h. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik penderita malaria berdasarkan
umur dan jenis kelamin di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 – 2013.
i. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik penderita malaria berdasarkan
umur dan tingkat endemisitas tempat tinggal di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 – 2013.
j. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik penderita malaria berdasarkan
umur dan jenis parasit di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 – 2013.
k. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik penderita malaria berdasarkan
jenis kelamin dan tingkat endemisistas tempat tinggal di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 – 2013.
l. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik penderita malaria berdasarkan
jenis kelamin dan jenis parasit di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 – 2013.
m. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik penderita malaria berdasarkan
tingkat endemisitas tempat tinggal dan jenis parasit di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Tahun 2009 – 2013.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Sebagai informasi dan masukan bagi pengelola program penanggulangan
penyakit malaria di Puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah.
b. Sebagai bahan dalam membuat kebijakan penanggulangan penyakit
malaria di masa yang akan datang. c.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut serta menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam
penanggulangan penyakit malaria.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium
yang termasuk golongan protozoa melalui perantara gigitan nyamuk Anopheles spp
. Penyakit malaria sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan sangat bervariasi menurut daerah penyebarannya, dimana lingkungan merupakan
salah satu faktor penyebab tinggi rendahnya angka kejadian malaria.
11
Sejarah penemuan malaria bermula dari manusia beranggapan bahwa wabah malaria ada hubungannya dengan udara buruk. Malaria berasal dari istilah
bahasa Italia yaitu mala yang artinya buruk dan aria yang artinya udara. Pada saat itu orang beranggapan udara buruk dari rawa-rawa merupakan penyebab malaria.
Pada tahun 1880 seorang dokter militer yaitu Charles Louis Alphonse Laveran yang berkebangsaan Perancis bekerja di Aljazair, melakukan penelitian pada
setiap penderita malaria. Pekerjaan ini dilakukan dengan tekun memeriksa darah setiap penderita, ternyata hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam sel-sel
darah merah setiap penderita dijumpai organisme hidup yang berbentuk cincin. Organisme ini kemudian dikenal sebagai parasit malaria yang dinamakan
plasmodium . Hasil penelitian Charles pada tahun 1880 ini menunjukkan bahwa
penularan dari penyakit ini diduga melalui gigitan serangga. Perkembangan lebih lanjut yaitu pada tahun 1897, Ronald Ross yang berkebangsaan Inggris
mempelajari tentang bagaimana penyakit malaria ini dapat ditularkan. Ternyata
telah dapat dibuktikan bahwa nyamuk Anopheles merupakan penular penyakit malaria.
12,13
2.2. Gejala Klinis
11, 14, 15, 16
Secara klinis, gejala malaria sebagai infeksi tunggal pada pasien non-imun terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu paroksisme yang
diselingi oleh suatu periode periode laten bebas demam. Sebelum demam, penderita biasanya merasa lemah, nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, mual dan
muntah. Pada penderita dengan infeksi majemuk atau campuran lebih dari satu jenis plasmodium atau oleh satu jenis plasmodium, tetapi infeksi berulang dalam
waktu berbeda, serangan demam terus menerus tanpa interval, sedangkan pada pejamu yang imun gejala klinisnya minimal. Periode paroksisme biasanya terdiri
dari tiga stadium yang berurutan, Yaitu :
2.2.1. Stadium Dingin Cold Stage
Stadium ini diawali dengan gejala menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari pucat atau sianosis, kulit kering
dan pucat, penderita mungkin mengalami mual dan muntah dan pada anak balita sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit hingga 1 jam.
2.2.2. Stadium Demam Hot Stage
Setelah menggigil dan merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti
terbakar, nyeri kepala, seringkali terjadi mual dan muntah. Nadi menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat
menjadi 41 C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 – 12 jam. Demam
disebabkan oleh pecahnya skizon dalam sel darah merah yang telah matang dan masuknya merozoit darah ke dalam aliran darah. Pada plasmodiun vivax dan
Plasmodium ovale, skizon tiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga timbul demam setiap hari ketiga terhitung dari serangan demam
sebelumnya. Pada Plasmodium malariae demam terjadi setiap 72 jam setiap hari ke empat sehingga disebut malaria quartana. Pada Plasmodium facifarum, setiap
24 – 48 jam.
2.2.3. Stadium Berkeringat Sweating Stage
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sampai membasahi tempat tidur. Namun suhu badan pada stadium ini turun dengan cepat, kadang-kadang
sampai di bawah normal. Gejala tersebut tidak selalu sama pada setiap penderita, bergantung pada spesies parasit, berat infeksi dan umur penderita. Gejala klinis
berat biasanya terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh kecenderungan parasit bentuk trofozoit dan skizon untuk berkumpul pada pembuluh darah organ
tubuh tertentu, seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan penyumbatan pembuluh darah organ-organ tubuh tersebut. Gejala mungkin berupa koma,
kejang sampai gangguan fungsi ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh malaria jenis ini. Pada Black water fever yang merupakan suatu komplikasi berat,
ditemukan hemoglobin dalam urin sehingga urin berwarna merah tua atau hitam. Gejala lain Black water fever adalah ikhterus dan muntah berwarna seperti
empedu. Black water fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi Plasmodium falcifarum berulang dengan infeksi yang cukup berat.