penyuling  yang  merasa  bahwa  jika  menyuling  dengan  mutu  baik  atau  rendah sama  saja,  karena  perbedaan  harganya    tidak    terlalu  besar  jika  dibandingkan
dengan  biaya  operasional  yang  akan  dikeluarkan.  Hal  ini  karena  penyuling hanya  menerima  harga  dari  pengumpul  minyak  akar  wangi  yang  mendapat
harga dari eksportir. Modal yang dikeluarkan pengumpul minyak untuk usaha ini lebih dari Rp
100  juta.  Eksportir  terkadang  memberi  bantuan  modal  kepada  pengumpul minyak  untuk  menjalankan  usahanya.  Pengumpul  minyak  yang  mendapat
modal dari eksportir akan  membantu penyuling  yang kekurangan modal. Hal ini  dilakukan  untuk  menjaga  kontinuitas  pasokan  minyak.  Pengumpul  minyak
mampu  mengumpulkan  100-400  kg  minyak  akar  wangi  pada  musim    panen raya  sekitar  bulan  Juli-September,  dalam  jangka  waktu  seminggu.  Sedangkan
pada  bulan-bulan  sulit  seperti  Maret-Juni,  pengumpul  hanya  dapat mengumpulkan  200  kg  dalam  10  hari.  Sebagian  penyuling  tidak  memiliki
ikatan  kontrak  yang  mengikat  dengan  pengumpul  minyak  akar  wangi. Penyuling  yang  dibantu  permodalannya  oleh  pengumpul  minyak  secara  tidak
langsung harus menjualnya kepada pengumpul tersebut.
4.2. Manajemen Risiko Operasional dalam Budidaya Akar Wangi
4.2.1 Identifikasi Risiko Operasional Budidaya Akar Wangi
Petani  sebagai  pemasok  bahan  baku  akar  wangi,  memiliki  peran  yang sangat penting di hulu. Sistem budidaya akar wangi memiliki unsur-unsur yang
terdiri  dari  input,  proses  dan  output.  Unsur-unsur  tersebut  saling  terkait  guna menghasilkan  bahan  baku  akar  wangi  yang  bermutu  dan  berkesinambungan.
Komponen-komponen yang ada dalam unsur-unsur budidaya akar wangi dapat dilihat pada Gambar 7.
Input yang  dibutuhkan  untuk  budidaya  akar  wangi  adalah  bibit  akar
wangi  yang  berasal  dari  bonggolnya,  pupuk  organik  dan  anorganik,  tenaga kerja  untuk  proses  budidaya,  peralatan  tani,  lokasi  penanaman  yang  ideal  dan
informasi  budidaya  yang  sesuai  GAP.  Proses  yang  dilakukan  dalam  budidaya akar  wangi  adalah  dimulai  dari  proses  pencangkulan  lahan,  pemeliharaan  dan
pemanenan.  Cuaca  juga  sangat  mempengaruhi  proses  budidaya  akar  wangi. Output
yang dihasilkan
adalah akar
wangi yang
bermutu dan
berkesinambungan.
Gambar 7. Sistem budidaya akar wangi Kegiatan  budidaya  akar  wangi  memiliki  risiko-risiko  operasional  yang
dapat  mempengaruhi  mutu  tanaman  akar  wangi  yang  dihasilkan.  Risiko operasional yang dapat diidentifikasi dari input, proses dan output meliputi :
a. Risiko input
1 Petani  kurang  memahami  cara  penanaman  yang  baik,  yaitu  risiko
rendahnya  mutu  tanaman  akibat  petani  tidak  tahu  cara  bertani  yang benar.
2 Petani  tidak  menerapkan  budidaya  yang  sesuai  dengan  GAP,  yaitu
risiko rendahnya mutu tanaman, akibat petani sengaja tidak mengikuti aturan yang benar karena hal-hal tertentu.
Input -
Pembibitan -
Pemupukan -
Tenaga Kerja -
Peralatan -
Lahan -
Informasi budidaya
Proses -
Pencangkulan lahan -
Pemeliharaan -
Pemanenan -
Cuaca
Output Pemanenan Akar Wangi
3 Petani kurang terampil dalam memelihara tanaman akar wangi,  yaitu
risiko  rendahnya  mutu  tanaman  akibat  petani  yang    tidak  terampil dalam  perawatan tanaman
4 Kekurangan  pasokan  bibit  tanaman  akar  wangi,  yaitu  risiko
terhambatnya budidaya akibat petani tidak mendapatkan pasokan bibit karena hal-hal tertentu.
5 Kekurangan pupuk yaitu risiko rendahnya mutu tanaman akibat petani
tidak  mendapatkan  pupuk,  ketika  membutuhkannya  karena  tidak  ada dipasaran.
6 Informasi  budidaya  yang  baik  masih  kurang,  yaitu  risiko  kurang
optimalnya  kegiatan  budidaya  akibat  petani  belum  mendapatkan informasi yang dibutuhkannya.
7 Mutu  bibit  buruk,  yaitu  risiko  hasil  panen  berkualitas  buruk  akibat
bibit yang buruk. 8
Kekurangan  peralatan  budidaya,  yaitu  risiko  yang  menghambat terjadinya proses budidaya akibat kekurangan peralatan tani.
b. Risiko proses
1 Kelalaian  pemberian  pupuk,  yaitu  risiko  rendahnya  mutu  tanaman
akibat lalai dalam memberikan sejumlah pupuk pada tanaman. 2
Kelalaian  dalam  pemeliharaan,  yaitu  risiko  rendahnya  mutu  tanaman akar wangi akibat kelalaian dalam pemeliharaan seperti penyiangan.
3 Kelalaian  saat  panen,  yaitu  risiko  kurang  tercabutnya  akar  secara
menyeluruh. 4
Cuaca,  yaitu  risiko  rendahnya  mutu  tanaman  karena  hujan  terus menerus atau musim kemarau.
c. Risiko output
Memanen  lebih  dini,  yaitu  risiko  mutu  dan  kuantitas  akar  wangi menjadi rendah akibat panen dini yang dilakukan petani.
4.2.2 Pemetaan Risiko Operasional Budidaya Akar Wangi