Analisa Tapak/Site
4.3. Analisa Tapak/Site
4.3.1. Analisa Pemilihan Lokasi Tapak/Site Tujuan
Analisa pemilihan lokasi tapak/site bertujuan untuk memperoleh lokasi tapak/site yang mendukung keberadaan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.
Dasar Pertimbangan
Dasar pertimbangan analisa pemilihan lokasi tapak/site sebagai berikut.
1) Lokasi tapak/site berada atau berdekatan dengan kawasan budaya di
Surakarta.
2) Lokasi tapak/site sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota
(RUTRK) dan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP).
3) Lokasi tapak/site mudah dicapai dari lokasi-lokasi di sekitarnya dan
dari pusat kota.
commit to user
bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah. Potensi yang diinginkan antara lain sebagai berikut.
a) Mayoritas bangunan di lokasi tapak/site merupakan perkampungan atau hunian.
b) Lokasi tapak/site memiliki suasana alami yang dapat ditunjukan dengan keberadaan sawah, sungai, pepohonan, dan lainnya.
5) Sebagian besar tapak/site memiliki ketenangan untuk kegiatan seni
dan kegiatan berhuni para seniman.
Analisa
Dari dasar pertimbangan di atas terdapat tiga alternatif lokasi site yang berpotensi, yakni sebagai berikut.
1) Daerah Sumber
Sumber merupakan salah satu daerah di Surakarta yang masuk dalam SWP VII yang 90 % lahannya diperuntukkan bagi perumahan/pemukiman sehingga sangat tepat digunakan untuk kegiatan berhuni para seniman. Daerahnya berdekatan dengan salah satu titik budaya di Surakarta, yakni Taman Balekambang yang di dalamnya terdapat gedung kethoprak dan pernah sebagai tempat tinggal para seniman kethoprak tobong. Di gedung inilah grup Srimulat lahir dan pernah mengalami kejayaan. Keberadaan gedung kethoprak tersebut akan mendukung bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dari sisi pariwisata dan pelestarian budaya.
commit to user
Barat merupakan akses utama ke lokasi dari arah barat. Keberadaan terminal Tirtonadi di sebelah timur mempermudah akses dari daerah lain (terutama dari luar kota). Daerah ini mudah dicapai dari pusat kota yang terletak sekitar 6 km di sebelah tenggara apalagi didukung oleh tranportasi yang memadai, antara lain bus, taxi, dan angkutan kota. Keberadaan terminal Tirtonadi di sebelah timur mempermudah akses dari daerah lain (terutama dari luar kota).
Sebagaimana peruntukkan lahannya maka mayoritas bangunan di daerah Sumber adalah hunian berupa perumahan dan perkampungan. Beberapa lahan di daerah ini masih dimanfaatkan untuk kegiatan bertani. Keberadaan sungai Bengawan Solo, sungai kecil, pepohonan, dan persawahan merupakan potensi untuk memperkuat suasana kampung di dalam kawasan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang direncanakan.
2) Daerah Mojosongo
Daerah Mojosongo masuk dalam SWP VII dengan kondisi alam dari sebagian besar lahannya masih terjaga. 90 % lahan di daerah
Gambar 4.4. Daerah Sumber Sumber: Google Earth, Diakses 15 Oktober 2011
commit to user
digunakan untuk kegiatan berhuni para seniman. Kontur tanah yang berbukit-bukit dan keberadaan kampung-kampung di dalamnya mendukung bagi bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang direncanakan. Daerah ini mudah dicapai dari ringroad utara penghubung Surakarta, Karanganyar, dan Sragen. Namun, letaknya yang cukup jauh dari pusat kota membuat daerah ini sedikit sulit untuk dicapai para wisatawan dari pusat kota apalagi keberadaanya jauh dari kawasan budaya sehingga kurang mendukung bagi berdirinya Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.
