terutama dalam pendayagunaan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku produk pangan. Industri minyak goreng adalah industri yang paling banyak menyerap bahan
baku minyak sawit, sedangkan industri margarin dan shortening relatif masih sedikit.
2.3. Minyak Goreng
Menurut Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, yang dimaksud dengan minyak goreng nabati adalah minyak goreng yang diperoleh dengan
cara memurnikan minyak nabati vegetable oil. Tujuan permurnian untuk menghilangkan bahan-bahan logam, bau, asam lemak bebas dan zat-zat lain yang tidak
diperlukan. Menurut Standar Nasional Indonesia SNI 01-0018-1998, minyak goreng sawit atau RBD palm oil adalah minyak fraksi cair berwarna kuning kemerahan yang
diperoleh dengan cara fraksinasi RBD palm oil atau crude palm oil dan telah mengalami proses permurnian. Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan
atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan http:id.wikipedia.orgwikiMinyak_goreng.
Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit 2003 lebih dari 70 persen minyak goreng yang ada di Indonesia terbuat dari minyak sawit. Kelebihan minyak sawit sebagai bahan
baku minyak goreng adalah kandungan asam oleat yang relatif tinggi yaitu sekitar 40 persen. Asam oleat adalah asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap, sehingga
selama proses penggorengan relatif lebih stabil dibandingkan dengan minyak yang mengandung asam lemak dengan ikatan rangkap lebih dari satu seperti minyak kedele.
Namun dari segi performa penampilan, minyak sawit lebih cepat membentuk cloud awankeruh dibandingkan minyak kedelai karena kandungan asam lemak jenuh
minyak sawit relatif tinggi yaitu sekitar 50 persen.
2.4. Pemasaran
Pemasaran adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran serta mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Konsep pemasaran holistik didasarkan pada pengembangan, perancangan, dan implementasi program pemasaran,
proses pemasaran, dan kegiatan-kegiatan pemasaran yang mengakui keluasan dan interdependensi mereka Kotler dan Keller, 2007. Empat komponen dari pemasaran
holistik adalah pemasaran hubungan, pemasaran terpadu, pemasaran internal, dan pemasaran yang bertanggung jawab, dapat dilihat pada Gambar 1.
Departemen
Manajemen Departemen Komunikasi Produk Saluran
Pemasaran Senior Lain Jasa
Etika Masyarakat
Pelanggan Mitra
Lingkungan Hukum Saluran
Gambar 1. Dimensi Pemasaran Holistik Kotler dan Keller, 2007
2.5.Promosi
Menurut Didih Suryadi 2011 promosi ialah serangkaian kegiatan untuk mengkomunikasikan, memberi pengetahuan dan meyakinkan orang tentang suatu
produk agar ia mengakui kehebatan produki tersebut, juga mengikat pikiran dan perasaannya dalam suatu wujud loyalitas terhadap produk. Kegiatan promosi
hendaknya tidak sekedar merangsang minat beli pelanggan saja, kegiatan promosi sejatinya mendorong pelanggan untuk menjadi mitra yang selalu siap memberikan ide-
ide agar produk kita lebih baik lagi serta memberi informasi mengenai berbagai hal yang bisa memperkokoh eksistensi produk kita.
Promosi merupakan pintu pertama untuk dapat memasuki pasar. Dari pintu itu para produsen melangkah menuju misi utamanya, yaitu menguasai pasar, merekrut
pelanggan sebanyak-banyaknya dalam tenggat waktu yang secepat-cepatnya. Puncak Pemasaran yang
Bertanggung Jawab Sosial
Pemasaran Relasi Hubungan
Pemasaran Terpadu
Pemasaran Internal
Pemasaran Holistik
keberhasilan kegiatan promosi tentu saja ketika kegiatan itu mampu membuat pelanggan jatuh cinta terhadap produk kita sehingga mereka memiliki loyalitas yang
sulit dirobohkan.
2.6. Perilaku Konsumen