akibatnya. Negara yg tersebut termasuk membangun operasi, yang meningkatkan efektivitas konsekuensi
berhubungan dengan mereka, dan menghapuskan operasi, yang mengurangi efektivitas mereka. Selain modulasi
efektivitas konsekuensi, operasi ini memotivasi juga dapat memperoleh kendali diskriminatif atas organisme perilaku
sebuah.
[3]
Sebagai contoh, suatu organisme yang dalam keadaan kelaparan menetapkan makanan sebagai penguat
efektif lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku yang sebelumnya telah mengakibatkan diberi makan, sedangkan
organisme dalam keadaan kenyang menghapuskan efektivitas makanan sebagai penguat a kurang cenderung
terlibat dalam perilaku seperti itu.
Diskriminatif stimulus S
d
yang merupakan pengaturan atau isyarat, atau dapat dikatakan menjadi kesempatan untuk
ditanggapi.
. Perilaku adalah respon R, biasanya dikendalikan oleh konsekuensi masa lalu, yang juga dikontrol oleh kehadiran
stimulus diskriminatif. Beroperasi pada lingkungan, seperti dalam berpengaruh.
Konsekuensi bisa terdiri dari memperkuat stimuli
S
mengekang
atau menghukum stimuli
S
ave
yang mengikuti dan memodifikasi respon operan. Memperkuat rangsangan
sering diklasifikasikan sebagai positif
r
S
+
atau negatif penguat S
r-.
jadwal penguatan lebih kompleks juga dapat digunakan.
E. PENDEKATAN SOCIAL LEARNING
Perilaku Organisasi 9
Teori Belajar Sosial berusaha menjelaskan tingkahlaku manusia dari segi interaksi timbal-balik yang berkesinambungan antara
faktor kognitif, tingkahlaku, dan faktor lingkungan. Dalam proses determinisme timbal-balik itulah terletak kesempatan bagi
manusia untuk mempengaruhi nasibnya maupun batas-batas kemampuannya untuk memimpin diri sendiri self-direction.
Konsepsi tentang cara manusia berfungsi semacam ini tidak menempatkan orang semata-mata sebagai objek tak berdaya yang
dikontrol oleh pengaruh-pengaruh lingkungan ataupun sebagai pelaku-pelaku bebas yang dapat menjadi apa yang dipilihnya.
Manusia dan lingkungannya merupakan faktor-faktor yang saling menentukan secara timbal balik Bandura, 1977:
F. PENDEKATAN BEHAVIORISTIC I.P. PAVLOV DAN J.B. WATSON
Pendekatan ini adalah pendekatan yang berdasarkan pada respon seseorang yang muncul apabila diberi stimulus atau rangsangan
tertentu.
G. PENDEKATAN MODIFIKASI PERILAKU Pendekatan Sistem
Sistem dapat diartikan sebagai gabungan sub-sub sistem yang saling berkaitan. Organisasi sebagai suatu sistem akan di pandang
secara keseluruhan, terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan sub- sistem, dan sistemorganisasi tersebut akan berinteraksi dengan
lingkungan. Pandangan yang menyeluruh semacam itu akan lebih bermanfaat dibanding dengan pandangan terisolasi.
Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi muncul sebagai tanggapan atas ketidakpuasan terhadap anggapan universalitas, dan kebutuhan
Perilaku Organisasi 10
untuk memasukkan berbagai variable lingkungan ke dalam lingkungan dan praktek manajemen.
PENUTUP
Pada tingkat individu, jika pegawai merasa bahwa organisasi memenuhi kebutuhan dan karakteristik individualnya, ia akan
cenderung berperilaku positif. Tetapi sebaliknya, jika pegawai tidak merasa diperlakukan dengan adil, maka mereka cenderung untuk
tidak tertarik melakukan hal yang terbaik. Disini dibutuhkan pendekatan - pendekatan yang dapat memodifikasi perilaku yang
tidak baik menjadi baik. Apabila pendekatan tersebut berhasil, bisa dilihat dari kinerja seseorang, kualitas pekerjaan, tingkat
kehladiran dan tingkat keluar masuknya seseorang dalam organisasi. Diharapkan sesama orang dalam organisasi bisa
memotivasi yang lainnya agar tujuan yang ingin dicapai bisa terlaksana dengan baik sesuai dengan kemampuan yang ada.
Apabila ada kekurangan atau masalah segeralah berunding dengan sesama dan evaluasi apa saja yang telah dlakukan agar ke
depannya bisa menjadi lebih baik.
SUMBER REFERENSI :
http:solehamini.blogspot.com http:pou-pout.blogspot.com
http:translate.googleusercontent.comtranslate_c? hl=idlangpair=en
7Cidu=http:en.wikipedia.orgwikiExperimental_analysis_of_be
Perilaku Organisasi 11
haviorrurl=translate.google.co.idusg=ALkJrhidDh9NZu2JSaP- 85f5mVfE9cu71Q
BAB III Organisasi sebagai sistem sosial