3) Daerah Ngarsopuro
Kawasan Ngarsopuro berada di sebelah utara Jalan Brigjen Slamet Riyadi dan di sebelah selatan Puro Mangkunegaran yang merupakan salah satu peninggalan sejarah Kota Surakarta. Kawasan ini masih termasuk dalam wilayah segitiga budaya Surakarta, yaitu wilayah yang meliputi Keraton Kasunanan Surakarta, Puro Mangkunegaran, dan Pasar Gedhe. Tabel Fungsi Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Surakarta (lihat Tabel 3.1 bab III) menyatakan bahwa 10 % dari
Gambar 4.5. Daerah Mojosongo Sumber: Google Earth, Diakses 15 Oktober
2011
commit to user
%-nya adalah wilayah pengembangan kebudayaan.
Keberadaan Jalan Brigjen Slamet Riyadi, Jalan R. A. Kartini, Jalan Pangeran Diponegoro, dan Jalan Ronggowarsito dengan sirkulasi jalan yang cukup baik membuat kawasan ini memiliki aksesibilitas atau tingkat pencapaian yang cukup tinggi dari segala arah. Potensi bagi bagi terciptanya nuansa kampung pada bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah sangat rendah meskipun di daerah ini terdapat Kampung Nonongan dan berdekatan dengan Kampung Kauman tetapi kondisi alamnya kurang mendukung.
Gambar 4.6. Daerah Ngarsopuro Sumber: Google Earth, Diakses 15 Oktober 2011
commit to user
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa ketiga allternatif lokasi site memiliki potensi besar. Oleh karena itu, diperlukan suatu penilaian untuk mengetahui lokasi site yang paling tepat untuk Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah. Berikut disajikan tabel penilaian ketiga alternatif lokasi site Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.
No. Aspek Yang Dinilai
Daerah Sumber
Daerah Mojosongo
Daerah Ngarsopuro
1 Kedekatan dengan kawasan budaya
pencapaian dari daerah sekitar dan pusat kota
nuansa kampung
Sumber : Analisa Penulis, 2011
Tabel 4.31. Penilaian Alternatif Site Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah
commit to user
Berdasarkan analisa di atas diketahui bahwa daerah Sumber lebih berpotensi untuk dijadikan sebagai lokasi site Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah karena memiliki nilai yang lebih tinggi daripada daerah lainnya. Oleh karena itu, daerah Sumber dipilih sebagai lokasi site Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.
4.3.2. Analisa Penentuan Tapak/Site Tujuan
Analisa penentuan tapak/site bertujuan untuk memperoleh site Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang tepat dan mendukung semua kegiatan seni di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.
Dasar Pertimbangan
Dasar pertimbangan dalam analisa penentuan tapak/site sebagai berikut.
1) Tapak/site merupakan lahan kosong atau lahan dari suatu bangunan
yang sudah tidak layak dan tidak berfungsi.
Gambar 4.8. Lokasi Tapak/Site Terpilih (Daerah Sumber) Sumber: Google Earth, Diakses 15 Oktober 2011
commit to user
dilindungi (cagar budaya).
3) Luas tapak/site mencukupi
Luas tapak/site Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang diperlukan dapat diketahui melalui perhitungan sebagai berikut.
Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah didesain dengan nuansa kampung di dalamnya sehingga diperlukan pengolahan landscape ruang terbuka hijau yang luas, diasumsikan 80 % site adalah ruang terbuka yang terdiri dari jalan-jalan sirkulasi dan vegetasi. Jadi, luas site yang diperlukan dapat diperoleh dari perhitungan sebagai berikut. Luas lantai dasar = luas keseluruhan – luas lantai 2 pada griya ageng
= 14913.6 m 2 – 3126 m 2 = 11787.6 m 2
Luas site = luas lantai dasar + (80 % x luas site)
= 11787.6 m 2 + 0.8 x (luas site)
0.2 x (luas site)
= 11787.6 m 2
Luas site = 58938 m 2 (luas minimal)
4) Tapak/site mudah dicapai dari jalan-jalan besar.
