lahan hutan terbesar diantara lahan lainnya, Karena hutan mampu menyimpan dan meresapkan air ke dalam tanah yang mengakibatkan meningkatnya kandungan air
tanah ground water yang secara signifikan akan meningkatkan aliran air tanah secara alami. Oleh karena itu, pada Tabel 19 laju sedimen keseluruhan yang
berasal dari MDM Cisampora lahan hutan lebih besar dari pemukiman, disamping luasan lahan yang cukup signifikan berbeda 1:25 dari luasan hutannya.
Berdasarkan hasil optimasi Tank Model pada tabel sebesar 38,90 atau 720,161 mm dari input curah hujan sebesar 1845,8 mm menjadi stored atau
cadangan air tanah ground water. Hasil analisis data ini dapat menunjukan bahwa pengaruh penutupan hutan terhadap tata air, menurukan aliran permukaan,
dan meningkatkan laju infiltrasi tanah. Berikut ini tabel 18 mengenai hasil optimasi Tank Model dalam keseimbangan air di MDM Cisampora Sub-DAS
Cimanuk Hulu. Tabel 18 Komponen keseimbangan air hasil optimasi Tank Model
Komponen Tank Model Bagian Komponen
Nilai Satuan mm Persentase
Keseimbangan air Inflow R Presipitasi
1845,8 Water Balance
Outflow Calculation 622,208
33,70 Etp Evapotranspiration
504,832 27,40
Stored 720,161
38,90 Total
1845,8 100
5.4.3 Analisis laju sedimen di MDM Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu
Besarnya Laju sedimen dapat mempresentasikan kualitas tutupan lahan di daerah tangkapan air di MDM Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu, analisis laju
sedimen dengan menggunakan metode The Modified Universal Soil Loss Equation MUSLE, metode ini Mengingat bahwa nilai nisbah pengangkutan
sedimen tidak tetap dan besarnya bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain, melakukan modifikasi USLE dengan mengganti faktor R erosivitas hujan
dengan faktor aliran William 1975. Memperhitungkan pergerakan sedimen pada DAS berdasar pada kejadian
hujan tunggal single event pendekatan Sediment yield dari Sub DAS ton dalam metode MUSLE, berikut persamaan rumus yang digunakan dalam menentukan
laju sedimen.
Sed
’
= 11,8 Q
surf
.q
peak
.area
0,56
.K
USLE
.C
USLE
.P
USLE
.LS
USLE
…………………21 Keterangan :
Sed’ = Sediment yield dari Sub DAS ton
q
peak
= Puncak laju run-off m
3
s Q
surf
= Run-off mm area
= Luas Sub DAS ha K
USLE
= USLE soil erodibility factor C
USLE
= USLE cover and management factor P
USLE
= USLE support practice factor LS
USLE
= USLE topographic factor Berdasarkan persamaan metode MUSLE tersebut maka dapat ditentukan
besar pelepasan sedimen dengan berbagai kriteria pada metode USLE K, C, P, L, dan S, analisis perhitungan dan nilai kriteria metode USLE terdapat pada
lampiran 16, 17, dan 18. Analisis data laju sedimen dengan metode MUSLE dengan data analisis
yang dimulai pada tanggal 10 Desember 2009 sampai 14 April 2010 dengan menggunakan data debit hasil kalkulasi Tank Model, berikut ini Tabel 19
mengenai total laju sedimen dari berbagai penggunaan lahan di MDM Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu.
Tabel 19 Total laju sedimen di MDM Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu
Bulan Tahun
Debit Aliran
Laju sedimen Tonhatahun mm
Hutan Sawah tadah hujan Ladangtegalan Pemukiman
250,5 ha 75,80 ha
85,70 ha 11,40 ha
Desember 2009
50,328
0,0219 0,6106
1,7104 0,0153
Januari 2010
118,482
0,0615 1,8987
5,3219 0,0471
Februari 2010
235,239
0,1767 4,5583
12,7637 0,1145
Maret 2010
149,625
0,0666 2,0377
5,7112 0,0505
April 2010
67,165
0,0288 0,7861
2,2019 0,0197
Total 622,208
0,3554 9,8915
27,7091 0,2470
Berdasarkan hasil analisis data penjumlahan antara laju sedimen lateral surface flow dan base flow dengan laju sedimen berasal dari Sub-DAS dengan
menggunakan metode MUSLE diperoleh laju sedimen tertinggi pada bulan Februari 2010 pada penggunaan lahan ladangtegalan sebesar 12,7637
tonhabulan atau setara 2,3091 mmtahun dengan total laju sedimen lahan ladangtegalan sebesar 27,7091 tonhatahun, laju sedimen tertinggi tersebut
dengan debit aliran tertinggi sebesar 235,24 mm. Sedangkan laju sedimen terkecil pada bulan Desember 2009 pada penggunaan lahan pemukiman sebesar 0,0153
tonhabulan dengan total laju sedimen hutan 0,2470 tonhatahun dan debit aliran sebesar 50,33 mm.
Laju sedimen pada setiap penggunaan lahan terbesar pada lahan ladangtegalan sebesar
27,7091
tonhatahun, sedangkan terkecil pada lahan pemukiman sebesar 0,2470 tonhatahun. Pada penggunaan lahan sawah tadah
hujan dan hutan adalah
9,8915
tonhatahun dan 0,3554 tonhatahun, total laju sedimen dengan menggunakan metode MUSLE sebesar 38,203 tonhatahun dan
total laju sedimen berdasarkan hasil observasi dengan persamaan rumus sebesar 0,9033 tonhatahun.
