menjaga ketetapan dan ketertiban adminitrasi pembukuan, surat-surat berharga dan dokumen penting lainnya.

d. Menyusun anggaran kantor pemasaran wilayah, laporan keuangan, inventaris kantor pemasaran wilayah serta kepegawaian.

e. Melaksanakan kegiatan dan tata usaha adminitrasi kantor pemasaran wilayah.

f. Melaksanakan pencatatan dan pengurusan atas hak dan kewajiban yang timbul dari kegiatan pengelolaan bagian keuangan

g. Melaksanakan fungsi kebendaharaan, admininitrasi penerimaan dan pembayaran.

h. Melaksanakan penyusutan atas pengadaan dan penggunaan tenaga kerja.

4. Pool Faktur

Tugas dan Tanggung Jawab adalah mengamakan kelengkapan faktur-faktur yang belum ditagih.

Tugas pokoknya adalah

a. Memeriksa kelengkapan pengambilan seluruh faktur asli yang belum lunas.

b. Menerima dan meyimpan faktur debet nota/kredit nota dari bagian keuangan.

c. Mengarsipkan faktur debet/kredit nota secara rapi dan teratur.

d. Menyiapkan daftar tagihan beserta aslinya untuk ditagih pada waktu jatuh tempo.


(34)

f. Mencocokkan hasil tagihan dan sisa faktur dengan jumlah/nilai faktur dalam daftar tagihan.

5. Collector

Tugas dan Tanggung Jawab adalah

a. Melakukan penagihan terhadap piutang yang sudah jatuh tempo.

b. Mempertanggungjawabkan faktur-faktur tagihan pada saat dilakukan penagihan.

c. Uang hasil tagihan langsung disetor kebagian keuangan.

d. Memberikan informasi atau laporan terhadap piutang-piutang yang sulit ditagih.

6. Kepala Seksi Ekspor dan Development.

Tugas dan Tanggung Jawab

a. Mengadakan ekspansi kepada bidang-bidang usaha yang lain.

b. Melaksanakan penelitian atas masalah-maslaah yang timbul dari penggunaan pupuk baru.

c. Memasarkan dan melaksanakan alokasi penyaluran maupun penjualan pupuk serta alat-alat pertanian lainnya.

7. Kepala Seksi Agronomi


(35)

a. Mempromosikan, memberikan penyuluhan penggunaan berbagai jenis pupuk hadil produksi yang berasal dari dalam negeri maupun berasal dari luar negeri untuk mendapatkan, meningkatkan ataupun mempertahankan pasar.

b. Melaksanakan kegiatan promosi dengan cara memberikan brosur-brosur. c. Bekerjasama dengan instansi didaerah-daerah yang ada hubungannya

dengan kegiatan promosi dan penyuluhan.

d. Melaksanakan penelitian-penelitian sehubungan dengan kegiatan promosi dan penyuluhan.

8. Kepala Seksi Penjualan

Tugas dan Tanggung Jawab

a. Melaksanakan penjualan dan pendistribusian pupuk dan non pupuk sesuai dengan rencana yang ditetapkan

b. Menyetujui atau menolak pesanan pembelian kredit dengan pertimbangan penagihan.

c. Membuat ketentuan harga, biaya penyaluran dan penjualan sarana produksi pertanian serta rencana anggaran kegiatan penjualan dan pendistribusian.

d. Membuat laporan kebutuhan pupuk secara priode.

e. Menginventariskan seluruh kebutuhan pupuk dan non pupuk dan melaporkan kepala kantor cabang.


(36)

9. Kepala Seksi Penyediaan atau Penggudangan

Tugas dan Tanggung Jawab

a. Melaksanakan kegiatan penyediaan dan penggudangan pupuk dan non pupuk diwilayah kerja kantor cabang sesuai dengan yang telah direncanakan.

b. Mengatur saran angkutan dan prasarana gudang-gudang tempat penyimpanan pupuk atau non pupuk.

c. Mengontrol seluruh biaya pelaksanaan penerimaan atau penyimpanan pupuk atau non pupuk dibandingkan dengan rencana yang dianggarkan. d. Mengatur kegiatan penggudangan dan penempatan pupuk dan non pupuk. Adapun gudang-gudang tempat penyimpanan pupuk dan non pupuk adalah

1. Gudang penyimpanan pupuk dijalan Binjai Km.7,8

2. Gudang penyimpanan pupuk dijalan Medan-Belawan Km.8,7 3. Gudang penyimpanan pupuk dijalan Medan-Belawan Km.17 4. Gudang penyimpanan pupuk di kawasan Industri Mabar 5. Gudang penyimpanan pupuk PELNI

10. Kepala Mandor Gudang 1,2, 3, 4, 5 Tugas dan Tanggung Jawab

a. Bertanggung jawab terhadap kelancaran Pabrik

b. Membatu tugas dan tanggung jawab Kepala Seksi Penyediaan atau Penggudangan.


(37)

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.3.3.1.Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan terdiri atas beberapa bagian. Bagian tersebut diantaranya, bagian Kantor dan tenaga kerja lapangan, Perekrutan Tenaga Kerja pada bagian tersebut diatur oleh perusahaan apakah tenaga kerja dijadikan tenaga kerja tetap atau dikontrak sesuai dengan kebutuhan. Tenaga kerja kontrak biasanya berasal dari tenaga kerja lokal dan pada level karyawan upahnya dibayar berdasarkan hari kerja (Daily Paid).

Tenaga kerja pada PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan dikelompokkan berdasarkan Pimpinan, staff / Kepala Seksi serta karyawan. Berdasarkan sistem pembayaran karyawan dikelompokkan menjadi 3, yaitu karyawan tetap, karyawan lepas dan free labor. Karyawan tetap biasanya digaji setiap bulannya (monthly paid), sedangkan karyawan lepas digaji setiap harinya (daily paid) .

