2.3 Aplikasi Tank Model Generic Algorithm Optimization
Model merupakan representasi atau gambaran tentang sistem, obyek atau kejadian. Representasi tersebut dinyatakan dalam bentuk sederhana sehingga
mudah dipahami dan digunakan untuk berbagai tujuan pemanfaatan. Model hidrologi untuk daerah aliran sungai sebagai analisis data, kategori utamanya
dapat dibedakan menjadi model dengan lumped parameters dengan parameter terdistribusi. Beberapa model hidrologi dengan sistem lumped parameter antara
lain: Mocks model, Dowdy-ODonell, NAM Model, Tank Model, Simple Deterministic Model, Stanfford Model. Sedangkan parameter terdistribusi antara
lain ANSWERS, FESHM, dan AGNPS. Tank Model adalah salah satu model hidrologi yang gunanya untuk
menganalisis karakteristik aliran sungai. Model ini dapat memberikan informasi mengenai kualitas air dan untuk memprediksi banjir Setiawan 2003. Sugawara
1961 diacu dalam Rudiyanto dan Setiawan 2003 menyatakan bahwa Tank Model mengasumsikan besarnya limpasan dan infiltrasi merupakan fungsi dari
jumlah air yang tersimpan di dalam tanah atau tampungan air di bawah permukaan.
Model ini menerima masukan data harian hujan, evapotranspirasi dan debit sungai dalam satuan mmhari sebagai parameter tank model. Tank model tersusun
atas empat reservoir vertikal, dimana bagian atas mempresentasikan Surface
Reservoir, di bawahnya Intermediate Reservoir, kemudian Sub-base Reservoir dan paling bawah Base Reservoir. Dalam konsep Tank Model ini air dapat
mengisi reservoir di bawahnya, dan bisa terjadi sebaliknya bila evapotranspirasi sedemikian berpengaruh Setiawan 2003.
Wulandari 2008 menyatakan bahwa hasil optimasi Tank Model didapatkan 12 parameter untuk menduga karakteristik hidrologi di sub DAS Cisadane Hulu
dimana laju aliran terbesar menuju Tank pertama Ha2 yakni sebesar 63,28 mm, dengan aliran terbesar yakni sub-base flow sebesar 130,973 mm 39,44. Dan
didapatkan R korelasi dan EI Efisiensi yakni 0,85 dan 0,73 mendekati nilai 1 yang berarti bahwa model ini mempresentasikan karakteristik sub DAS Cisadane
Hulu dengan baik, dimana luas cakupan daerah tangkapan air DTA SPAS Cisadane Hulu sebesar 1783,9 ha. Kondisi umum pada penutupan lahan di sekitar
SPAS Cisadane Hulu didominasi oleh hutan seluas 837,65 ha 46,7, semak belukar seluas 491,99 ha 27,5 dan tegalan seluas 219,17 ha 12,2.
Harmailis et al 2001 menyatakan Tank Model yang telah divalidasi dan telah diuji keabsahannya dengan tolak ukur koefisien determinasi R
2
dapat dilanjutkan untuk analisis hidrologi salah satunya adalah simulasi perubahan tata
guna lahan dan kaitannya terhadap ketersediaan airdebit sungai. Bangun 2010 menyatakan hasil optimasi Tank Model di Sub-DAS Cipeucang hasil analisis pada
tahun 2009 diperoleh koefisien determinasi R
2
sebesar 0,703 dengan persentase total aliran surface flow 49,668, intermediate flow 9,081, sub base flow
48,25, dan base flow 37,71. Penutupan lahan Sub-DAS Cipeucang seluas 110,7 ha terdiri dari semak belukar 77,05, tegalan 17,61, sawah irigasi dan
tadah hujan 4,79 dan pemukiman 0,56.
2.4 Siklus Hidrologi