suatu kerangka pemikiran tentang menyukai atau tidak menyukai suatu objek yang bergerak menuju atau menjauhinya. Kotler, 1997.
2.1.3 Definisi dan Karakteristik Konsumen
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk
hidup dan tidak untuk diperdagangkan. Definisi konsumen tersebut dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Konsumen
diartikan sebagai konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi
meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial dan lembaga lainnya sekolah, perguruan tinggi dan rumah sakit.
Menurut Engel et. al. 1994, terdapat tiga variabel yang berguna dalam menggambarkan karakteristik konsumen dalam pangsa pasar target, yaitu
kepribadian, psikografi, dan demografi. Kepribadian didefinisikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Profil psikografi digunakan sebagai
ukuran operasioanal dalam gaya hidup, yaitu pada pengukuran kegiatan, minat dan opini pembeli. Variabel yang termasuk dalam profil demografi meliputi usia, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, status pernikahan, tempat tinggal, ukuran keluarga,
Universitas Sumatera Utara
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Perbedaan kondisi demografi konsumen akan mempengaruhi konsumsi produk dan jasa, yaitu mengakibatkan perbedaan
kebutuhan, selera dan kesukaan terhadap merek. Pemasar perlu mengetahui dengan pasti variabel demografi yang dijadikan dasar untuk segmentasi pasar produknya.
Karakteristik konsumen meliputi pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen dan karakteristik demografi konsumen. Konsumen yang
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak mengenai produk mungkin tidak termotivasi untuk mencari informasi, karena sudah merasa cukup dengan
pengetahuan yang dia miliki untuk mengambil keputusan. Konsumen yang memiliki kepribadian senang mencari informasi akan meluangkan waktu untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi. Konsumen yang berpendidikan tinggi akan lebih senang mencari informasi yang
banyak mengenai suatu produk sebelum memutuskan untuk membeli. a. Merek
Merek brand didefinisikan oleh Kotler 1995 sebagai suatu nama, istilah, tanda, lambang atau desain atau gabungan semua yang diharapkan mengidentifikasi
barang atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa tersebut dari produk-produk milik pesaing. Merek
juga dapat menambah nilai suatu produk, sekaligus mempermudah konsumen dalam
Universitas Sumatera Utara
mengidentifikasi barang atau jasa serta menyakinkan konsumen akan memperoleh kualitas barang yang sama jika melakukan pembelian ulang.
Pemberian nama merek pada produk, tentu membawa konsekuensi kepada perusahaan untuk memyediakan anggaran biaya yang cukup besar, baik untuk
pengemasan, pelabelan maupun perlindungan hukum, selain adanya resiko bahwa produk-produk tersebut ternyata tidak dianggap memuaskan oleh konsumen.
Walaupun membutuhkan biaya yang tinggi namun perusahaan lebih suka memberikan nama merek kepada produk-produknya karena pemberian merek paling
tidak memberikan 5 lima keuntungan kepada perusahaan, yaitu 1 merek memudahkan penjual untuk mengelola pesanan-pesanan dan menekankan
permasalahan, 2 nama merek dan tanda dagang secara hukum akan melindungi penjual dari pemalsuan ciri-ciri produknya yang mungkin ditiru oleh pesaingnya, 3
merek memberi penjual peluang kesetian konsumen terhadap produknya, 4 merek dapat membantu penjual dalam mengelompokan pasar kedalam segmen-segmen dan
5 dengan adanya merek yang baik dapat membangun citra perusahaan Kotler, 1995.
Selain itu, pemberian merek juga membantu perusahaan dalam mempertahankan stabilitas harga dan mengurangi perbandingan harga oleh pembeli.
Selain memberikan keuntungan bagi perusahaan, pencantuman merek pada produk- produk juga memberikan keuntungan bagi pihak lain, seperti distributor, konsumen
maupun masyarakat secara umum. Bagi distributor, adanya penggunaan merek akan
Universitas Sumatera Utara
memberikan kemudahan dalam hal penanganan produk, mengidentifikasi pembekal supplier, meminta produsen agar bertahan pada standar tertentu dan juga
meningkatkan pilihan bagi pembeli. Sedangkan bagi konsumen, dengan adanya pencantuman merek pada produk-produk akan mempermudah mereka untuk
mengenali perbedaan kualitas atau membuat kegiatan belanja menjadi efisien serta melindungi konsumen karena produsen produk berkualitas adalah jelas, adanya
keseragaman kualitas pada produk bermerek dan adanya kecenderungan produsen untuk meningkatkan kualitas produk Kotler, 1995. Sementara bagi masyarakat
secara umum, pemberian merek pada produk-produk memberikan keuntungan dalam hal kualitas yang lebih baik dan konsisten, tingkat inovasi dalam masyarakat menjadi
lebih tinggi karena setiap perusahaan bersaing dan meningkatkan efisiensi di pihak pembeli.