5) Tapak/site berada di lingkungan yang mendukung bagi terciptanya nuansa kampung pada bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang direncanakan, yakni berada di lingkungan perkampungan.
commit to user
menghuni Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah memerlukan ketenangan dan karakter seni pertunjukan tradisional Jawa Tengah yang dipentaskan secara non formal tidak menginginkan adanya kebisingan terutama kebisingan dari jalan raya.
7) Tapak/site memiliki sistem utilitas yang baik, antara lain jaringan
listrik, telepon, dan air.
8) Tapak/site berdekatan dengan fasilitas umum lain yang mendukung bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.
Analisa
Dari dasar pertimbangan di atas diperoleh dua alternatif tapak/site sebagai berikut.
1) Tapak/site 1 di sebelah selatan Jalan Kahuripan Utara
Gambar 4.9. Alternatif Site 1
Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011
commit to user
Kedua alternatif memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai tapak/site Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah, yakni sebagai berikut.
1) Kedua tapak/site merupakan lahan persawahan yang tanahnya masih subur sehingga sangat cocok ditanami pepohonan-pepohonan yang biasa tumbuh di kampung-kampung, seperti mangga, rambutan, bambu, dan lain-lain.
2) Tapak/site 1 memiliki luas 65690 m 2 sedangkan tapak/site 2
memiliki luas 41215, 65 m 2 .
3) Kedua tapak/site mudah dicapai dari jalan raya karena letaknya berada sekitar 250 m dari Jalan Kahuripan Barat, yakni jalan besar yang merupakan akses utama ke dalam site dan terhubung oleh Jalan Kahuripan Utara yang berada tepat di sebelah utara tapak/site.
Gambar 4.11. Kondisi Eksisting Site 1 (kiri) Dan Site 2 (kanan) Berupa Persawahan
Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011
Gambar 4.10. Alternatif Site 2 Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011
commit to user
4) Lingkungan kedua tapak/site adalah perkampungan dan perumahan sehingga sangat mendukung bagi terciptanya suasana kampung pada bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang direncanakan.
5) Kedua tapak/site berada di lingkungan yang cukup tenang untuk kegiatan seni dan kegiatan berhuni para seniman. pemukiman- pemukiman di sebelah barat tapak/site menghalangi noise yang berasal dari suara kendaraan bermotor di Jalan Kahuripan Barat.
Gambar 4.14. Kondisi Lingkungan Site Yang Tenang
Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011
Gambar 4.13. Kondisi Perkampungan di Sebelah Timur Site
Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011
commit to user
listrik, telepon, dan saluran irigasi. Saluran-saluran air bermuara di Sungai Bengawan Solo yang berada sekitar 230 m di sebelah selatan. Saluran irigasi sawah merupakan potensi untuk sanitasi air kotor Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.
7) Kedua tapak/site berdekatan dengan Gedung Kethoprak Balekambang di seberang Sungai Bengawan Solo yang merupakan pendukung bagi beroperasinya bangunan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah dalam bidang pariwisata dan pelestarian budaya.
Gambar 4.16. Potensi Kedua Alternatif Site
Sumber: Analisa Penulis, 2011
Gambar 4.15. Saluran Iringasi di Dalam Site Sumber: Hasil Survey Penulis, 2011
commit to user
atas dipilih tapak/site 1 sebagai tapak/site Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah karena memiliki luas yang lebih mencukupi,
yakni 65690 m 2 > 58938 m 2 .
Hasil Analisa
Berdasarkan analisa di atas diperoleh tapak/site di Kelurahan Sumber RT 04 RW 06, Banjarsari, Surakarta dengan batas eksisting sebagai berikut
1) Sebelah utara: Jalan Kahuripan Utara dan persawahan
2) Sebelah timur: SMP Nur Hidayah dan perkampungan
3) Sebelah selatan: perkampungan
4) Sebelah barat: Perumahan Griya Purwantara, perkampungan, dan
Jalan Kahuripan Barat
commit to user
4.3.3. Analisa Pencapaian Tapak/Site Tujuan
Analisa pencapaian tapak/site bertujuan untuk menentukan main entrance (ME) dan side entrance (SE) yang aksesibel sehingga pengunjung dan penghuni mudah masuk atau keluar site.