Jumlah karyawan pada PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan setiap bulannya berubah, hal ini diakibatkan perubahan terhadap jumlah karywan tidak tetap yang berubah setiap bulannya. Jumlah tenaga kerja pada PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan pada akhir Januari 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jumlah Karyawan PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan Bulan Februari 2010

No Bagian Jumlah (Orang)

1 Pimpinan/Wakil Pimpinan Cabang


(38)

1 Full Staff 5

2 Karyawan Tetap 10

3 Tenaga Kerja Tetap 4

4 Tenaga Kerja lepas 8

Jumlah 31

Sumber : PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan

2.3.3.2.Jam Kerja

Penjadwalan kerja pada PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan tidak berdasarkan shift biasanya diberlakukan bagi karyawan kantor. Berdasarkan Syarat Kerja Umum (SKU) setiap pekerja mempunyai syarat maksimum 7-8 jam kerja/ hari dan bekerja 6 hari/ minggu. Apabila waktu kerja lebih dari 8 jam kerja, maka jam kerja berikutnya terhitung sebagai lembur.

Ketentuan kerja pada PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan adalah sebagai berikut :

a. Tidak Berdasarkan shift Senin-jumat

• Waktu Kerja Pukul 07.00-12.00 • Waktu Istirahat Pukul 12.00-13.30 • Waktu Kerja Pukul 13.30-16.00 b. Berdasarkan Shift

Senin-Jumat

• Waktu Kerja Pukul 07.00-12.00 • Waktu Istirahat Pukul 12.00-13.30


(39)

• Waktu Kerja Pukul 14.00-17.00 Sabtu

• Waktu Kerja Pukul 07.00-12.00

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan 2.3.4.1.Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan pada PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan dibedakan berdasarkan golongan, jabatan serta latar belakang pendidikan. Bagi para karyawan sistem pengupahan dibagi menjadi yaitu monthly paid, daily paid dan free labor. Pengaturan sistem pengupahan untuk monthly paid, daily paid dan free labor adalah sebagai berikut :

1. Sistem pembayaran Daily Paid, karyawan pada kategori ini dibayar berdasarkan hari kerja dan upahnya dibayarkan setiap 2 minggu sekali. Besarnya upah harian berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleh PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan dengan pekerja mengenai upah harian lepas.

2. Sistem pembayaran Monthly Paid, karyawan pada kategori ini upah dibayarkan setiap bulannya berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR). Karyawan. Monthly Paid merupakan karyawan tetap yang mendapat fasilitas kesehatan maupun perumahan.

3. Free Labor

Pekerja dengan jenis ini memiliki masa periode kerja yang telah ditentukan. Apabila periode kerja telah habis, maka perusahaan tidak


(40)

memiliki keterkaitan dengan pekerja tersebut. Untuk jenis pekerja free labor upah yang dibayarkan sebesar Rp. 625.000,00/ bulan.

Selain upah regular, upah lembur juga diberikan apabila kerja lembur dilakukan atas permintaan perusahaan. Kerja lembur biasa dilakukan apabila target produksi belum terpenuhi.

2.3.4.2. Fasilitas yang Digunakan

Fasilitas-fasilitas yang diperoleh karyawan dibedakan menurut golongan dan jabatan masing-masing. Adapun fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan secara umum adalah :

1. Penyediaan sarana kesehatan berupa fasilitas rumah sakit bagi karyawan tetap dan keluarga.

2. Setiap karyawan diikut sertakan dalam keanggotaan Jamsostek khusunya kepada karyawan yang bekerja di pergudangan atau pada pabrik (Jaminan Sosial Tenaga Kerja)

3. Pemberian beras kepada karyawan yang dilakukan setiap 1 bulan sekali. 4. Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR), sebesar 2 bulan gaji ditambah

dengan utang bonus

5. Pemberian uang pooding pada karyawan setiap 1 bulan sekali

6. Pemberian uang bahan bakar kendaraan setiap 1 bulan sekali, dan untuk karyawan yang bekerja di lapangan diberikan kendaraan

7. Setiap karyawan diikutsertakan dalam keanggotaan koperasi. 8. Penyediaan sarana transportasi bagi karyawan.


(41)

2.4. Proses Produksi 2.4.1. Bahan

2.4.1.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan

produk, ikut dalam proses produksi dan dapat dilihat oleh kasat mata. PT.Masyarakat Pratama Anindita khusus cabang medan dalam memproduksi Pupuk Dolomit mengambil bahan baku dari batu merah yang berada di sungai seperti sungai pancur batu.

Untuk menjaga kenyamanan pelanggan terhadap persediaan pupuk di PT.Masyarakat Pratama Anindita khusus cabang medan, perusahaan mewajibkan bahan baku untuk dihabiskan paling lama sekali pengangkutan dalam seminggu yaitu pada hari rabu.

2.4.1.2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang ditambahkan dalam suatu produksi

sehingga dapat meningkatkan mutu produk menjadi lebih baik . Bahan penolong yang digunakan dalam di PT.Masyarakat Pratama Anindita khusus cabang medan untuk memproduksi Pupuk Dolomit adalah Air (H20).

Air (H20) berfungsi untuk mempermudah penggilingan batu.


(42)

Bahan tambahaan adalah bahan yang ditambahkan untuk meningkatkan mutu

produk menjadi bernilai guna namun bahan tersebut tidak ikut dalam proses produksi.

Adapun bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Penutup Kemasan 50 Kg

Penutup kemasan 50 Kg adalah plastic yang disebut Lid dan untuk kemasan adalah berbentuk cap yang telah tercetak label perusahaan dan diproduksi diluar PT.Masyarakat Pratama Anindita.

