Kekerasan Sifat Fisik Mi Sorgum

27

4.3.3. Kekerasan

Kekerasan memiliki bentuk model 2FI interaksi antara dua faktor. Hasil analisis keragaman ANOVA, menunjukkan bahwa model tersebut signifikan p0.05. Lack of fit model tidak signifikan p0.05. Nilai lack of Fit yang tidak signifikan adalah syarat untuk model yang baik dan menunjukkan adanya kesesuaian data respon dengan model. R-squared model dari respon sebesar 0.48 yang menunjukkan bahwa 48 dari data yang dapat dijelaskan oleh model tersebut. Nilai predicted R-squared dan adjusted R-squared untuk respon kekerasan adalah 0.18 dan 0.37. Predicted R-squared menunjukkan kemampuan suatu model untuk memprediksi observasi selanjutnya sebesar 18. Model yang mempunyai nilai adjusted R squared yang besar menunjukkan model yang bagus karena adanya kesesuaian antara data aktual dan prediksi. Meskipun nilai adjusted R-squared dan predicted R-squared tidak besar, namun nilai Adj R-squared dan Pred R-Squared tersebut cukup berdekatan selisih kurang dari 0.2, “reasonable agreement” sehingga dapat dikatakan bahwa model tersebut cukup baik digunakan untuk memprediksi respon kekerasan. Nilai adequate precision yang lebih besar dari 4 menunjukkan presisi data tersebut baik. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada lampiran 21. Persamaan polinomial untuk respon kekerasan dapat dilihat dibawah ini: Kekerasan = 140.84760 + 13.60412 A + 214.69897 B – 1.90121 AB Keterangan: A = Suhu; B = Kecepatan ulir Berdasarkan persamaan polinomial tersebut, dapat dilihat bahwa nilai kekerasan dipengaruhi suhu, kecepatan ulir, dan interaksi antara suhu dan kecepatan ulir. Kekerasan cenderung menurun dengan meningkatnya suhu terutama pada kecepatan ulir yang tinggi. Hal ini terlihat pada kecepatan 20 Hz peningkatan suhu dari 80 o C ke 90 o C menurunkan tingkat kekerasan dari 2481.221 gf ke 2237. 019 gf penurunan sebesar 244.202 gf. Sedangkan pada kecepatan ulir 10 Hz peningkatan suhu dari 80 o C ke 90 o C menurunkan tingkat kekerasan dari 1855.199 gf ke 1801.119 gf penurunan sebesar 54.08 gf. Peningkatan suhu ekstruder pada kecepatan ulir yang tinggi menyebabkan penurunan kekerasan mi sorgum setelah direhidrasi. Hal ini diduga semakin tinggi suhu ekstruder semakin menurun densitas atau kerapatan massa produk. Selain itu, peningkatan suhu ekstruder juga menyebabkan menurunnya ikatan antarmolekul dalam struktur pati sehingga kekerasan mi menurun. Peningkatan kecepatan ulir menyebabkan peningkatan kekerasan. Proses peningkatan kecepatan ulir secara simultan meningkatkan laju friksi, besarnya tekanan shear, dan meningkatnya intensitas proses pengadonan dalam laras ekstruder. Hal ini berakibat pada meningkatnya kepadatan mi sorgum sehingga mi menjadi lebih keras Muhandri 2012. Kekerasan tertinggi terdapat pada suhu 80 o C dan kecepatan 20 Hz, sedangkan kekerasan terendah terdapat pada suhu 90 o C dan kecepatan 10 Hz. Kekerasan mi sorgum lebih tinggi 1829.88 gf dibandingkan kekerasan spaghetti komersial 987.70 gf dan lebih kecil dibandingkan mi jagung 3039.79 gf Muhandri 2012. Hal ini menunjukkan mi sorgum masih cukup keras dibandingkan spaghetti komersial, namun lebih lunak dibandingkan mi jagung. Grafik normal plot of residual untuk respon kekerasan dapat dilihat pada lampiran 26. Bentuk permukaan dari hubungan interaksi antar komponen dapat dilihat jelas pada grafik tiga dimensi yang ditunjukkan pada gambar 9. 28 Gambar 9. Grafik hubungan kekerasan dengan suhu dan kecepatan ulir

4.3.4. Daya Kohesif