Dasar Pertimbangan
Fungsi ME sebagai gerbang depan atau gerbang utama yang melayani keluar masuk pengunjung dan penghuni. menuju ke semua bangunan. Oleh karena itu, dalam penentuan ME harus berdasarkan pertimbangan sebagai berikut.
1) ME mudah dikenali pengunjung dan penghuni
2) ME mudah dicapai oleh kendaraan maupun pejalan kaki.
commit to user
jalan yang paling besar, paling ramai, dan paling lancar arus lalu lintasnya di antara jalan-jalan yang ada di sekitar site.
4) Sirkulasi dari jalan menuju ME jelas.
5) Keberadaan ME tidak mengganggu arus lalu lintas. Oleh karena itu, letak ME tidak boleh kurang dari 30 meter dari perempatan atau pertigaan jalan agar tidak terjadi crossing atau macet.
Fungsi SE sebagai gerbang samping yang melayani keluar masuk penghuni dan para penjual di pasar tradisional. Oleh karena itu, dalam penentuan SE harus berdasarkan pertimbangan sebagai berikut.
1) SE mudah dikenali oleh penghuni sebagai gerbang alternatif.
2) SE mudah dicapai oleh kendaraan maupun pejalan kaki terutama
kendaraan service.
3) SE berdekatan dan berhubungan langsung dengan jalan sekunder atau jalan yang lebih sepi daripada jalan yang berdekatan dengan ME dan arus lalu lintasnya lancar.
4) Sirkulasi dari jalan menuju SE jelas.
5) Keberadaan SE tidak mengganggu arus lalu lintas. Oleh karena itu, letak SE tidak boleh kurang dari 30 meter dari perempatan atau pertigaan jalan agar tidak terjadi crossing atau macet.
Analisa
Tapak/site terpilih dikelilingi oleh Jalan Kahuripan Utara, perkampungan, dan persawahan. Jalan Kahuripan Utara merupakan jalan satu-satunya yang menghubungkan site dengan Jalan Kahuripan Barat,
commit to user
Jalan Kahuripan Utara tersebut pengunjung lebih mudah mencapai tapak/site karena frekuensi pengguna Jalan Kahuripan Barat lebih besar daripada pengguna jalan di kampung-kampung sekitar. Selain itu, transportasi di Jalan Kahuripan Barat cukup memadai meliputi bus, angkutan, taxi, dan lain-lain. Letak tapak/site dari perlimaan Jalan Kahuripan Barat lebih dari 30 meter sehingga tidak mengganggu lalu lintas di jalan tersebut.
Hasil Analisa
Berdasarkan analisa di atas dapat ditentukan letak ME berada di sisi Jalan Kahuripan Utara karena lebih menguntungkan bagi operasional Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah. SE ditentukan berada di sekeliling samping dan belakang tapak/site dengan alasan bahwa nuansa kampung akan lebih terasa jika memiliki akses masuk yang banyak terutama SE. Perletakan SE ini dilakukan dengan
Gambar 4.18. Potensi Pencapaian Site Sumber: Analisa Penulis, 2011
commit to user
Tradisional Jawa Tengah yang masih merupakan lahan bangunan. Jalan- jalan pada sisi SE ini selain terhubung oleh Jalan Kahuripan Utara juga terhubung dengan jalan-jalan kampung di sebelah selatan tapak/site sehingga merupakan akses sekunder terutama bagi warga kampung di sekitarnya yang ingin menyaksikan pentas di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah.
4.3.4. Analisa Kebisingan (Noise) Tujuan
Analisa kebisingan (noise) bertujuan untuk memecahkan masalah kebisingan baik kebisingan dari luar site yang dapat mengganggu kegiatan Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah di dalam site maupun sebaliknya.
Dasar Pertimbangan
Dasar pertimbangan dalam analisa kebisingan yakni sumber kebisingan, intensitas kebisingan baik yang ditimbulkan oleh
Gambar 4.19. Pencapaian Site Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011
commit to user
Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah di dalam site, dan arah berhembusnya angin. Dasar pertimbangan yang dipakai dalam analisa angin yaitu arah berhembusnya angin dan keberadaan bangunan di sekitar tapak/site yang menghalangi arah berhembusnya angin.