2. Cap Seal

Cap Seal digunakan untuk menutupi kemasan. Cap Seal ini terbuat dari

plastik yang tercetak merk perusahaan dan diproduksi di luar PT.Masyarakat Pratama Anindita digunakan untuk kemasan 50 Kg.

3. Label

Label berfungsi untuk menunjukkan merk produksi. Label ini terbuat dari plastik, dan ditempelken kepada goni.

4. Karung/Goni

Karung/Goni berfungsi untuk sebagai tempat produk jadi yaitu pupuk dolomit

5. Benang Karung

Benang Karung berfungsi untuk melekatkan karung pupuk tersebut.

2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Produk

PT.Masyarakat Pratama Anindita khusus cabang medan memproduksi khusus pupuk Dolomit dengan merek kapasitas kurang lebih 25 Ton perminggu.


(43)

Pupuk Dolomit yang diproduksikan tersebut adalah berukuran 50 Kg, Disamping itu PT.Masyarakat Pratama Anindita khusus cabang medan untuk menjaga ketersediaan pupuk pada wilayah pemasarannya melibatkan PT.Masyarakat Pratama Anindita khusus cabang lain yang ada disekitar medan seperti Aceh, Jakarta dan lain-lain.

2.4.3 Uraian Proses Produksi

Proses Produksi adalah teknik atau metode yang digunakan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa sehingga nilainya bertambah dengan menggunakan sumber-sumber daya (resources) yang tersedi, antara lain tenaga kerja, mesin, bahan baku, modal, metode dan energy.

Uraian proses produksi dimulai setelah mencari sumber batu merah yang ada di sekitar pantai atau sungai di wilayah medan.

Proses Produksi yang pertama adalah dengan melakukan : 1. Membasahi Batu merah dengan air

Proses ini bertujuan untuk mempermudah penggilingan batu ketika didalam mesin penggiling batu.

2. Memasukkan Batu merah kedalam Mesin Penggiling Batu dibatu oleh Conveyor.

Proses yang bertujuan untuk menghancurkan batu tetapi sebelumnya pekerja memasukkan batu merah kedalam Mesin Penggiling batu melalui Conveyor. 3. Proses Pengepakan


(44)

Pada proses ini setelah batu melawati Mesin Penggiling batu dan telah hancur seperti pasir lalu dimasukkan kedalam karung pupuk dan siap untuk dibawa ke wilayah pemasaran.

2.4.4. Mesin dan Peralatan

Sarana produksi pada PT.Masyarakat Pratama Anindita khusus cabang medan sebagai berikut;

1. Mesin Conveyor

Merek : Marelli Motor

Buatan/tahun : Italy

Type : RMT 85 P

Spesifikasi : 380 V, 1,5 kVA, 3 phase

Jumlah : 2 unit

Fungsi : Menggerakan batu dari bawah ke Mesin

Penggilingan batu.

2. Mesin Penggiling Batu

Merek : Super micro Mill Buatan/tahun : Italy

Type : RMT 85 P

Spesifikasi : 1.7 s/d 2.2 ton per jam dan kehalusan hingga 1250 mess.

Jumlah : 2 unit


(45)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Teori

3.1.1. Definisi Ergonomi

Istilah “Ergonomi” berasal dari bahasa Latin, yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (hukum), sehingga ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang

aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan juga dengan optimisasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan dimana saja manusia berada1

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi menurut Tarwaka, dkk (2004 : 7) adalah sebagai berikut

. Ergonomi merupakan studi tentang manusia, fasilitas kerja dan lingkungan yang saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusia.

3.1.2. Tujuan Ergonomi

2

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

:

1

Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Guna Widya, Surabaya, 2004, p.1

2


(46)

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas hidup yang tinggi.

3.1.3. Tipe-tipe Masalah Ergonomi3

Masalah cognitive muncul ketika beban kerja berlebih atau berada di bawah kebutuhan proses. Keduanya dalam jangka waktu panjang maupun dalam jangka waktu pendek dapat menyebabkan ketegangan. Pada sisi lain fungsi ini

Masalah ergonomi dapat dikategorikan ke dalam bermacam-macam grup yang berbeda, bergantung kepada wilayah spesifik dari efek tubuh seperti :

a. Anthropometric

Antropometri berhubungan dengan dimensi antara ruang geometri fungsional dengan tubuh manusia. Antropometri ini merupakan pengukuran dari dimensi tubuh secara linier, termasuk berat dan volume, jarak jangkauan, tinggi mata saat duduk, dan lain-lain. Masalah antropometri merupakan ketidaksesuaian antara dimensi terhadap desain ruang dan sarana kerja. Pemecahan masalah ini dengan memodifikasi desain dan menyesuaikan kenyamanan.

b. Cognitive

3

Tarwaka.dkk, Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Uniba Press, Surakarta, 2004, p.8


(47)

tidak sepenuhnya berguna untuk pemeliharaan tingkat optimum. Pemecahan masalah ini dengan melengkapkan fungsi manusia dengan fungsi mesin untuk meningkatkan performansi.

c. Musculoskeletal

Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal tersebut dapat menyebabkan insiden kecil atau trauma efek kumulatif. Pemecahan masalah ini terletak pada penyediaan bantuan performansi kerja atau mendesain kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai dengan batas kemampuan manusia.

d. Cardiovaskular

Masalah ini diakibatkan oleh ketegangan sistem sirkulasi, termasuk jantung. Jantung memompa lebih banyak darah ke otot untuk memenuhi tingginya permintaan oksigen. Pemecahan masalah ini dengan mendesain kembali pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi pekerjaan.

e. Psychomotor

Permasalahan dalam hal ini adalah ketegangan pada sistem psychomotor. Pemecahannya adalah dengan menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk disesuaikan dengan kemampuan manusia dan menyediakan bantuan performansi pekerjaan.