Analisis laju sedimen dari data tanggal 10 Desember 2009 sampai 14 April 2010 di MDM Cisampora diperoleh total laju sedimen sebesar 38,203
tonhatahun atau setara dengan 3,184 mmtahun. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 52 Kpts-II2001 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan DAS,
besarnya laju sedimen dalam kisaran antara 2 dan 5 mmtahun termasuk dalam kategori sedang 3,184 mmtahun. Berikut ini Tabel 20 mengenai kategori kinerja
suatu DAS berdasarkan laju sedimen dalam satuan mmtahun. Tabel 20 Kategori kinerja DAS berdasarkan laju sedimen
No Laju Sedimen mmtahun
Kategori Kelas 1
2 Baik
2 2 – 5
Sedang 3
5 Buruk
Sumber: SK Menteri Kehutanan No. 52Kpts-II2001.
Berdasarkan kategori tersebut bahwa laju sedimen dengan menggunakan metode MUSLE 3,184 mmtahun di MDM Cisampora termasuk dalam kategori
sedang. Metode MUSLE sebagai bentuk evaluasi untuk mengkalibrasi hasil sedimen observasi sediment discharger rating curve.
Hubungan antara hasil sedimen observasi dan metode MUSLE dapat menggunakan hubungan linear regresi dengan melihat nilai koefesien determinasi
R
2
least squares estimate. Berikut ini Gambar 21 mengenai hubungan regresi antara laju sedimen hasil observasi dan metode MUSLE.
Gambar 21 Grafik hubungan laju sedimen observasi dan metode MUSLE. Laju sedimen menggunakan metode MUSLE merupakan penjumlahan
antara laju sedimen lateral surface flow dan base flow dengan laju sedimen HRU dari MDM Cisampora dengan laju sedimen harian. Analisis hubungan regresi
antara laju sedimen observasi dengan laju sedimen metode MUSLE menunjukkan korelasi yang kuat dengan dengan nilai R
2
sebesar 0,835. Hal ini menunjukan bahwa metode MUSLE dapat digunakan dalam pendugaan laju sedimen, karena
pendugaan laju sedimen pada penelitian ini cukup baik dan akurat. Persamaan regresi laju sedimen regresiobservasi dengan laju sedimen metode MUSLE :
Qs Ms = 33,28Qs Obs + 0,064…………….……………...............…….…22 Berdasarkan sumber peta digital atribut penggunaan lahan DTA SPAS
Cisampora sebesar 423,4 ha yang terdiri dari 250,5 ha hutan, pemukiman 11,4 ha, sawah tadah hujan 75,8 ha dan tegalanladang 85,7 ha BPDAS 2009. Adanya
tutupan lahan tegakan pohon, karena hutan berfungsi sebagai daerah resapan air. Laju sedimen termasuk dalam kategori sedang yang menunjukkan kinerja MDM
Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu masih baik dan indikasi dari berfungsinya hutan sebagai daerah resapan air.
Laju sedimentasi merupakan proses alami dari biofisik daur hidrologi, sehingga menjadi perhatian penting ketika bahaya laju sedimen pada tingkat
rawan bencana seperti banjir dan longsor. Berikut ini Gambar 22 mengenai sebaran laju sedimen berdasarkan jenis penggunaan lahannya.
Gambar 22 Peta sebaran nilai laju sedimen menggunakan metode MUSLE. Pada Gambar 25 diketahui besarnya laju sedimen sangat dipengaruhi oleh
curah hujan, jenis tanah, topografi, kelerangan dan kegiatan manusia. Peta laju sedimen ini merupakan gabungan dari layout penggunaan lahan, topografi,
kelerangan, jenis tanah, dan kegiatan manusia berdasarkan kriteria dalam penentuan persamaan MUSLE.
Nilai laju sedimen tersebut mempresentasikan kualitas tutupan lahan hutan di daerah tangkapan air yang masih cukup baik secara keseluruhan, karena laju
sedimen termasuk dalam kategori sedang. Hal ini disebabkan fungsi hutan yang mampu meresapkan air ke dalam tanah, meningkatkan kapasitas inflitrasi tanah
dan menghambat proses sedimentasi, akan tetapi pada lahan hutan memiliki laju sedimen base flow terbesar yang mengindikasikan bahwa air masuk ke dalam
tanah menjadi air tanah storage sehingga terjadi aliran air tanah ke sungai.
Selain itu faktor yang sangat mempengaruhi laju sedimen antara lain iklim, tanah, topografi, tindak campur tangan manusia Suripin 2001.
Berdasarkan nilai yang diperoleh laju sedimen terbesar pada penggunaan lahan ladangtegalan dan urutan kedua sawah tadah hujan, hal ini harus menjadi
perhatian penting untuk mencegah dan memperbaiki kualitas tutupan lahan agar tidak semakin besar dampaknya yang dapat menyebabkan terjadinya banjir dan
longsor. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi GERHAN pada penggunaan lahan tegalanladang dan sawah tadah hujan serta penyuluhan yang
intensif agar dapat memonitoring dan mengevaluasi dengan berbagai tindakan konservasi tanah dan air.
5.5 Analisis Neraca Air di MDM Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu