Trend Penyakit Malaria Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013.

Perbedaan angka kesakitan malaria pada berbagai golongan umur dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti kekebalan, keadaan gizi, kebiasaan, lingkungan tempat tinggal dan hal lainnya yang mendukung. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Syamsuri 2007 di Kabupaten Lingga yang mendapatkan hasil bahwa proporsi terbesar penderita malaria pada kelompok umur 15 tahun sebesar 65,9. 28 5.3. Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Gambar 5.3. Diagram Pie Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Dari gambar 5.3 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip terbesar yaitu jenis kelamin laki-laki sebesar 72 dan proporsi terkecil pada jenis kelamin perempuan sebesar 28. Hal ini diasumsikan oleh karena perilaku penderita laki-laki yang sering beraktivitas di luar rumah pada malam hari baik karena faktor pekerjaan maupun 72 28 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan kebudayaan, namun secara teori risiko terkena malaria tidak berbeda antara laki- laki dan perempuan. Kebiasaan penderita laki-laki untuk berada di luar rumah sampai larut malam, di mana vektornya lebih bersifat eksofilik lebih suka hinggap istirahat di luar rumah dan eksofagik lebih suka menggigit di luar rumah akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk, penggunaan kelambu, kawat kasa dan repellent akan mempengaruhi angka kesakitan malaria serta pembukaan lahan untuk perkebunan yang biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki dapat menimbulkan tempat perindukkan nyamuk buatan manusia sendiri man made breeding places . Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yulius di Puskesmas Rawat Inap Kijang Kabupaten Bintan Kepulauan Riau 2007 yang mendapatkan hasil bahwa proporsi terbesar penderita malaria pada jenis kelamin laki-laki sebesar 63,3. 29 Menurut penelitian Panggabean di Kota Dumai tahun 2005-2009 menyatakan bahwa berdasarkan jenis kelamin proporsi penderita malaria laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan sex ratio 1,72. 30 5.4. Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tingkat Endemisitas Tempat Tinggal Wilayah Kerja Puskesmas Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Gambar 5.4. Diagram Bar Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tingkat Endemisitas Tempat Tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Dari gambar 5.4 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip terbanyak yaitu 88 bertempat tinggal di daerah endemis malaria, sedangkan proporsi penderita malaria positip terkecil yaitu sebanyak 12 bertempat tinggal di daerah non endemis malaria. Daerah endemik adalah daerah yang setiap tahun ada kasus malaria dengan diagnosis laboratorium positip plasmodium. 13 Sementara menurut Timreck 2005, endemi adalah berlangsungnya suatu penyakit pada tingkatan yang sama atau keberadaan suatu penyakityang terus menerus di dalam populasi atau wilayah tertentu. 33 Tingginya penderita malaria positip di daerah endemis malaria disebabkan karena keadaan menetap dari kasus malaria, dimana kondisi geografi 88 12 Daerah Endemis Daerah Non Endemis tempat tinggal penderita malaria yang memungkinkan berupa daerah dataran tinggi dengan lingkungan perkebunan kopi dan hutan sehingga hal tersebut mempengaruhi kepadatan nyamuk yang berarti ; ada orang dan ternak sebagai sumber makanan nyamuk, rumah dengan halaman perkebunan kopi yang cocok untuk tempat hinggap dan istirahat nyamuk serta ada sumber air beserta genangan air sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. 20 5.5. Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Waktu tahun Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Gambar 5.5. Diagram Pie Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Waktu tahun Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Dari gambar 5.5 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positip terbanyak terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 55, sedangkan penderita malaria positip terkecil terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 6. 55 26 12 3 4 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Tingginya penderita malaria pada tahun 2009 kemungkinan disebabkan oleh karena belum intensifnya intervensi dari Pemerintah Kabupaten Bener Meriah berupa pencarian kasus aktif, melakukan kegiatan survei darah, penyemprotan daerah endemis malaria, pembagian kelambu berinsektisida dan pemeriksaan malaria serta pengobatan gratis pada masyarakat yang berhubungan dengan pencegahan dan penanggulangan kejadian malaria. 