B. ISU – ISU IKLIM ORGANISASI DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN
Pendidikan yang sebelumnya merupakan kebutuhan sekunder telah dipandang sebagai kebutuhan utama. Dalam hal
memenuhi kebutuhan utamanya ini, masyarakat memilih sesuai dengan kemampuan yang sangat terkait dengan ekonomi untuk
memperoleh kualitas layanan yang setinggi-tingginya. Hal ini menciptakan kultur elitisme di kalangan sekolahsekolah “noble
industry” tersebut. Padahal masyarakat banyak, mahalnya biaya pendidikan seringkali masih merupakan problem yang tak
terpecahkan. Kita juga maklum atas ketidakmampuan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan untuk semua
warga negara. Akan tetapi realitas itu janganlah dijadikan apologi pemerintah lepas tanggung jawab dan menyerahkan
kepada swasta. Bagaimanapun tanggung jawab pendidikan tetap ada di pundak pemerintah.
Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan, setiap warga negara berhak mengikuti pendidikan. Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. UUD 45 juga menggariskan, negara harus mengalokasikan 20 persen APBN
untuk anggaran pendidikan nasional. Tajuk Rencana Pikiran Rakyat, 4 Mei 2005. Dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20
tahun 2003, pasal 46 mengamanatkan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Kabupaten Jembrana, dalam 4 tahun terakhir telah mensubsidi Rp. 14,7 M
hampir 3,7 M per tahun untuk menggratiskan semua sekolah negeri. Kabupaten-kabupaten lain akan segera menyusul, di
Perilaku Organisasi 48
antaranya Balikpapan. Namun hingga saat ini belum diperoleh informasi kebijakan untuk sekolah swasta. Masih banyak sekolah
swasta yang mengalami kesulitan biaya dan terancam tutup, padahal sekolah swasta masih dibutuhkan.
C. HUBUNGAN IKLIM ORGANISASI DAN EFEKTIFITAS ORGANISASI