Analisa
Kebisingan (noise) merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi kegiatan di dalam Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah. Kegiatan seni pertunjukan tradisional memerlukan kondisi lingkungan yang tenang apalagi konsep pertunjukan seni di Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah adalah kesederhanaan dan non formal di ruang-ruang terbuka dan semi terbuka.
Noise yang berasal dari lingkungan sekitar tapak/site cukup rendah karena suara-suara kendaraan dari Jalan Kahuripan Barat yang dibawa angin telah tereduksi oleh keberadaan pemukiman warga. Akan tetapi, noise juga berasal dari dalam tapak/site berupa suara kendaraan di jalan-jalan sirkulasi dan tempat parkir sehingga perlu dilakukan upaya reduksi noise dengan cara sebagai berikut.
1) Pembuatan penghalang (barier) berupa pepohonan. Pohon bambu merupakan pohon yang rindang sehingga sangat cocok untuk mereduksi noise.
2) Perletakan ruang-ruang latihan atau pentas yang dikelilingi bangunan
lain (hunian)
commit to user
dinding bambu dua lapis yang disekat oleh daun padi di antaranya pada ruang-ruang parkir.
Kegiatan latihan dan pentas seni pertunjukan tradisional menimbulkan suara gamelan yang halus, lembut, dan bagi sebagian orang membuat ngantuk sehingga tidak terlalu menggangu kegiatan berhuni seniman dan kegiatan warga di sekitar site. Namun, upaya reduksi suara agar tidak keluar site perlu dilakukan dengan menanam pohon bambu di sekitar site. Sementara itu, reduksi suara terhadap hunian (griya alit) tidak diperlukan karena ketika kegiatan latihan atau pentas berlangsung seniman tidak berada di dalam griya alit tetapi mereka melakukan pentas di griya ageng.
Gambar 4.20. Potensi Noise di Sekitar Site Sumber: Analisa Penulis, 2011
commit to user
Berdasarkan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa kebisingan (noise) di dalam dapat diatasi dengan cara sebagai berikut.
1) Pembuatan penghalang (barier) berupa pohon bambu di sekeliling
site .
2) Perletakan ruang-ruang latihan atau pentas yang dikelilingi bangunan lain (hunian).
3) Pemakain dinding bambu dua lapis yang disekat oleh daun padi di
antaranya sebagai peredam bunyi pada ruang parkir.
4.3.5. Analisa Pandangan (View) di Dalam Tapak/Site Tujuan
Analisa pandangan (view) bertujuan untuk menentukan pandangan (view) dari dalam keluar bangunan.
Gambar 4.21. Respon Terhadap Noise di Dalam Site
Sumber: Hasil Analisa Penulis, 2011
commit to user
Analisa pandangan (view) berdasarkan pertimbangan kegiatan dan nuansa kampung yang direncanakan.
Analisa
Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah direncanakan sebagai suatu kawasan sehingga view dari dalam bangunan diarahkan menuju kegiatan utama dan nuansa kampung di dalam kawasan tersebut.
Hasil Analisa
View dari dalam griya alit di arahkan menuju ke titik-titik kegiatan utama di dalam site, yakni ke arah griya ageng sebagai pusat orientasi. Selain itu, view dari ruang tidur, ruang keluarga, dan ruang makan pada griya alit diarahkan menuju vegetasi yang ditanam di sekitarnya untuk memperoleh kenyamanan visual bagi seniman dan keselarasan ruang luar dan dalam yang menyatu dalam suasana kampung yang alami.
commit to user
4.3.6. Analisa Zoning Tujuan
Analisa zoning bertujuan untuk menempatkan zona-zona ruang ke dalam tapak/site.
Dasar pertimbangan
Analisa zoning dilakukan berdasarkan pertimbangan hubungan ruang dengan pencapaian, kebisingan (noise), angin, dan pandangan (view).