Tujuan semua pengelolapemilik adalah untuk mengukuhkan kesetiaan konsumen secara berkesinambungan terhadap merek. Loyalitas merek penting karena
loyalitas ini akan menyebabkan pembelian ulang oleh konsumen dan penyampaian rekomendasi kepada orang lain untuk membeli merek yang dimaksud. Selain itu,
alasan yang paling dipertimbangkan oleh pengelolapemilik merek adalah karena dibutuhkan usaha dan waktu lima kali lebih banyak untuk mencari konsumen baru
daripada mempertahankan konsumen yang sudah ada dan adanya kenaikan loyalitas konsumen akan meningkatkan keuntungan bagi pemilik.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kotler 1995, merek dapat memiliki enam tingkatan pengertian, yaitu atribut, mamfaat, nilai, budaya, kepribadian dan pemakai. Merek yang kuat
adalah merek yang memiliki ekuitas merek yang tinggi, semakin tinggi ekuitas merek semakin tinggi tingkat kesetiaan, kesadaran nama, mutu yang diyakini, hubungan
merek yang kuat dan aktiva lainnya seperti paten, hak dagang dan hubungan distribusi.
b. Loyalitas Merek Pengertian loyalitas merek adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap
suatu merek. Loyalitas merek merupakan inti dari ekuitas merek brand equity yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan satu ukuran
keterkaitan seseorang pelanggan pada sebuah merek. Apabila loyalitas merek meningkat, maka kerentanan kelompok pelanggan dari serangan kompetitor dapat
dikurangi. Hal ini merupakan suatu indikator dari brand equity yang berkaitan dengan perolehan laba dimasa yang akan datang karena loyalitas merek secara langsung
dapat diartikan sebagai penjualan dimasa depan. Salah satu alasan bahwa efek substitusi lebih besar pada periode interval
jangka panjang daripada jangka pendek adalah karena individu mengembangkan kebiasaan pengeluaran yang tidak mudah berubah. Contohnya, ketika dihadapkan
pada berbagai merek yang berbeda–beda yang mengandung produk dasar yang
Universitas Sumatera Utara
sama, individu akan membentuk loyalitas pada merek tertentu dan membelinya secara teratur. Perilaku ini masuk akal karena membuat individu tidak perlu selalu
mengevaluasi produk yang dikonsumsinya. Berarti, biaya yang timbul dari pembuatan keputusan akan berkurang. Loyalitas pada merek juga akan mengurangi
kecenderungan substitusi merek, sekalipun terdapat perbedaan harga jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang, perbedaan harga dapat menggoda pembeli untuk
mencoba merek lain dan karenanya akan mengubah loyalitasnya. Loyalitas merek merupakan inti dari ekuitas merek. Suatu produk dapat
mempunyai nama, kualitas yang baik, asosiasi merek yang cukup dikenal, tetapi belum tentu mempunyai loyalitas merek. Sebaliknya, produk yang mempunyai
loyalitas merek dapat dipastikan memiliki nama, kualitas yang baik dan memiliki asosiasi merek yang cukup dikenal Umar, 2000.
Menurut Aaker dalam Durianto 2001, loyalitas merupakan hasil akumulasi pengalaman penggunaan produk, dan tingkatan loyalitas merek adalah sebagai
berikut: 1.
Switcherprice buyer pembeli yang berpindah-pindah. Adalah tingkatan loyalitas yang paling dasar. Semakin sering pembelian konsumen berpindah dari
suatu merek ke merek yang lain mengidentifikasikan bahwa mereka tidak loyal, semua merek dianggap memadai. Dalam hal ini merek memegang peranan yang
kecil dalam keputusan pembelian. Ciri paling jelas dalam kategori ini adalah
Universitas Sumatera Utara
2. Habitual buyer pembeli yang bersifat kebiasaan. Adalah pembeli yang tidak
mengalami kepuasan dalam mengkonsumsi suatu merek produk. Tidak ada alasan kuat baginya untuk membeli merek produk lain atau berpindah merek,
terutama jika peralihan itu membutuhkan usaha, biaya, atau pengorbanan lain. Jadi ia membeli suatu merek karena alasan kebiasan.
