Singapura, Inggris, Amerika, Swiss, Italia, Jerman, Hongkong dan India. Peluang ekspor untuk pemasaran minyak akar wangi masih cukup terbuka
khususnya ekspor untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Timur, Eropa Timur dan Amerika Selatan. Hal ini dikarenakan negara pesaing yang
mengembangkan komoditas yang sama hanya negara Haiti dan Borbon.
4.1.2 Karakteristik Tanaman Akar Wangi
Tanaman akar wangi vetiveria zizaniodes merupakan tanaman yang berasal dari India, Birma dan Srilangka. Akar wangi termasuk famili
Gramineae atau rumput-rumputan. Komoditas tanaman akar wangi Gambar 5
terletak pada akarnya yang mengandung minyak atsiri berwujud kental dengan bau yang sangat wangi dan tahan lama.
c. Akar wangi yang siap disuling
Gambar 5. Tanaman akar wangi Ciri-ciri tanaman akar wangi menurut Ditjenbun 2011 adalah :
a. Memiliki bau akar yang sangat wangi
b. Tumbuh merumpun lebat
b. Tumpang sari a. Monokultur
c. Akar tinggal bercabang banyak berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai
merah tua d.
Tangkai daun tersembul dari akar tinggal sampai mencapai 200 cm. e.
Daun akar wangi berwarna kelabu, tampak kaku, panjangnya mencapai 100 cm dan tidak mengandung minyak.
Akar wangi akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 500-1.500 meter di atas permukaan laut dpl. Tanah yang baik bagi pertumbuhan akar wangi
adalah tanah yang tidak padat gembur atau tanah berpasir yang mengandung abu vulkanik. Tanah tersebut akan membuat tanaman tumbuh dengan baik dan
mudah dicabut pada waktu panen, sehingga tidak meninggalkan sisa-sisa akar di dalam tanah. Toleran tumbuh di lingkungan dengan suhu 17-27ÂșC, curah
hujan 1.500-2.500 mm per tahun, sinar matahari yang cukup dan lahan terbuka atau tidak terlindung oleh tanaman lain
Ditjenbun, 2011. Pola penanaman akar wangi di wilayah Kabupaten Garut umumnya ditanam dengan sistem
monokultur atau tumpang sari. Selain sebagai penghasil minyak atsiri, tanaman akar wangi memiliki
banyak manfaat lainnya, yaitu : a.
Akar wangi dapat dijadikan kerajinan seperti taplak meja, tas, lampion, tudung saji, tutup kulkas, boneka, sarung bantal, hingga sekat ruangan.
b. Bila dibiarkan tumbuh, akar wangi dapat dijadikan pengontrol erosi.
c. Daun akar wangi dapat dijadikan pengusir serangga.
4.1.3 Identifikasi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi
Rantai pasokan minyak akar wangi merupakan rantai keterkaitan suatu kegiatan usaha yang dimulai dari kegiatan pembudidayaan akar wangi oleh
petani sampai dengan konsumen industri. Konsumen industri dalam rantai pasok minyak akar wangi adalah industri parfum, kosmetik, sabun, dan lain-
lain. Rangkaian kegiatan produktif tersebut membentuk rantai nilai industri. Cakupan rantai pasokan minyak akar wangi di Indonesia berakhir sampai
pengekspor, karena konsumen industri merupakan negara tujuan ekspor. Anggota primer rantai pasokan minyak akar wangi terdiri dari petani yang
memasok bahan baku akar wangi, pengumpul akar, penyuling minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, dan eksportir minyak akar wangi.
Aktivitas-aktivitas operasional yang dilakukan setiap anggota bertujuan untuk menghasilkan minyak akar wangi yang berkualitas sehingga memiliki daya
saing di pasar luar negeri. Ada tiga 3 macam aliran yang harus dikelola pada rantai pasokan
minyak akar wangi. Menurut Pujawan 2005, pada suatu rantai pasok biasanya ada tiga macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang
mengalir dari hulu ke hilir. Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari
hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Pola aliran rantai pasokan minyak akar wangi dapat dilihat pada Gambar 6.
Aliran barang dimulai dari aliran bahan baku akar wangi dari petani sampai minyak akar wangi yang digunakan oleh konsumen industri. Petani
berperan penting di hulu dalam menghasilkan bahan baku akar wangi yang bermutu. Akar wangi yang siap panen di beli oleh pengumpul akar atau
penyuling yang berada di daerah sekitar. Petani yang tergabung dalam suatu kelompok tani binaan pengumpul akar atau penyuling biasanya langsung
memasok akar wangi kepadanya. Pengumpul yang mengumpulkan akar wangi akan menjualnya lagi ke penyuling. Harga akar wangi ditentukan oleh
pengumpul atau penyuling berdasarkan mutunya. Kisaran harga yang diterima petani Rp 2.000 - Rp 3.000 per kg. Ketika terjadi musim hujan, harga akar
wangi cenderung turun, karena penyuling menghindari masalah seperti timbangan akar wangi yang lebih berat dan kadar air yang tinggi pada akar
wangi. Harga akar wangi juga turun ketika terjadi panen raya. Dalam menjual akar wanginya, petani menjualnya dengan sistem timbang bayar atau beli
langsung di lahan dengan sistem kebun. Saat ini para petani lebih suka menjual akar wanginya dengan sistem kebun.