(48)

Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja (tools), control and display, dan lain-lain.

Ergonomi dapat berperan sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan, dan lain-lain.

Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia dan desain stasiun kerja untuk alat peraga visual (Visual Display Unit Station). Hal tersebut untuk mengurangi ketidaknyamanan visual, postur kerja, serta desain suatu perkakas kerja untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendalian untuk mendapatkan optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan serta upaya untuk mendapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metode kerja yang kurang tepat.

Ilmu ergonomi dalam penerapannya perlu informasi yang lengkap mengenai kemampuan manusia dengan segala keterbatasannya. Manusia tidak cukup mempelajarinya dari satu segi ilmu saja, tetapi diperlukan berbagai disiplin ilmu antara lain psikologi, antropologi, faal kerja, biologi, sosiologi, perencanaan kerja, fisika, dan lain-lain. Disiplin ilmu tersebut berfungsi sebagai pemberi


(49)

informasi dan para ahli teknis bertugas untuk meramu masing-masing informasi sebagai pengetahuan untuk merancang fasilitas sehingga fasilitas tersebut

mencapai kegunaan yang optimal. Usaha yang dapat ditempuh untuk memperoleh informasi tersebut adalah4

Dalam hal ini dilakukan penyelidikan tentang aktivitas manusia pada saat bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur setiap aktivitas tersebut. Penyelidikan ini banyak berhubungan dengan biomekanika. Hal ini mencakup pengukuran kekuatan/daya tahan fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara bekerja sehingga peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas tersebut. Pengukuran

: a. Penyelidikan tentang display

Display adalah bagian dari lingkungan yang mengkomunikasikan keadaannya langsung kepada manusia dalam bentuk lambang atau tanda. Persoalan yang sering terjadi adalah display yang tidak mengkomunikasikan keadaan secara langsung dan oleh karena itu kita perlu memikirkan bagaimana merancang suatu alat yang bisa menerjemahkan informasi sehingga mudah dimengerti manusia. Display harus dirancang dengan baik agar dapat menjalankan fungsinya untuk menyajikan informasi yang diperlukan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya. Perancangan display yang baik adalah apabila display tersebut dapat menyampaikan informasi selengkap mungkin tanpa

menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya.

b. Penyelidikan Mengenai Hasil Kerja Manusia dan Proses Pengendaliannya

4


(50)

kekuatan fisik manusia dalam hal ini adalah mengukur berapa besarnya tenaga yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melaksanakan

pekerjaannya. Secara umum kriteria pengukuran aktivitas dapat dibagi dalam dua kelas, yaitu:

1. Kriteria Fisiologi

Kriteria ini merupakan kegiatan manusia yang ditentukan berdasarkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan. Usaha untuk menentukan besarnya tenaga yang akurat berdasarkan kriteria ini agak sulit karena perubahan fisik dari keadaan normal menjadi keadaan fisik yang aktif akan melibatkan beberapa fungsi fisiologis, seperti tekanan darah, peredaran udara dalam paru-paru, jumlah oksigen yang digunakan, jumlah karbondioksida yang dihasilkan, temperatur badan dan sebagainya.

2. Kriteria Operasional

Kriteria ini melibatkan teknik untuk mengukur atau menggambarkan hasil yang bisa dilakukan tubuh atau anggota tubuh pada saat melaksanakan gerakan. Secara umum gerakan yang dapat dilakukan tubuh atau anggota tubuh dapat dibagi dalam bentuk range (rentang) gerakan, pengukuran aktivitas berdasarkan kekuatan, ketahanan, kecepatan dan ketelitian.

c. Penyelidikan Mengenai Tempat Kerja.

Ukuran tempat kerja harus sesuai dengan ukuran dimensi tubuh manusia. Hal ini dipelajari di antropometri. Data hasil pengukuran (data antropometri) dijadikan sebagai data untuk perancangan peralatan.


(51)

Lingkungan fisik meliputi ruangan dan fasilitas yang digunakan manusia serta kondisi lingkungan kerja yang keduanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia. Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin ergonomi adalah aplikasi yang sistematis dari segala informasi relevan yang berkaitan dengan karakteristik dari prilaku manusia dalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai. Untuk analisa dan penelitian maka ergonomi akan meliputi hal yang berkaitan dengan :

1. Anatomi (struktur), fisiologi, dan antropometri tubuh manusia.

2. Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf yang berperan dalam tingkah laku manusia.

3. Kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waktu yang pendek maupun panjang, atau membuat celaka manusia sehingga diperlukan desain kondisi kerja yang dapat membuat nyaman manusia dalam bekerja.

3.1.5. Sistem Manusia-Mesin

Sistem manusia-mesin adalah kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin yang saling berinteraksi untuk menghasilkan keluaran berdasarkan masukan yang diperoleh.5

5

Sutalaksana, dkk. Teknik Tata Cara Kerja. Laboratorium Tata Cara Kerja dan Ergonomi

Mesin adalah mencakup semua objek fisik seperti peralatan, perlengkapan, fasilitas dan benda yang digunakan manusia dalam melaksanakan kegiatannya, sehingga dengan mempelajari manusia sebagai salah satu komponen sistem manusia-mesin,


(52)

diharapkan dapat meletakkan fungsi manusia dengan segala kemampuan dan keterbatasannya untuk merancang sistem manusia-mesin yang terdiri dari manusia, peralatan dan lingkungan kerja sedemikian rupa sehinga memberikan hasil akhir yang optimal.