Analisa
Berdasarkan tingkat jangkauan pengunjung terhadap bangunan- bangunan di dalam site diperoleh pengelompokkan zona dalam skala zona publik (zona dengan tingkat jangkauan pengunjung tinggi), zona semi publik (zona dengan tingkat jangkauan pengunjung sedang), zona
commit to user
service (zona yang mendapat jangkauan pengunjung untuk memperoleh suatu pelayanan).
Sebelum menempatkan zona-zona ruang ke dalam site perlu dilakukan analisa hubungan zona ruang dengan pencapaian, kebisingan (noise), angin, dan pandangan (view) sebagai berikut.
Zona
Kelompok ruang
Pencapaian
Angin dan bising (noise)
- Panggung terbuka
- Griya ageng tari - Griya
ageng musik
tradisional - Griya ageng teater boneka - Griya ageng teater orang
- Griya alit tari - Griya alit musik tradisional - Griya alit teater boneka - Griya alit teater orang
+++ +++ +++ +++
Servis
- Lapangan - Mushola - Angkringan - Gazebo
Pengel ola
- Griya pengelola
: dekat, banyak
++
: sedang, sedang
++
: jauh, sedikit
Hasil Analisa
Berdasarkan analisa hubungan zona ruang dengan pencapaian, kebisingan (noise), angin, dan pandangan (view) di atas diperoleh penempatan zona ruang Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah yang diilustrasikan melalui gambar di bawah ini.
Sumber : Analisa Penulis, 2011
Tabel 4.32. Analisa Hubungan Zona Ruang Dengan Pencapaian, Kebisingan (Noise),
Angin, dan Pandangan (View)
commit to user
4.3.7. Analisa Sirkulasi di Dalam Tapak/Site Tujuan
Analisa sirkulasi bertujuan untuk memperoleh jalur-jalur pergerakan pelaku kegiatan di dalam tapak/site.
Dasar Pertimbangan
Analisa sirkulasi dilakukan berdasarkan pertimbangan kegiatan yang diwadahi.
Analisa
Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah didesain bernuansa kampung dengan menerapkan pola sirkulasi suatu kampung. Pola sirkulasi di dalam tapak/site dibuat tegas dan majemuk sehingga pengunjung mudah menuju bangunan yang ingin dicapai mengingat
commit to user
cukup banyak. Untuk menghindari crowded maka jalur sirkulasi di dekat kelompok ruang publik dibuat searah. Jalur sirkulasi di dalam tapak/site dibedakan menjadi dua, yakni jalur sirkulasi primer (utama) dan sekunder. Jalur sirkulasi primer menghubungkan Main Entrance (ME), Side Entrance (SE), ruang publik, ruang semi publik, dan ruang pengelola. Jalur sirkulasi sekunder menghubungkan ruang semi publik, ruang privat, dan ruang servis.
Sirkulasi di dalam tapak/site Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah didesain sedemikian rupa sehingga ruang- ruang publik lebih mudah dicapai dari pintu Main Entrance (ME) dan Side Entrance (SE) berkaitan dengan akses pengunjung terhadap ruang-ruang tersebut cukup besar. Urutan selanjutnya adalah ruang- ruang semipublik berupa griya-griya ageng sebagai tempat berhuni dan pentas seni, ruang privat yang lebih banyak diakses oleh seniman sebagai penghuni Kompleks Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Tengah, dan yang terakhir adalah ruang service. Lebar jalan yang direncanakan juga dibedakan berdasarkan intensitas pengunjung.
Hasil Analisa
Berdasarkan analisa di atas diperoleh pola sirkulasi di dalam tapak/site, yakni pola sirkulasi yang tegas dan majemuk dalam bentuk jalan-jalan searah maupun dua arah. Jalan utama di dalam tapak/site dibuat dengan lebar 8 meter sebagai jalan penghubung Main Entrance (ME) dengan ruang-ruang publik (panggung terbuka) sedangkan ruang-
commit to user
pengunjung lebih sedikit.