4.2.5.3 Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi R
2
pada intinya mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R
2
semakin besar mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa hubungan variabel bebas X
1
, X
2
, dan X
3
adalah besar terhadap variabel terikat Y. Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan hubungan variabel bebas yang
diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika R
2
semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan bahwa hubungan variabel bebas X
1
, X
2
, dan X
3
terhadap variabel terikat Y semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat. Secara umum dapat dikatakan besarnya koefisien determinasi berganda
R
2
berada diantara 0 dan 1 atau 0 ≤ R
2
≤ 1. Hasil Koefisien Determinasi R
2
menggunakan SPSS Statistic 20.0 for Windows dapat dilihat pada Tabel 4.16 dibawah ini:
Tabel 4.16 Model Summary
Mode l
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,618
a
,382 ,352
6,203
a. Predictors: Constant, Pengembangan_Karir, Kompetensi, Penempatan_Kerja
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 20.0 for Windows, 2014
Pada Tabel 4.16 terlihat bahwa nilai koefisien determinasi Adjusted R Square sebesar 0,352 berarti 35,2 variabel kinerja karyawan dapat dijelaskan
oleh kompetensi, penempatan kerja, dan pengembangan karir, sedangkan sisanya 64,8 dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian
Universitas Sumatera Utara
ini misalnya stres kerja, motivasi, disiplin kerja, komunikasi, komitmen organisasi, dan lain sebagainya.
4.3 Pembahasan 4.3.1 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan
Berdasarkan analisis deskriptif variabel, diketahui bahwa kompetensi yang dimiliki oleh karyawan sudah baik. Hal ini dapat terlihat dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dimiliki karyawan. Kompetensi yang baik dari karyawan dapat terlihat melalui cara berpikir yang kreatif dalam melaksanakan
pekerjaan oleh karyawan tersebut. Karyawan memiliki sikap optimis sehingga membuat pola pikir karyawan berkembang, terbuka terhadap ide, usulan, bahkan
kritik, dan memiliki sikap proaktif sehingga mempunyai kreativitas berpikir. Karyawan juga mampu memberikan ide yang bersifat membangun dan
berorientasi ke depan dalam bekerja. Karyawan mengetahui dengan baik visi dan misi perusahaan sehingga memiliki pandangan jauh kedepan mengenai pekerjaan,
apa saja tujuannya dan apa yang akan dicapai kedepannya nanti. Karyawan mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam pekerjaan dengan tepat. Hal ini
dapat dilakukan karyawan dengan cara mempelajari masalah, mengidentifikasi kesulitan-kesulitannya, merumuskan masalah dengan baik dan benar, mencari
cara pemecahannya, memilih salah satu cara yang terbaik diantara berbagi kemungkinan, mendiskusikan masalah itu dengan orang-orang lain, misalnya
kepada rekan kerja atau kepada atasan, dan melaksanakan cara pemecahan masalah yang telah ditentukan.
Universitas Sumatera Utara