10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Karakteristik Mathematis Siswa Sekolah Dasar
Perkembangan siswa usia sekolah dasar di antaranya perkembangan kognitif, perkembangan sikap, dan perkembangan keterampilan. Menurut
piaget dalam Eka, dkk 2013: 104 masa kanak- kanak akhir usia 7-12 tahun perkembangan kognitifnya berada dalam tahap operasi konkret dalam
berfikir, dimana konsep yang pada awal masa kanak- kanak merupakan konsep yang samar- samar dan tidak jelas sekarang menjadi lebih konkret.
Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika sangatlah penting menggunakan alat peraga dan media pembelajaran yang bersifat lebih nyata,
seperti menggunakan benda yang nyata maupun dalam bentuk gambar yang sesuai dengan materi matematika yang akan dipelajarai.
Menurut Eka, dkk 2013: 105, perkembangan kognitif siswa sekolah dasar yaitu siswa sudah mampu memecahkan masalah- masalah yang bersifat
konkret dan memahami suatu konsep dengan mengandalkan pengalaman hidupnya. Siswa sekolah dasar sudah mampu berfikir logis meski masih
terbatas. Pada usia sekolah dasar, siswa tidak dapat hanya membayangkan namun harus dengan model yang nyata, sehingga siswa dapat mengerti
dengan jelas materi yang sedang dipelajari. Pada pembelajaran matematika, penyampaian materi dapat dilakukan dengan mengkaitkan kehidupan sehari-
hari siswa, misalnya melalui sebuah soal cerita yang berkaitan dengan pengalaman siswa namun juga sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Hal
11 tersebut dapat lebih mudah dipahami oleh siswa karena berkaitan langsung
dengan pengalaman siswa. Menurut Antonius 2006:57 pada dasarnya perkembangan mental
siswa sekolah dasar umumnya masih berada pada tahap operasional konkrit. Pada tahap ini anak dapat mengembangkan konsep dengan cara memanipulasi
benda- benda yang kongkrit nyata untuk mengetahui model- model abstraknya. Maka dari itu dalam pembelajaran matematika yang abstrak,
siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat
dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya
abstrak. Menurut Eka, dkk 2013: 115, Ciri- ciri khas anak masa kelas tinggi
sekolah dasar yaitu 1 memperhatikan sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan praktis sehari- hari, 2 memiliki rasa ingin tahu, ingin belajar yang
tinggi dan lebih realistis, 3 berminat pada pelajaran-pelajaran yang khusus, 4 menjadikan nilai sebagai ukuran yang tepat untuk prestasi belajarnya di
sekolah, 5 membentuk kelompok sebaya atau peer group untuk bermain bersama dan membuat peraturan dalam kelompoknya. Pitadjeng 2015: 32
juga memaparkan beberapa sifat anak- anak sekolah dasar kelas tinggi diantaranya yaitu 1 mampu mengkoordinasikan otot- otot halus, sehingga
senang menggunakan benda- benda kecil, 2 membentuk kelompok dan
12 sering terjadi persaingan antar kelompok, 3 memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi, lebih kritis, rasa percaya diri yang berlebihan, dan ingin lebih bebas. Anak sekolah dasar usia kelas tinggi memiliki rasa ingin tahu tinggi,
kritis, realistis, percaya diri, senang belajar dalam kelompok, menggunakan benda- benda yang konkret dan berkaitan dengan kehidupan sehari- hari,
minat dengan pelajaran khusus, serta menjadikan nilai sebagai ukuran prestasi. Oleh karena itu pembelajaran matematika kelas tinggi harus
dilaksanakan sesuai dengan ciri-ciri perkembangan siswa usia kelas tinggi. Dengan menyajikan pembelajaran matematika yang menggunakan benda
konkret, membentuk kelompok dalam mendiskusikan kegiatan matematika, mempresentasikan hasil diskusi untuk melatih percaya diri siswa, serta
mengkaitkan pembelajaran matematika dengan kehidupan sehari- hari. Dari pendapat- pendapat di atas dapat dikatakan bahwa karakteristik
siswa sekolah dasar dalam belajar matematika khususnya pada kelas tinggi adalah perkembangan kognitif yang belajar pada tahap operasional konkret
dengan menggunakan
media dan
belajar matematika
dengan menghubungkannya terkait pengalaman di kehidupan sehari- hari siswa. Hal
ini sesuai dengan kondisi siswa sekolah dasar yang lebih senang melakukan pembelajaran matematika menggunakan media dan terkait dengan
pengalaman di kehidupan sehari –hari siswa. Seperti pada penelitian yang
saya lakukan
yaitu melakukan
pembelajaran matematika
dengan menghubungkan materi dengan pengalaman di kehidupan sehari- hari siswa
dengan menggunakan media yang nyata.
13
2. Prestasi Belajar Matematika