Penyuling akar wangi Pengumpul minyak akar wangi
1 3
2 2
2 2
3
Keterangan:
Penyedia sarana produksi untuk petani
2
Petani akar wangi
5 7
3
Pengumpul akar wangi
4 5
6
Pengekspor minyak akar wangi
7
Konsumen Luar Negeri Aliran barang
Aliran finansial Aliran informasi
1
4 6
Cakupan rantai pasok minyak akar wangi Indonesia
Gambar 6. Pola aliran rantai pasokan minyak akar wangi Alat transportasi yang digunakan petani untuk mendistribusikan akar
wanginya menggunakan truk atau motor jika berada di wilayah yang sulit dijangkau. Bahan baku yang diolah oleh penyuling menghasilkan minyak atsiri
yang akan didistribusikan kepada pengumpul minyak akar wangi atau langsung ke eksportir. Harga minyak akar wangi saat ini berkisar antara Rp 1.000.000 -
Rp 1.400.000, tergantung dari mutunya. Terkadang eksportir tidak menerima penjualan dari penyuling dalam jumlah sedikit, sehingga penyuling harus
mengumpulkan dulu hasil produksinya baru dikirim ke eksportir. Eksportir menerima minyak yang dijual oleh penyuling minimal sebanyak 40 kg dalam
sekali pengiriman. Peran pengumpul minyak sangat diperlukan untuk mengumpulkan minyak akar wangi dari penyuling. Selanjutnya, minyak akar
wangi yang telah terkumpul oleh pengumpul di jual kepada eksportir. Minyak akar wangi yang telah terkumpul oleh eksportir akan dikirim ke konsumen
industri yang ada di luar negeri. Negara tujuan ekspor minyak akar wangi diantaranya Jepang, Singapura, Inggris, Amerika, Swiss, Italia, Jerman,
Hongkong dan India.
Aliran finansial berasal dari konsumen industri yang membeli minyak dari eksportir minyak akar wangi. Penyuling menerima pembayaran atas
minyak akar wangi yang telah dikirim ke pengumpul minyak akar wangi atau eksportir. Pengumpul minyak atau eksportir terkadang juga memberikan
bantuan modal kepada penyuling. Harga yang diterima penyuling jika mendapatkan bantuan modal biasanya tidak sebesar jika dijual secara umum.
Petani mendapatkan bayaran dari pengumpul bahan baku atau penyuling secara langsung. Jika petani mengalami kesulitan modal dalam budidaya akar wangi,
penyuling akan memberikan bantuan modal untuk pemeliharaan atau memberikan bantuan berupa pupuk. Petani yang mendapatkan bantuan modal
secara tidak langsung harus menjual hasil panennya kepada pemilik modal. Aliran informasi diantara anggota rantai pasokan minyak akar wangi
sudah terintegrasi cukup baik. Aliran informasi berasal dari konsumen industri ke pengekspor minyak akar wangi, eksportir ke pengumpul minyak akar wangi
atau langsung ke penyuling, penyuling ke pengumpul akar wangi atau langsung ke petani, pengumpul akar wangi ke petani atau sebaliknya. Aliran
informasi yang baik harus tersedia dalam dua arah. Aliran informasi yang terjadi disetiap anggota rantai pasok secara umum berhubungan dengan jumlah
pemesanan, harga, jadwal pengiriman, sistem pembayaran, harga yang berlaku, kemampuan anggota dalam menyediakan produk, dan lain-lain. Komunikasi
antara eksportir dengan penyuling atau pengumpul minyak dilakukan melalui telepon untuk mengetahui harga yang berlaku dan tanggal pengiriman.
Penyuling juga mendiskusikan kendala-kendala yang dihadapi dalam memasok akar wangi. Kendala-kendala seperti kurangnya modal atau mutu rendemen
yang buruk akibat bahan baku yang rusak karena cuaca. Komunikasi antara petani akar wangi dengan penyuling berhubungan dengan tanggal panen, harga
yang berlaku, kapasitas pengiriman, kendala-kendala yang dihadapi dan lain- lain. Petani yang memiliki kelompok tani mendiskusikan pola budidaya yang
baik, bantuan modal, penggunaan pupuk atau bibit agar petani dapat memasok bahan baku bermutu. Diskusi-diskusi tersebut dilakukan secara informal.
4.1.4 Aktivitas Petani Akar Wangi