Efektivitas Metode House Model dalam Mengungkapkan Kesulitan Siswa

pengaruh kemampuan berbahasa, kemampuan matematis dan miskonsepsi terhadap kemampuan mengerjakan soal fisika. Dengan analisis anova dengan tes Tukey perbandingan post hoc akan diketahui pada tahapan manakah siswa merasa sulit. H : mean dari masing-masing kelompok tahap pengerjaan adalah sama H a : terdapat mean dari dua atau lebih kelompok tahap pengerjaan tidak sama Melalui tabel test of homogeneity of variances berikut ini akan diketahui apakah setiap tahapan memiliki kesulitan yang berbeda. Tabel IV.10.a Test of homogeneity of variances House Model nomor 1 Test of Homogeneity of Variances s_difficulty Levene Statistic df1 df2 Sig. 15.954 4 195 .000 Tabel IV.10.b Test of homogenity of variances House Model nomor 2 Test of Homogeneity of Variances s_difficulty Levene Statistic df1 df2 Sig. 11.924 4 205 .000 Melalui tabel IV.10 diketahui bahwa signifikansi sebesar 0,000 0,05 untuk kedua nomor soal. Hal ini berarti ada ketidaksamaan heterogen kesulitan pada masing-masing kelompok tahap pengerjaan pada nomor soal 1.II.g dan nomor soal 2.h. Ketidaksamaan tingkat kesulitan pada masing-masing soal selanjutnya dipertegas lewat tabel anova berikut: Tabel IV.11.a Anova House Model nomor 1 ANOVA s_difficulty Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 26.270 4 6.568 6.483 .000 Within Groups 197.550 195 1.013 Total 223.820 199 Tabel IV.11.b Anova House Model nomor 2 ANOVA s_difficulty Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 30.067 4 7.517 7.244 .000 Within Groups 212.714 205 1.038 Total 242.781 209 Tabel IV.11 memperkuat bahwa terdapat ketidaksamaan kesulitan pada masing-masing tahap pengerjaan. Hal ini karena pada soal nomor 1.II.g signifikansi sebesar 0,000 F hitung 6,483 dan pada soal nomor 2.h signifikansi sebesar 0,000 F hitung 7,244. Dengan demikian untuk kedua nomor soal, H ditolak dan H a diterima. Masing-masing tahapan memiliki perbedaan kesulitan. Tahapan mana saja yang memiliki perbedaan tingkat kesulitan? Hal ini kemudian diungkap melalui tabel post hoc berikut: Tabel IV.12.a Post hoc House Model nomor 1 Multiple Comparisons s_difficulty Tukey HSD I Tahap J Tahap Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 1 2 -.12500 .22506 .981 -.7447 .4947 3 -.07500 .22506 .997 -.6947 .5447 4 -.67500 .22506 .025 -1.2947 -.0553 5 -.90000 .22506 .001 -1.5197 -.2803 2 1 .12500 .22506 .981 -.4947 .7447 3 .05000 .22506 .999 -.5697 .6697 4 -.55000 .22506 .108 -1.1697 .0697 5 -.77500 .22506 .006 -1.3947 -.1553 3 1 .07500 .22506 .997 -.5447 .6947 2 -.05000 .22506 .999 -.6697 .5697 4 -.60000 .22506 .063 -1.2197 .0197 5 -.82500 .22506 .003 -1.4447 -.2053 4 1 .67500 .22506 .025 .0553 1.2947 2 .55000 .22506 .108 -.0697 1.1697 3 .60000 .22506 .063 -.0197 1.2197 5 -.22500 .22506 .855 -.8447 .3947 5 1 .90000 .22506 .001 .2803 1.5197 2 .77500 .22506 .006 .1553 1.3947 3 .82500 .22506 .003 .2053 1.4447 4 .22500 .22506 .855 -.3947 .8447 . The mean difference is significant at the 0.05 level. Pada tabel IV.12.a didapatkan bahwa:  Tahap 1 berbeda dengan tahap 4 karena memiliki signifikansi sebesar 0,025 0,05. Tahap 1 juga berbeda dengan tahap 5 karena memiliki signifikansi sebesar 0,001 0,05.  Tahap 2 berbeda dengan tahap 5 karena memiliki signifikansi sebesar 0,006 0,05.  