5.6. Distribusi proporsi Annual Parasite Incidence API Penderita Malaria Positip Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Gambar 5.6. Diagram Bar Distribusi proporsi Annual Parasite Incidence API Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tempat Tinggal Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Dari gambar 5.6. di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan wilayah kerja puskesmas dengan API tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Ronga- 0,54 0,2 1,37 3,91 1,87 0,98 5,54 4,98 Annual Parasite Incidence API API ronga yaitu 5,54‰ dan yang terendah adalah di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga yaitu 0,20 ‰. Hal ini disebabkan Kecamatan Gajah Putih wilayah kerja Puskesmas Ronga-ronga adalah daerah endemis malaria dimana dulunya Kecamatan ini adalah bagian dari Kecamatan Timang Gajah yang dimekarkan. Geografi wilayah kerja puskesmas Gajah Putih adalah daerah dataran tinggi dengan perkebunan kopi dan dekat dengan hutan, sehingga berpotensi terhadap perkembangan nyamuk anopheles yang berperan sebagai vektor malaria, sedangkan Kecamatan Bukit wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga merupakan daerah perkotaan Ibukota Kabupaten Bener Meriah. Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia sejak tahun 2007 dapat dipantau dengan menggunakan indikator Annual Parasite Incidence API. Hal ini sehubungan dengan kebijakan Kementerian Kesehatan mengenai penggunaan satu indikator untuk mengukur angka kejadian malaria, yaitu dengan API. 5 Penilaian API didasarkan pada angka malaria positip baik menggunakan pemeriksaan mikroskopis maupun Rapid Diagnostic Test RDT, yang diperoleh dari data rutin puskesmas baik melalui Active Case Detection ACD maupun Pasive Case Detection PCD, dengan kategori HCL High Case Incedence 51000 penduduk, MCL Moderate Case Incidence 1-51000 penduduk dan LCI Low Case Incidence 11000 penduduk. 13 5.7. Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Parasit Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Gambar 5.7. Diagram Pie Distribusi proporsi Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Parasit Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Dari gambar 5.7. di atas dapat dilihat bahwa proporsi berdasarkan jenis parasit penyebab penyakit malaria terbanyak adalah plasmodium falcifarum yaitu 76, plasmodium vivax sebanyak 23 dan yang terkecil adalah plasmodium mixed 1. Hal ini dikarenakan plasmodium falcifarum mempunyai wilayah penyebaran paling luas, mulai dari wilayah beriklim dingin, subtropis hingga wilayah beriklim tropis. Plasmodium falcifarum merupakan penyebab utama terjadinya malaria berat, menimbulkan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropikafalcifarum demam tiap 24 – 48 jam. Menurut penelitian Silalahi di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi 2009 jenis parasit penderita malaria dengan parasit positip terbesar adalah jenis parasit plasmodium falcifarum yaitu 86,5 dan yang 76 23 1 Jenis Parasit P. Falcifarum P. Vivax P. Mixed terendah adalah jenis parasit mixed yaitu 0,8. 31 Hal ini sesuai dengan penelitian Yulius di Puskesmas Rawat Inap Kijang Kabupaten Bintan Kepulauan Riau 2007 bahwa proporsi penderita malaria terbesar pada plasmodium falciparum 52,1 dan plasmodium vivax 47,9. 5.8. Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Gambar 5.8. Diagram Bar Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan terhadap perbedaan karakteristik umur penderita malaria positip dengan jenis kelamin diketahui bahwa penderita malaria pada kelompok umur 14 tahun, sebanyak 73,6 berjenis kelamin laki-laki dan 26,4 berjenis kelamin perempuan, sedangkan penderita malaria positip umur 14 tahun, sebanyak 50 berjenis kelamin laki- laki dan 50 berjenis kelamin perempuan. 50 73,6 50 26,4 10 20 30 40 50 60 70 80 = 14 tahun 14 tahun Laki-laki Perempuan Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p = 0,096 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna pada proporsi karakteristik penderita malaria positip berdasarkan umur dan jenis kelamin. Tidak adanya perbedaan antara umur dan jenis kelamin penderita malaria positip karena resiko untuk tertular malaria adalah sama antara umur dan jenis kelamin, dimana kejadian malaria berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan tubuh karena variasi keterpajanan pada gigitan nyamuk. 5.9. Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur Dan Tingkat Endemisitas Tempat Tinggal Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Gambar 5.9. Diagram Bar perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur dan Tingkat Endemisitas Tempat Tinggal Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan terhadap perbedaan karakteristik umur penderita malaria positip dengan tingkat endemisitas tempat 91,7 88,1 8,3 11,9 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 = 14 tahun 14 tahun P ro p o rs i Daerah Endemis Daerah Non Endemis tinggal diketahui pada kelompok umur 14 tahun yaitu sebanyak 88,1 dan pada kelompok umur 14 tahun yaitu 91,7 bertempat tinggal terbanyak di daerah endemis malaria, sedangkan pada kelompok umur 14 tahun yaitu sebanyak 11,9 dan pada kelompok umur 14 tahun yaitu sebanyak 8,3 bertempat tinggal di daerah non endemis malaria. Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p = 1,000 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna pada proporsi karakteristik penderita malaria positip berdasarkan umur dan tempat tinggal. Secara umum setiap orang bisa terinfeksi oleh agent parasitplasmodium malaria tanpa memandang umur, namun bila menginfeksi anak-anak lebih rentan dibanding orang dewasa terhadap infeksi parasit malaria karena daya tahan tubuhnya lebih lemah daripada orang dewasa. Tempat tinggal penderita malaria di Kabupaten Bener Meriah yang berupa perkebunan kopi dan hutan merupakan salah satu determinan yang memberikan wahana bagi nyamuk untuk berkembang, berbagai tumbuhan yang berada di darat misal tumbuhan yang besar dan membentuk suatu kawasan perkebunan atau hutan akan berfungsi menghalangi masuknya sinar matahari ke permukaan tanah, dengan demikian maka pencahayaan akan rendah, suhu rendah, dan kelembaban akan tinggi. Kondisi seperti inilah yang sangat disenangi oleh nyamuk untuk beristirahat setelah menghisap darah hospes sambil menunggu proses pematangan telur. Larva juga menyukai breeding site yang ada tumbuhan air misalnya lumut, bakau, ganggang akan lebih disukai karena selain digunakan sebagai tempat berlindung dari predator dan kemungkinan flushing atau hanyut terbawa oleh aliran air. Tidak adanya perbedaan antara umur dan tingkat endemisitas tempat tinggal dengan kejadian malaria, dimana kejadian malaria lebih disebabkan keterpajanan akibat gigitan nyamuk Anopheles. Kejadian malaria bisa dialami oleh berbagai golongan umur yang tinggal di daerah endemis di Kabupaten Bener Meriah. 5.10. Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur Dan Jenis Parasit Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Gambar 5.10. Diagram Bar Hubungan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Umur dan Jenis Parasit Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan terhadap perbedaan karakteristik umur penderita malaria positip dengan jenis parasit diketahui penderita malaria positip pada kelompok umur 14 tahun sebanyak yaitu 93,7 dengan jenis parasit Plasmodium Falcifarum, sebanyak 100 dengan jenis parasit 6,3 93,7 100 100 20 40 60 80 100 120 P.Falcifarum P.Vivax P.Mixed P ro p o rs i = 14 tahun 14 tahun Plasmodium Vivax dan sebanyak 100 dengan jenis parasit Plasmodium Mixed. Pada kelompok umur 14 tahun, penderita malaria positip yaitu sebanyak 6,3 dengan jenis parasit Plasmodium Falcifarum. Dikenal tiga jenis plasmodium yang dapat menginfeksi manusia secara alami di Kabupaten Bener Meriah, yaitu : Plasmodium Falcifarum, Plasmodium Vivax dan Plasmodium Mixed dimana setiap orang yang tinggal di daerah endemis bisa terinfeksi oleh agent parasitplasmodium malaria tanpa memandang umur. Plasmodium falcifarum , menimbulkan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropikafalcifarum demam tiap 24 – 48 jam. Plasmodium vivax , merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertianavivax demam tiap hari ketiga, sedangkan Plasmodium Mixed adalah gabungan antara keduanya. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 3 sel 50 yang mempunyai expected count 5. 5.11. Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Tingkat Endemisitas Tempat Tinggal Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Gambar 5.11. Diagram Bar Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tempat Tinggal Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan terhadap perbedaan karakteristik penderita malaria positip berdasarkan jenis kelamin dan tingkat endemisitas tempat tinggal, penderita malaria positip dengan jenis kelamin laki- laki yaitu 88,8 dan jenis kelamin perempuan yaitu 86,8 bertempat tinggal di daerah endemis malaria, sedangkan penderita malaria positip dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 11,2 dan jenis kelamin perempuan yaitu 13,2 bertempat tinggal di daerah non endemis malaria. Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p = 0,661 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna pada distribusi proporsi 88,8 86,8 11,2 13,2 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Laki-laki Perempuan P ro p o rs i Daerah Endemis Daerah Non Endemis penderita malaria positip berdasarkan jenis kelamin dan tingkat endemisitas tempat tinggal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh cakupan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan di Kabupaten Bener Meriah yang berimbang, menurut data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah, pada tahun 2013 laki-laki berjumlah 66.803 jiwa 50,61 sedangkan perempuan 65.196 jiwa 49,39. Sementara tempat tinggal penderita malaria positip di Kabupaten Bener Meriah hampir rata-rata memiliki kesamaan yaitu penduduk memiliki rumah di tengah-tengah perkebunan kopi, tempat tinggal dekat dengan kebun dan hutan. Menurut Munif dan Imron 2010 nyamuk hidup di alam hampir pada semua tempat baik di pedesaan maupun di perkotaan yang menurut satuan epidemiologi di pantai sampai di pegunungan. Daerah pegunungan dimana terdapat hutan karet, hutan buah-buahan dan hutan pegunungan yang banyak mengandung air tawar, biasanya berkembangbiak nyamuk An. Aconitus dan An. Maculatus. 12 Sehingga dapat diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dan tempat tinggal penderita malaria positip. 5.12. Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Parasit Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009- 2013. Gambar 5.12. Diagram Bar Hubungan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis Parasit Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan terhadap perbedaan karakteristik berdasarkan jenis kelamin dan jenis parasit penderita malaria positip, penderita malaria positip dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak yaitu 81 dengan jenis parasit Plasmodium falcifarum, sebanyak 42,9 dengan jenis parasit plasmodium vivax dan sebanyak 100 dengan jenis parasit Plasmodium Mixed , sedangkan penderita malaria positip dengan jenis kelamin perempuan terbanyak yaitu 57,1 dengan jenis parasit Plasmodium Vivax dan terkecil 19 dengan jenis parasit Plasmodium Falcifarum. 81 42,9 100 19 57,1 20 40 60 80 100 120 P.Falcifarum P.Vivax P.Mixed P ro p o rs i Laki-laki Perempuan Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p 0,001 artinya ada perbedaan yang bermakna pada distribusi proporsi penderita malaria positip berdasarkan jenis kelamin dan jenis parasit. Adanya perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor imunitas dimana perempuan menurut Rampengan 2010 mengatakan perempuan mempunyai imunitas lebih baik dibanding laki-laki, faktor yang mempengaruhi yaitu enzim G6PD Glucosa 6-phosphat dehydrogenase enzim ini dapat menghambat perkembangbiakan plasmodium di dalam darah manusia. Sementara menurut Noviyanti 2010, Plasmodium falcifarum merupakan jenis Plasmodium yang paling berbahaya dibandingkan Plasmodium lain yang menginfeksi manusia karena selama perkembangan dalam sel darah merah, P. Falcifarum mengekspor berbagai jenis protein pada permukaan sel darah merah terinfeksi. Protein ini dapat mempengaruhi sistem imun pada tubuh manusia melalui variasi antigen. Selain itu, sel darah merah yang terinfeksi tersebut dapat melekat pada reseptor sel-sel endothelial tubuh manusia sehingga terhindar dalam clearence pada sistem imun host , hal inilah yang menjadikan sifat virulens Plasmodium Falcifarum. 32 5.13. Perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tingkat Endemisitas Tempat Tinggal Dan Jenis Parasit Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009-2013. Gambar 5.13. Diagram Bar perbedaan Karakteristik Penderita Malaria Positip Berdasarkan Tingkat Endemisitas TempatTinggal dan Jenis Parasit Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009- 2013. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan terhadap perbedaan tingkat endemisitas tempat tinggal dan jenis parasit ditemukan bahwa penderita malaria positip dengan jenis parasit Plasmodium Falcifarum yaitu sebanyak 87,3, jenis parasit plasmodium vivax sebanyak 92,9 dan jenis parasit plasmodium mixed sebanyak 50 bertempat tinggal di daerah endemis malaria, sedangkan penderita malaria positip dengan jenis parasit plasmodium falcifarum sebanyak 12,7, jenis parasit plasmodium vivax sebanyak 7,1 dan jenis parasit plasmodium mixed sebanyak 50 bertempat tinggal di daerah non endemis malaria. 