21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Tepung Sorgum
Sorgum yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari varietas numbu BIOTROP. Biji sorgum utuh yang diperoleh disosoh terlebih dahulu selama 25 detik untuk menghilangkan bagian
kulit dan perikarpnya. Lama penyosohan ini tidak berbeda jauh dengan penelitian Yanuwar 2009 dengan lama penyosohan 20 detik. Kandungan tannin pada biji sorgum menurun setelah penyosohan.
Begitu pula dengan protein yang ikut terbawa karena bagian endosperm yang dekat dengan aleuron juga ikut terkikis Suarni 2004. Setelah disosoh biji sorgum berwarna putih kekuningan dan bersih
dari kulit ari yang berwarna putih kecoklatan. Setelah menjadi biji sorgum bebas kulit, sorgum direndam dengan menggunakan air selama 2
jam. Proses ini bertujuan untuk memperlunak endosperma sehingga mudah digiling dengan menggunakan pin disc mill Merdiyanti 2008. Kemudian, biji sorgum dijemur selama kurang lebih
satu jam hingga kadar airnya sekitar 35 atau sorgum masih dalam keadaan setengah kering. Jika kadar air terlalu tinggi, maka biji akan menempel pada pin disc mill saat ditepungkan sehingga dapat
menimbulkan kemacetan pada alat. Sebaliknya, jika kadar air terlalu rendah, endosperma akan kembali menjadi keras dan sulit digiling menjadi tepung Merdiyanti 2008. Selanjutnya biji sorgum
digiling dengan pin disc mill. Tepung sorgum hasil penggilingan dikeringkan menggunakan sinar matahari selama 2 jam. Langkah terakhir adalah pengayakan menggunakan vibrating screen dengan
ukuran ayakan 100 mesh. Setelah diayak, tepung sorgum dikemas menggunakan plastik dan disimpan dalam refrigerator. Kemudian, tepung sorgum dianalisis proksimat dan profil gelatinisasi. Hasil
analisis proksimat disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil analisis proksimat varietas sorgum numbu
Varietas Sorgum
Air BB
Protein BK
Lemak BK
Abu BK
Karbohidrat BK
Pati BK
Amilosa BK
Numbu 13.52±0.09
8.50±0.27 2.42±0.11
0.84±0.06 88.23
82.18±0.00 22.46±1.23
Air merupakan komponen penting dalam bahan pangan yang dapat mempengaruhi kualitas bahan pangan itu sendiri. Peningkatan jumlah air dapat mempengaruhi laju kerusakan bahan pangan
oleh proses mikrobiologis, kimiawi, dan enzimatis. Berdasarkan hasil analisis proksimat, dapat dilihat kadar air tepung sorgum numbu yang dihasilkan adalah 13.52 bb. Menurut Suprapto dan
Mudjisihono 1987, bagian lembaga biji sorgum selain mengandung lemak juga mengandung protein sebanyak 13.4. Proses penepungan sorgum telah menurunkan kadar protein biji sorgum. Hal ini
disebabkan adanya pemisahan lembaga sehingga mempengaruhi kandungan protein tepung sorgum yang dihasilkan. Kadar protein pada tepung sorgum adalah 8.50 bk. Nilai ini berada pada kisaran
kandungan protein yang terdapat pada tepung sorgum hasil produksi balai besar penelitian dan pengembangan pasca panen pertanian, yaitu 7-9 .
Berdasarkan hasil analisis, kadar lemak pada tepung sorgum adalah 2.42 bk. Kandungan lemak yang rendah pada tepung sorgum disebabkan adanya proses pemisahan lembaga pada saat
sorgum diproses menjadi tepung. Kadar abu menggambarkan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Abu merupakan residu yang tertinggal setelah bahan pangan dibakar hingga
bebas karbon. Semakin besar kadar abu, semakin tinggi pula mineral yang terkandung di dalamnya.