Dalam sistem manusia mesin dikenal tiga macam hubungan, yaitu :6

Sistem berlangsung secara otomatis, mesin akan melaksanakan dua fungsi sekaligus yaitu menerima ransangan dari luar (sensing) dan pengendali aktivitas seperti umumnya dijumpai pada prosedur kerja yang normal. Fungsi operator hanyalah memonitor dan menjaga agar mesin tetap bekerja dengan baik serta 1. Sistem Manusia Mesin Manual (Manual Man-Machine System)

Dalam system ini input akan langsung ditransformasikan oleh manusia menjadi output. Manusia memegang kendali secara penuh dalam melaksanakan aktivitasnya. Peralatan kerja yang ada hanya sekedar menambah kemampuan atau kapabilitas dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. 2. Sistem Manusia Mesin Semi Otomatis (Semi Automatic Man-Machine System)

Terdapat mekanisme khusus yang akan mengolah input atau informasi dari luar sebelum masuk ke dalam sistem kerja manusia, demikian pula reaksi yang berasal dari sistem ini akan diolah atau dikontrol terlebih dahulu melewati suatu mekanisme tertentu sebelum suatu output berhasil diproses. Pada sistem ini mesin akan memberikan power (tenaga) dan manusia akan melaksanakan fungsi kontrol.

3. Sistem Manusia Mesin Otomatis (Automatic Man-Machine System)

6

Sritomo Wignjosoebroto. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya, Surabaya, 1995.p.35-40.


(53)

memasukkan data atau mengganti dengan program-program baru apabila diperlukan.

Merancang sistem manusia mesin yang efektif dan efisien perlu dipahami keunggulan masing-masing serta memanfaatkan keunggulan tersebut secara optimum. Kegiatan yang merupakan keunggulan manusia dan kegiatan yang merupakan keunggulan mesin adalah:

1. Keunggulan Manusia

- Mengindra stimulus yang sangat rendah seperti bunyi, cahaya, rasa, dan lain-lain.

- Mendeteksi pola stimulus yang kompleks yang bervariasi dengan situasi. - Mengindra kejadian yang tidak umum dalam lingkungannya.

- Menyimpan informasi dalam jumlah yang besar dan waktu yang lama dalam ingatan.

- Mengeluarkan informasi dari ingatan dalam frekuensi yang cukup tinggi. - Mengambil manfaat/pelajaran dari berbagai pengalaman masa lalu. - Menggunakan prinsip untuk memecahkan problema yang bervariasi. - Membuat estimasi dan evaluasi subjektif.

- Mengembangkan penyelesaian masalah secara menyeluruh.

- Mengonsentrasikan diri pada kegiatan terpenting jika mengalami situasi padat. - Mengadaptasikan diri terhadap variasi dalam lingkungan operasional.

2. Keunggulan Mesin

- Mengindra stimulus yang berada di luar kepekaan normal manusia. - Memonitor kejadian yang telah terspesifikasi.


(54)

- Menyimpan informasi yang telah terkode dengan kecepatan tinggi.

- Mengeluarkan informasi yang telah terkode secara cepat dan akurat melalui instruksi yang spesifik.

- Mengolah informasi yang kuantitatif berdasarkan program tertentu. - Merespon secara cepat dan konsisten terhadap signal input.

- Melakukan kegiatan berulang-ulang secara handal.

- Memelihara kinerja yang relatif stabil dalam periode kerja yang relatif panjang.

- Menghitung jumlah dengan kecepatan sangat tinggi.

- Melakukan operasi secara efisien pada kondisi beban yang tinggi.

3.1.6. Pengembangan Metode untuk Mengefektifkan dan Mengefisienkan Kerja

Analisa metode (Methods Analysis) adalah kegiatan pencatatan secara sistematis dan pemeriksaan dengan seksama mengenai cara yang berlaku atau diusulkan untuk melaksanakan kerja. Hal ini dimaksudkan untuk mempelajari prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengaturan kerja yang optimal dalam suatu sistem kerja. Sistem kerja merupakan komponen kerja seperti manusia, mesin, material serta lingkungan fisik berinteraksi dengan aturan tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

Terdapat 4 macam komponen sistem kerja yang harus dipelajari untuk memperoleh metode kerja yang sebaik-baiknya, yaitu :


(55)

Material meliputi bahan baku, komponen, produk jadi, limbah, dan sebagainya. Hal yang perlu diperhatikan adalah cara menempatkan material, jenis material yang mudah diproses, dan sebagainya.

2. Komponen Manusia

Hal yang perlu diperhatikan adalah posisi orang pada saat bekerja sehingga memberikan gerakan yang efektif dan efisien.

3. Komponen Mesin

Desain dari mesin merupakan faktor utama yang harus disesuaikan dengan prinsip ergonomi.

4. Komponen Lingkungan Kerja Fisik

Hal yang perlu diperhatikan adalah apakah kondisi lingkungan fisik aman dan nyaman.

Dalam menganalisa dan mengevaluasi metode kerja untuk memperoleh metode kerja yang lebih efisien, perlu dipertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi gerakan (The Principles of Motion Economy). Berikut ini diuraikan aplikasi prinsip ekonomi gerakan7

- Apabila memungkinkan kedua tangan harus memulai dan menyelesaikan gerakan dalam waktu yang bersamaan.

a. Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Penggunaan Anggota Tubuh Manusia

- Manusia memiliki kondisi fisik dan struktur tubuh yang memberi keterbatasan dalam melaksanakan gerakan kerja.

7


(56)

- Kedua tangan jangan menganggur pada waktu bersamaan kecuali sewaktu istirahat.

- Gerakan tangan harus simetris dan berlawanan arah

- Untuk menyelesaikan pekerjaan hanya bagian tubuh yang memang diperlukan saja yang bekerja agar tidak terjadi penghamburan tenaga dan kelelahan yang tidak perlu.

- Hindari gerakan yang patah-patah karena akan cepat menimbulkan kelelahan. - Pekerjaan harus diatur sehingga gerak mata terbatas pada bidang yang

menyenangkan tanpa perlu sering merubah fokus.

b. Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Tempat Kerja

- Tempat tertentu yang tidak sering dipindahkan harus disediakan untuk semua alat dan bahan sehingga dapat menimbulkan kebiasaan tetap (gerak rutin).