87,3 92,9 50 12,7 7,1 50 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 P.Falcifarum P.Vivax P.Mixed P ro p o rs i Endemis Non Endemis Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p = 0,129 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna pada distribusi proporsi penderita malaria positip berdasarkan tingkat endemisitas tempat tinggal dan jenis parasit. Walaupun secara teori terdapat perbedaan antara tingkat endemisitas tempat tinggal penderita malaria dengan jenis parasit, namun pada penelitian ini tidak ditemui perbedaan keduanya. Tempat tinggal penderita malaria positip di Kabupaten Bener Meriah yang memiliki kesamaan yaitu penduduk memiliki rumah di tengah-tengah perkebunan kopi, tempat tinggal dekat dengan kebun dan hutan, sedangkan jenis parasit yang menginfeksi penderita malaria di Kabupaten Bener Meriah ada tiga jenis, yaitu plasmodium falcifarum, plasmodium vivax dan plasmodium mixed . Pada tempat tinggallingkungan dimana manusia dan nyamuk berada, nyamuk akan berkembang biak bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan untuk proses kelangsungan hidupnya. Manusia akan dapat terinfeksi parasit bila ada keterpaparan terhadap gigitan nyamuk Anopheles.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Distribusi proporsi penderita malaria positip berdasarkan umur di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013, pada kelompok umur 14 tahun yaitu 235 orang 95,1 dan pada kelompok umur 14 tahun sebanyak 12 orang 4,9. 6.1.2. Distribusi proporsi penderita malaria positip berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009-2013, pada jenis kelamin laki-laki yaitu 179 orang 72,5 dan pada jenis kelamin perempuan yaitu 68 orang 27,5. 6.1.3. Distribusi proporsi penderita malaria positip berdasarkan tingkat endemisitas tempat tinggal di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009- 2013, pada daerah endemis malaria yaitu 218 orang 88,3 dan pada daerah non endemis malaria yaitu 29 orang 11,7. 6.1.4. Distribusi proporsi penderita malaria positip berdasarkan waktu tahun di Kabupaten Bener Meriah tahun 2009, terbanyak pada tahun 2009 yaitu 136 orang 55,1 sedangkan terkecil pada tahun 2012 sebanyak 6 orang 2,4. 6.1.5. Annual Parasite Incidence API tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Ronga-ronga yaitu 5,54 ‰ dan yang terendah adalah di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga yaitu 0,20 ‰. 6.1.6. Distribusi proporsi penderita malaria positip dengan jenis parasit Plasmodium Falciparum yaitu 189 orang 76,5 sedangkan jenis parasit Plasmodium Vivax yaitu 56 orang 22,7 dan dengan jenis parasit Plasmodium Mixed yaitu 2 orang 0,8. 6.1.7. Ada perbedaan yang bermakna pada distribusi proporsi penderita malaria positip berdasarkan jenis kelamin dan jenis parasit. 6.1.8. Tidak ada perbedaan yang bermakna pada distribusi proporsi penderita malaria positip berdasarkan umur dan jenis kelamin. 6.1.9. Tidak ada perbedaan yang bermakna pada distribusi proporsi penderita malaria positip berdasarkan umur dan tingkat endemisistas tempat tinggal. 6.1.10. Distribusi proporsi umur dan jenis parasit penderita malaria positip tidak dapat dianalisa karena jumlah sel expected count 5 melebihi nilai maksimum yang diperbolehkan. 6.1.11. Tidak ada perbedaan yang bermakna pada distribusi proporsi penderita malaria positip berdasarkan jenis kelamin dan tingkat endemisistas tempat tinggal. 6.1.12. Tidak ada perbedaan yang bermakna pada distribusi proporsi penderita malaria positip berdasarkan tingkat endemisitas tempat tinggal dan jenis parasit.

6.2. Saran

6.2.1. Kelompok umur 14 tahun terutama laki-laki diharapkan agar mengurangi berada di luar rumah pada malam hari. Jika harus keluar sebaiknya menggunakan obat anti nyamuk refelent atau menggunakan baju berlengan panjang agar tidak digigit nyamuk penyebab malaria. 6.2.2. Bagi pemerintah Kabupaten Bener Meriah agar dapat membuat strategi untuk mengurangi kejadian malaria dengan cara melakukan pendekatan faktor resiko khususnya yang berkaitan dengan kebijakan untuk menurunkan angka kejadian malaria. 6.2.4. Bagi pengelola program malaria di Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah agar dapat menyelaraskan program yang berhubungan dengan penurunan kejadian malaria khususnya yang berhubungan dengan faktor manusia terutama yang berkaitan dengan masyarakat yang tergolong dalam pekerjaan yang beresiko untuk terkena penyakit malaria. 6.2.5. Pihak Puskesmas sebaiknya melengkapi pencatatan kartu status pasien sehingga laporan ke Dinas Kesehatan lengkap, khususnya data pendidikan dan pekerjaan.