22
Analisis kadar abu pada penelitian ini dilakukan melalui pengabuan kering di dalam tanur pengabuan. Nilai kadar abu pada tepung sorgum numbu adalah 0.84 bk. Berdasarkan analisis, kadar karbohidrat
pada tepung sorgum numbu adalah 88.23 bk. Kandungan karbohidrat tepung sorgum ini tergolong tinggi. Oleh karena itu, potensial dikembangkan sebagai sumber energi melalui pemanfaatannya
dalam bentuk mi sorgum. Pati merupakan suatu polisakarida yang berfungsi sebagai cadangan energi dan secara luas
tersebar di berbagai macam tanaman. Pati beserta komponennya, yaitu amilosa dan amilopektin merupakan bagian karbohidrat. Pati tergolong karbohidrat polisakarida yang tersusun lebih dari 10
monomer monosakarida Winarno 2008. Kadar pati dari tepung sorgum numbu adalah 82.18 bk. Menurut Guo et al. 2003 pada umumnya mi di Asia dibuat dari tepung dengan kandungan amilosa
1-29, namun kandungan amilosa optimum yang memberikan kualitas mi terbaik adalah 21-24. Berdasarkan hal tersebut, kadar amilosa pada tepung sorgum numbu masih cukup baik untuk diolah
menjadi produk mi ekstrusi dengan kandungan amilosa sebesar 22.46 . Selain dilakukan analisis proksimat, tepung sorgum numbu juga dilakukan analisis profil
gelatinisasi. Alat yang digunakan untuk mengetahui profil gelatinisasi pati adalah Rapid Visco Analyzer. RVA memiliki prinsip pengukuran yang sama dengan Brabender Amilograph, hanya waktu
pengukurannya lebih singkat. Granula pati bila disuspensikan dalam air dan dipanaskan akan mengalami proses gelatinisasi, yaitu dapat mengental selama proses pemanasan dan membentuk gel
setelah didinginkan. Hal ini disebabkan granula pati dapat menyerap air ketika dipanaskan dan mengalami proses pengembangan yang menyebabkan viskositasnya meningkat. Fungsi dari analisis
gelatinisasi pati adalah untuk mengetahui proses gelatinisasi pati ketika suspensi pati dipanaskan dan didinginkan dengan suhu dan waktu yang telah ditentukan. Hasil analisis profil gelatinisasi varietas
tepung sorgum numbu dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Profil gelatinisasi tepung sorgum numbu
Parameter Nilai
Waktu gelatinisasi menit 5.30
Suhu gelatinisasi
o
C 77.53
Waktu granula pecah menit 8.24
Viskositas maksimum cP 3167.50
Suhu granula pecah
o
C 94.00
Viskositas setelah holding pada suhu 95
o
C cP 1743.50
Viskositas breakdown cP 1424.00
Viskositas setelah holding pada suhu 50
o
C cP 4101.00
Viskositas setback cP 2357.50
Waktu gelatinisasi menunjukkan saat granula pati mulai mengembang karena adanya penyerapan air sehingga viskositas suspensi pati mulai naik. Waktu gelatinisasi tepung sorgum numbu
yaitu 5.30 menit. Selain waktu gelatinisasi, suhu gelatinisasi juga merupakan karakteristik yang dapat
diamati saat kurva RVA mulai naik. Suhu gelatinisasi merupakan suhu ketika mulai terditeksi terjadinya peningkatan viskositas yang disebabkan oleh pengembangan granula pati. Suhu gelatinisasi
bahan dapat menentukan suhu yang paling baik digunakan selama proses ekstrusi karena pada proses ekstrusi diharapkan terjadi gelatinisasi pati. Suhu gelatinisasi tepung sorgum numbu yaitu 77.53
o
C. Viskositas maksimum merupakan kemampuan pati untuk mengembang dengan bebas sebelum
mengalami breakdown. Viskositas maksimum pada tepung sorgum numbu adalah 3167.50 cP. Suhu pada saat tercapainya viskositas maksimum disebut suhu granula pecah sebesar 94
o
C.
23
Setelah granula pecah, viskositas dari pasta pati akan menurun. Pemanasan tetap dilanjutkan hingga suhu adonan mencapai 95
o
C. Selanjutnya, suhu dipertahankan selama 5 menit tetap berada pada 95
o
C dan dibaca kembali viskositasnya. Viskositas setelah holding pada suhu 95
o
C dari tepung sorgum numbu adalah 1743.50 cP. Selisih antara viskositas maksimum dengan viskositas pasta pati
setelah holding pada suhu 95
o
C disebut viskositas breakdown. Viskositas ini menunjukkan stabilitas granula pati selama proses pemanasan dan pengadukan. Semakin stabil pasta pati, maka nilai
viskositas breakdown-nya akan semakin kecil. Viskositas breakdown pada tepung sorgum numbu adalah 1424.00 cP.
Viskositas setelah holding pada suhu 50
o
C adalah 4101.00 cP. Selisih antara viskositas setelah holding pada suhu 50
o
C dengan viskositas setelah holding pada suhu 95
o
C disebut sebagai viskositas setback. Viskositas setback adalah parameter yang dipakai untuk melihat kecenderungan retrogradasi
maupun sineresis dari suatu pasta.Viskositas setback dari tepung sorgum numbu cukup besar 2357.50 cP yang menunjukkan retrogradasi tepung sorgum numbu juga besar.
4.2. Pembuatan Mi Sorgum