- Letakkan bahan dan peralatan kerja pada jarak yang dapat dengan mudah dan nyaman dicapai pekerja sehingga mengurangi waktu mencari-cari.

- Tata letak bahan dan peralatan kerja diatur sehingga memungkinkan ururtan gerakan yang baik.

- Tinggi tempat kerja atau mesin harus disesuaikan dengan ukuran tubuh manusia sehingga pekerja dapat mengerjakan pekerjaan dengan mudah dan nyaman. Prinsip antropometri diperlukan untuk merancang fasilitas kerja tersebut.

- Kondisi ruangan pekerja seperti penerangan, temperature, kebersihan, ventilasi udara dan sebagainya yang berkaitan dengan persyaratan ergonomis harus diperhatikan sehingga dapat diperoleh area kerja yang lebih baik.


(57)

c. Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Desain Peralatan Kerja

- Kurangi sebanyak mungkin pekerjaan tubuh (manual) apabila hal tersebut dapat dilaksanakan dengan peralatan kerja.

- Usahakan menggunakan peralatan kerja yang dapat melaksanakan berbagai macam pekerjaan sekaligus, baik yang sejenis maupun yang berlainan.

- Siapkan dan letakkan semua peralatan kerja pada posisi tepat untuk memudahkan pemakaian dan pengambilan pada saat diperlukan tanpa harus bersusah payah mencari-cari.

Prinsip ekonomi gerakan ini dapat digunakan untuk menganalisa gerakan kerja setempat yang terjadi dalam suatu stasiun kerja dan dapat juga untuk kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh antar stasiun kerja.

3.1.7. Keluhan Muskuloskeletal8

8

Tarwaka.dkk, Ergonomi Untuk keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Uniba Press,

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai pada yang sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, maka dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini disebut juga musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :


(58)

1. Keluhan sementara (Reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, keluhan tersebut segera hilang apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (Persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih berlanjut.

Keluhan muskuloskeletal dapat terjadi oleh beberapa penyebab, diantaranya adalah :

1. Peregangan otot yang berlebihan.

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja yang aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan menahan beban yang berat. 2. Aktivitas berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus seperti pekerjaan mengisi pupuk ke karung/goni , Menimbang, Menjahit dan mengangkat. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekana akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh waktu untuk relaksasi.

3. Sikap kerja tidak alamiah.

Posisi bagian tubuh yang bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya dapat menyebabkan keluhan pada otot skeletal.


(59)

Faktor skunder yang juga berpengaruh terhadap keluhan muskuloskeletal adalah tekanan, getaran dan mikroklimat.

5. Penyebab kombinasi

Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila dalam melakukan tugasnya pekerja dihadapkan pada beberapa faktor resiko dalam waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus melakukan aktivitas mengangkat beban di bawah tekanan panas matahari.

Langkah-langkah untuk mengatasi keluhan muskuloskeletal sebagai berikut: 1. Rekayasa Teknik

Rekayasa teknik dilakukan melalui pemilihan beberapa alternatif sebagai berikut :

- Eliminasi, yaitu menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang dapat dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan menggunakan peralatan yang ada.

- Substitusi, yaitu mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan baru yang aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan

- Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja, contonya memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang kerja lainnya. - Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko sakit,

misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas. 2. Rekayasa Manajemen


(60)

- Pendidikan dan pelatihan

melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan lebih inovatif dalam upaya pencegahan resiko sakit akibat kerja.

- Pengaturan waktu kerja istirahat yang seimbang

menyesuaikan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber bahaya.

- Pengawasan yang intensif

Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.

3.1.7.1. Standard Nordic Questionnaire (SNQ)

Ada beberapa cara dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Salah satunya adalah melalui Standard Nordic Questionnaire (SNQ). diketahui bagian otot yang


(61)

NO JENIS KELUHAN TINGKAT KELUHAN Tidak

Sakit

Agak

Sakit Sakit

Sangat Sakit

0 Sakit kaku di leher bagian atas 1 Sakit kaku di leher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri

3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah kiri 13 Sakit pada lengan bawah kanan 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 Sakit pada tangan kiri


(62)

17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan

24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan 26 Sakit pada kaki kiri

27 Sakit pada kaki kanan

(Sumber : Gempur Santoso, Ergonomi : Manusia, Peralatan dan Lingkungan) Gambar 3.1. Standard Nordic Questionnaire

3.1.8. Antropometri

Istilah Antropometri berasal dari kata “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Antropometri dapat diartikan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia9

9

Sritomo Wignjosoebroto. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya, Surabaya, 1995.p.60

. Manusia pada umumnya memiliki bentuk, ukuran, berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :

- Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain)

- Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas, dan sebagainya. - Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan komputer. - Perancangan lingkungan kerja fisik.


(63)

Pada dasarnya peralatan kerja yang dibuat dengan mengambil referensi dimensi tubuh tertentu jarang sekali bisa mengakomodasikan seluruh range ukuran tubuh dari populasi yang akan memakainya. Kemampuan penyesuaian (adjustability) suatu produk merupakan satu prasyarat yang sangat penting dalam proses perancangan, terutama untuk produk yang berorientasi ekspor.

Beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia dan seorang perancang produk harus memperhatikan faktor tersebut, yaitu :

a. Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar dengan bertambahnya umur sejak awal kelahiran sampai dengan umur sekitar 20 tahunan.

b. Jenis kelamin (Sex)

Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuh wanita, kecuali untuk beberapa ukuran tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya.

c. Suku/bangsa (Ethnic)

Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karekteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.

d. Posisi tubuh (Posture)

Posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran karena berpengaruh terhadap ukuran tubuh. Pengukuran posisi tubuh dapat dilakukan dengan dua cara pengukuran yaitu:


(64)

Posisi tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak. Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal dengan “Static Anthropometry”. Ukuran diambil dengan persentil tertentu seperti 5-th, 50-th

dan 95-th.

