optimal 14-16 per inci. Bahan yang digunakan bermacam-macam mulai dari tembaga aluminium sampai dengan plastik Yatim, 2007.
5.3.2. Kerapatan Dinding
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kerapatan dinding rumah dengan kejadian malaria. Hal ini senada
dengan penelitian Suwendra 2003 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara keadaan dinding rumah dengan kejadian malaria. Keadaan ini juga sejalan dengan
penelitian Darmadi 2002 yang menyatakan bahwa keluarga yang tinggal di rumah dengan kondisi dinding yang tidak rapat mempunyai kecenderungan untuk terjadinya
penyakit malaria. Kerapatan dinding tidak jauh halnya dengan keberadaan kawat kasa pada
ventilasi karena merupakan tempat jalan masuknya nyamuk ke dalam rumah, walaupun sebagian rumah responden memiliki kawat kasa pada ventilasi hal ini tidak
menjamin untuk tidak masuknya nyamuk kedalam rumah jika kerapatan dinding rumah lebih dari 1,5 mm
2
. Dari hasil observasi yang ditemukan dilapangan sebagian rumah penduduk belum dikatakan permanen karena masih ada dinding rumah
responden yang terbuat dari anyaman bambu dan kayupapan dan terdapat lubang lebih dari 1,5 mm
2
, sehingga kondisi tersebut menyebabkan penghuni rumah lebih potensial digigit nyamuk Anopheles bahkan memperbesar risiko terjadinya penularan
penyakit malaria.
Universitas Sumatera Utara
Menurut penelitian Yoga 1999 menyatakan bahwa keadaan kualitas rumah sangat berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya penularan malaria di dalam
rumah. Penduduk dengan rumah yang dindingnya banyak berlubang berisiko sakit malaria 18 kali dibandingkan dengan rumah penduduk yang berdinding rapat.
5.3.3. Langit-langit Rumah
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara langit-langit rumah dengan kejadian. Hal ini senada dengan penelitian Yawan
2006 yang mengatakan bahwa tidak adanya terpasang langit-langit flapon pada rumah mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria.
Berdasarkan observasi pada penelitian ini sebagian besar rumah responden yang seluruh ruangannya tidak dipasang langit-langit rumah sehingga mempermudah
masuknya nyamuk ke dalam rumah. Tidak adanya langit-langit pada rumah merupakan faktor yang bisa menyebabkan terjadinya penularan malaria karena
nyamuk dengan mudah masuk kedalam rumah, akan tetapi apabila seluruh ruangan terpasang langit-langit rumah besar kemungkinan akan menghalangi masuknya
nyamuk kedalam rumah sehingga dapat menghindarkan penghuni rumah dari gigitan nyamuk Anopheles.
Langit-langit pada rumah merupakan pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang terbuat dari kayu, asbes, maupun anyaman bambu halus. Jika tidak
ada langit-langit pada rumah berarti ada lobang atau celah antara dinding dengan atap sehingga nyamuk lebih leluasa masuk ke dalam rumah. Dengan demikian risiko
untuk kontak antara penghuni rumah dengan nyamuk Anopheles lebih besar dibanding dengan rumah yang ada langit-langitnya Depkes RI, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Harijanto 2000 mengatakan perilaku nyamuk Anopheles sewaktu mencari darah pada umumnya malam hari dan kecenderungan menggigit mulai senja hingga
tengah malam. Nyamuk Anopheles lebih cenderung bersifat eksofagik mencari darah di luar rumah, akan tetapi apabila pada malam hari diluar rumah tidak ada ternak
nyamuk ini akan masuk kerumah untuk menggigit manusia.
5.4. Hubungan Tindakan Responden Dengan Kejadian Malaria