3. Satisfied buyer pembeli yang puas dengan biaya peralihan. Adalah pembeli
yang puas dengan merek yang mereka konsumsi. Namun mereka dapat saja berpindah ke merek lain dengan menanggung switching cost biaya peralihan,
seperti waktu, biaya, atau resiko yang timbul akibat tindakan peralihan merek tersebut. Untuk menarik peminat pembeli kategori ini, pesaing perlu mengatasi
biaya peralihan yang harus ditanggung pembeli dengan menawarkan berbagai manfaat sebagai kompensasi.
4. Likes the brand menyukai merek. Adalah pembeli yang sungguh-sungguh
menyukai merek tersebut. Rasa suka didasari oleh asosiasi yang berkaitan dengan simbol, rangkaian pengalaman menggunakan merek tersebut sebelumnya, atau
persepsi kualitas yang tinggi. 5.
Committed buyer pembeli yang berkomitmen atau customer referral. Adalah pembeli yang setia dan memiliki kebanggaan dalam menggunakan suatu merek.
Ciri yang utama dari kategori ini adalah tindakan pembeli untuk
Universitas Sumatera Utara
Loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan konsumen kepada sebuah merek Durianto, 2001. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang
mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek yang lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut
lain. Seorang pelanggan yang sangat loyal kepada suatu merek tidak akan dengan
mudah memindahkan pembeliannya ke merek lain, apapun yang terjadi dengan merek tersebut. Bila loyalitas konsumen terhadap suatu produk meningkat, kerentanan
kelompok konsumen tersebut dari ancaman dan serangan merek produk pesaing dapat dikurangi. Dengan demikian, loyalitas merek merupakan salah satu indikator inti dari
ekuitas merek yang jelas terkait dengan peluang penjualan, yang berarti pula jaminan perolehan laba perusahaan dimasa mendatang. Konsumen yang loyal pada umumnya
akan melanjutkan pembelian merek tersebut walaupun dihadapkan kepada banyak alternatif merek produk pesaing yang menawarkan karakteristik produk yang lebih
unggul dipandang dari berbagai sudut atributnya. Bila banyak pelangan dari suatu merek masuk dalam kategori ini berarti merek tersebut memiliki ekuitas merek yang
kuat. Sebaliknya, konsumen yang tidak loyal kepada suatu merek, pada saat mereka melakukan pembelian akan merek tersebut, pada umumnya tidak didasarkan karena
ketertarikan mereka pada mereknya tetapi lebih didasarkan kepada karakteristik
Universitas Sumatera Utara
produk, harga dan kenyamaan pemakaiannya ataupun berbagai atribut lain yang ditawarkan oleh merek produk alternatif. Bila sebagian besar konsumen dari suatu
merek termasuk dalam kategori ini berarti kemungkinan ekuitas merek tersebut lemah.
Kotler 1995 menyatakan bahwa loyalitas merek dapat memberikan nilai kepada perusahaan atau produsen, diantaranya:
1 Mengurangi biaya pemasaran. Dalam kaitannya dengan biaya pemasaran, akan
lebih murah mempertahankan pelanggan dibandingkan dengan upaya untuk mendapatkan pelanggan baru. Jadi, biaya pemasaran akan mengecil jika
loyalitas merek meningkat.
2 Meningkatkan perdagangan. Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan
meningkatkan perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara pemasaran. 3
Menarik konsumen baru. Perasaan puas dan suka terhadap suatu merek akan menimbulkan perasaan yakin bagi calon konsumen untuk mengkonsumsi
merek tersebut dan biasanya akan merekomendasi mempromosikan merek yang dipakainya kepada orang lain, sehingga kemungkinan dapat menarik
konsumen baru.
4 Memberi waktu untuk merespon ancaman Persaingan. Bila pesaing
mengembangkan produk yang lebih unggul, konsumen yang loyal akan memberikan waktu bagi perusahaan untuk merespon pesaing dengan
memperbaharui produknya.
2.2. Loyalitas Konsumen 2.2.1 Pengertian Loyalitas Konsumen