- Pengukuran dimensi fungsional tubuh (Functional Body Dimensions).

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat melakukan gerakan tertentu. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya berkaitan erat dengan gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Cara pengukuran semacam ini juga biasa disebut dengan “Dynamic Anthropometry”.

e. Cacat tubuh

Data antropometri diperlukan untuk perancangan produk bagi orang cacat seperti kursi roda, kaki/tangan palsu, dan lain-lain.

f. Tebal/tipisnya pakaian yang dipakai

Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variansi yang berbeda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain. g. Kehamilan (Pregnancy)

Kondisi ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus bagi perempuan). Hal tersebut jelas membutuhkan perhatian khusus terhadap produk yang dirancang bagi segmentasi ini.


(65)

Agar rancangan suatu produk dapat sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip penggunaan data antropometri harus sesuai. Prinsip tersebut adalah :10

Rancangan dapat berubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang 1. Prinsip Perancangan Produk Bagi Individu Dengan Ukuran Yang Ekstrim.

Rancangan produk dibuat agar dapat memenuhi dua sasaran produk, yaitu: a. Dapat sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim

dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-rata.

b. Dapat digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada).

Ukuran yang diaplikasikan agar memenuhi sasaran pokok tersebut yaitu : - Dimensi minimum yang ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya

didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90-th, 95-th, atau 99-th. Contoh kasus ini dapat dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat, dan lain-lain.

- Dimensi maksimum yang ditetapkan diambil berdasarkan nilai persentil yang terendah, seperti 1-th, 5-th, atau 10-th dari distribusi data antropometri yang ada. Contohnya penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.

2. Prinsip Perancangan Produk yang Dapat Dioperasikan Pada Rentang Ukuran Tertentu (Adjustable).

10


(66)

paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju dan mundur, begitu juga dengan sandarannya bisa dirubah sudutnya sesuai dengan keinginan. Untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel hal semacam ini umumnya mengaplikasikan data antropometri dalam rentang persentil 5-th s/d 95th.

3. Prinsip Perancangan Produk dengan Ukuran Rata-rata.

Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini adalah justru sedikit sekali mereka yang berada dalam ukuran rata-rata.

Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa

Saran atau rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut :11

c. Tentukan apakah produk dirancang khusus untuk individu tertentu, untuk semua populasi, atau dilakukan pengambilan sampel dengan tujuan mewakili populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut.

a. Tetapkan anggota tubuh yang mana yang akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.

b. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah mengunakan data static anthropometry atau dynamic anthropometry.

11

Sanders dan Mc.Cormick. Human Factor in Engineering and Design, Mc.Graw-Hill, New York, 1987.p.338


(67)

d. Untuk perancangan fasilitas atau produk dengan target pemakainya adalah populasi, tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti misalnya apakah rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, adjustable, ataukah ukuran rata-rata.

e. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasi selanjutnya pilih atau tetapkan nilai ukurannya apakah dilakukan pengukuran langsung terhadap dimensi tubuh tersebut atau ukurannya telah tersedia dan dapat diambil dari tabel data antropometri yang sesuai.

f. Jika data berasal dari sampel dan perancangan produk atau fasilitas kerja diaplikasikan untuk populasi atau tujuan perancangan untuk ukuran rata-rata, pilih persentil populasi yang harus diikuti; persentil 90-th, 95-th, 99-th ataukah nilai persentil yang lain yang dikehendaki.

g. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan, dan sebagainya.

Pengukuran antropometri pada posisi berdiri dan posisi duduk dapat dilihat pada Gambar 3.2. Nama dimensi tubuh untuk pengukuran antropometri dapat dilihat pada Tabel 3.2.


(68)

(69)

Tabel 3.2. Antropometri Posisi Berdiri dan Posisi Duduk

No Nama Dimensi

1 Tinggi tubuh posisi berdiri tegak 2 Tinggi mata posisi berdiri tegak 3 Tinggi bahu posisi berdiri tegak

4 Tinggi siku posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)

5 Tinggi kepalan tangan yang berjulur lepas posisi berdiri tegak 6 Tinggi tubuh posisi duduk

7 Tinggi mata posisi duduk 8 Tinggi bahu posisi duduk 9 Tinggi siku posisi duduk 10 Tebal atau lebar paha

11 Panjang paha diukur dari pantat sampai ujung lutut

12 Panjang paha diukur dari pantai sampai bagian belakang dari lutut/betis 13 Tinggi lutut diukur baik dalam posisi berdiri maupun duduk

14 Tinggi tubuh posisi duduk yang diukur dari lantai sampaim paha 15 Lebar dari bahu

16 Lebar pinggul/pantat

17 Lebar dari dada (tidak tampak dalam gambar) 18 Lebar perut

19 Panjang siku di ukur dari siku sampai ujung jari dalam posisi siku tegak lurus 20 Lebar kepala

21 Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai ujung jari 22 Lebar telapak tangan

23 Lebar tangan posisi, tangan terbentang lebar ke samping kiri-kanan

24 Tinggi jangkauan tangan posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus ke atas

25 Tinggi jangkauan tangan posisi duduk tegak (tidak ditunjukkan dalam gambar)

26 Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan, diukur dari bahu samapai ujung jari tangan

3.1.9. Postur Kerja

Pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja dapat membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur kerja berdiri, duduk maupun postur kerja lainnya. Pada beberapa jenis pekerjaan terdapat postur kerja yang tidak alami dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan mengakibatkan keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk


(70)

bahkan cacat tubuh. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan postur tubuh saat bekerja :

1. Semaksimal mungkin mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan postur membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengatasi masalah ini maka stasiun kerja harus dirancang dengan memperhatikan fasilitas kerjanya yang sesuai dengan kondisi fisik pekerja, agar operator dapat menjaga postur kerjanya dalam keadaan tegak dan normal. Ketentuan ini sangat ditekankan khususnya pada pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam keadaan berdiri.

2. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jangkauan maksimum. Pengaturan postur kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal. Untuk hal-hal tertentu operator harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar memperoleh postur kerja yang nyaman.

3. Pekerja tidak seharusnya duduk atau berdiri dengan leher, kepala, dada atau kaki berada dalam posisi miring.

Beberapa sikap kerja yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Hindari posisi kepala dan leher yang terlalu menengadah ke atas

2. Hindari tungkai yang menaik

3. Hindari postur memutar atau asimetris


(1)

Tabel 4.27. Faktor Resiko Pengerahan Tenaga

Skor Gaya

Skor Kecepatan

1 2 3 4 5

1 1 1 2 3 4

2 1 2 3 4 4

3 2 3 4 4 5

4 2 3 4 5 5

5 3 4 5 5 5

i.

Pengukuran Faktor Resiko Kekakuan

Adapun tabel pengukuran faktor resiko kekakuan dapat dilihat dibawah ini.

Tabel 4.28. Otot Bagian Bawah

Jenis Kekakuan Posisi Netral Penyimpangan dari posisi netral hanya satu arah Penyimpangan dari posisi netral

lebih dari satu arah

Gerakan Akhir postur tubuh hanya satu arah

Gerakan Akhir postur tubuh lebih dari satu

arah

Skor 1 2 3 4 5

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.29. Tulang Bagian Belakang

Jenis Kekakuan Posisi Netral Penyimpangan dari posisi netral hanya satu arah Penyimpangan dari posisi netral

lebih dari satu arah

Gerakan Akhir postur tubuh hanya satu arah

Gerakan Akhir postur tubuh lebih dari satu

arah

Skor 1 2 3 4 5


(2)

Tabel 4.30. Tengkuk Leher/Bahu

Jenis Kekakuan Posisi Netral Penyimpangan dari posisi netral hanya satu arah Penyimpangan dari posisi netral

lebih dari satu arah

Gerakan Akhir postur tubuh hanya satu arah

Gerakan Akhir postur tubuh lebih dari satu

arah

Skor 1 2 3 4 5

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.31. Tangan/Pergelangan Tangan

Jenis Kekakuan Posisi Netral Penyimpangan dari posisi netral hanya satu arah Penyimpangan dari posisi netral

lebih dari satu arah

Gerakan Akhir postur tubuh hanya satu arah

Gerakan Akhir postur tubuh lebih dari satu

arah

Skor 1 2 3 4 5

Sumber : Hasil Pengolahan Data

j.

Pengukuran Faktor resiko Getaran

Adapun tabel pengukuran faktor resiko getaran dapat dilihat dibawah ini.

Tabel 4.32. Otot Bagian Bawah

Jenis Getaran

Tidak ada getaran

minimal Sedang besar Keras

Skor 1 2 3 4 5

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.33. Tulang Bagian Bawah

Jenis

Getaran

Tidak ada getaran

minimal Sedang besar Keras

Skor 1 2 3 4 5


(3)

Tabel 4.34. Tengkuk Leher/Bahu

Jenis

Getaran

Tidak ada getaran

minimal Sedang besar Keras

Skor 1 2 3 4 5

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.35. Tangan/Pergelangan Tangan

Jenis

Getaran

Tidak ada getaran

minimal Sedang besar Keras

Skor 1 2 3 4 5

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.36. Skor Pengerahan Tenaga

Anggota tubuh

Skor

Otot bagaian bawah

1

Tulang belakang

1

Tengkuk leher/bahu

1

Tangan/pergelangan

tangan

1

Jumlah

4

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Adapun tabel kumulatif pengerahan tenaga dan kekakuan dapat dilihat

dibawah ini.


(4)

Tabel 4.37. Kumulatif Pengerahan Tenaga Dan Kekakuan

Anggota Tubuh Pengerahan Tenaga Kekakuan Jumlah

Otot bagaian bawah 1 1 2

Tulang belakang 1 1 2

Tengkuk leher/bahu 1 1 2

Tangan/pergelangan tangan

1 1 2

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Adapun tabel kumulatif resiko dari keseluruhan tubuh dapat dilihat dibawah

ini.

Tabel 4.38. Kumulatif Resiko Dari Keseluruhan Tubuh

Anggota Tubuh

Total Waktu

Resiko yang berulang

Pengerahan Tenaga

Resiko Kekuan

Resiko Getaran

Jumlah

Otot bagaian bawah/kaki

1 1 1 1 1 5

Tulang belakang 1 1 1 1 1 5

Tengkuk leher/bahu 1 1 1 1 1 5

Tangan/pergelangan tangan

1 1 1 1 1 5

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari hasil penilaian postur kerja dengan menggunakan metode Manual Tasks

Risk Assessment (MANTRA) untuk kegiatan kerja, mulai dari pengisian,

penimbangnan dan penjahitan permukaan karung/goni, pada fasilitas kerja usulan

didapatkan hasil semua kegiatan kerja berada pada tingkatan aman dan tidak perlu

tindakan lebih lanjut.


(5)

Gambar Awal Fasilitas Kerja Pada PT. Masyarakat Pratama Anindita.

Gambar 1. Fasilitas Kerja Yang Berada di PT. Masyarakat Pratama Anindita


(6)

Gambar 3. Fasilitas Kerja Penimbangan Pupuk