Tahap 3 berbeda dengan tahap 5 karena memiliki signifikansi sebesar 0,003 0,05. Hal di atas menyatakan bahwa tahap 1 mempunyai tingkat kesulitan yang sama dengan tahap 2 dan 3 namun mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda dengan tahap 4 dan 5. Tahap 2 mempunyai tingkat kesulitan yang sama dengan tahap 1 ,3 dan 4 namun mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda dengan tahap 5. Tahap 3 mempunyai tingkat kesulitan yang sama dengan tahap 1, 2 dan 4 namun mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda dengan tahap 5. Tahap 4 mempunyai tingkat kesulitan yang sama dengan tahap 2, 3 dan 5 namun mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda dengan tahap 1. Dan, tahap 5 mempunyai tingkat kesulitan yang sama dengan tahap 4 namun mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda dengan tahap 1, 2, dan 3. Tabel IV.12.b Post hoc House Model nomor 2 Multiple Comparisons s_difficulty Tukey HSD I Tahap J Tahap Mean Difference I-J Std. Error Sig. 95 Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 1 2 -.16667 .22229 .944 -.7784 .4451 3 -.23810 .22229 .821 -.8499 .3737 4 -.78571 .22229 .005 -1.3975 -.1739 5 -.97619 .22229 .000 -1.5880 -.3644 2 1 .16667 .22229 .944 -.4451 .7784 3 -.07143 .22229 .998 -.6832 .5403 4 -.61905 .22229 .046 -1.2308 -.0073 5 -.80952 .22229 .003 -1.4213 -.1977 3 1 .23810 .22229 .821 -.3737 .8499 2 .07143 .22229 .998 -.5403 .6832 4 -.54762 .22229 .103 -1.1594 .0642 5 -.73810 .22229 .009 -1.3499 -.1263 4 1 .78571 .22229 .005 .1739 1.3975 2 .61905 .22229 .046 .0073 1.2308 3 .54762 .22229 .103 -.0642 1.1594 5 -.19048 .22229 .912 -.8023 .4213 5 1 .97619 .22229 .000 .3644 1.5880 2 .80952 .22229 .003 .1977 1.4213 3 .73810 .22229 .009 .1263 1.3499 4 .19048 .22229 .912 -.4213 .8023 . The mean difference is significant at the 0.05 level. Pada tabel IV.12.b didapatkan bahwa:  Tahap 1 berbeda dengan tahap 4 karena memiliki signifikansi sebesar 0,005 0,05. Tahap 1 juga berbeda dengan tahap 5 karena memiliki signifikansi sebesar 0,000 0,05.  Tahap 2 berbeda dengan tahap 4 karena memiliki signifikansi sebesar 0,046 0,05. Tahap 2 pun berbeda dengan tahap 5 karena memiliki signifikansi sebesar 0,003 0,05.  Tahap 3 berbeda dengan tahap 5 karena memiliki signifikansi sebesar 0,009 0,05. Hal di atas menyatakan bahwa tahap 1 mempunyai tingkat kesulitan yang sama dengan tahap 2 dan 3 namun mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda dengan tahap 4 dan 5. Tahap 2 mempunyai tingkat kesulitan yang sama dengan tahap 1 dan 3 namun mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda dengan tahap 4 dan 5. Tahap 3 mempunyai tingkat kesulitan yang sama dengan tahap 1, 2 dan 4 namun mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda dengan tahap 5. Tahap 4 mempunyai tingkat kesulitan yang sama dengan tahap 3 dan 5 namun mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda dengan tahap 1 dan 2. Tahap 5 mempunyai tingkat kesulitan yang sama dengan tahap 4 namun mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda dengan tahap 1, 2, dan 3. Dengan demikian, melalui tabel homogeneus subsets dapat dilakukan pengelompokkan tingkat kesulitan pada tahapan-tahapan pengerjaan. Tabel IV.13.a Homogeneus subsets House Model nomor 1 s_difficulty Tukey HSD Tahap N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 1 40 1.6750 2 40 1.7500 1.7500 3 40 1.8000 1.8000 4 40 2.3500 2.3500 5 40 2.5750 Sig. .981 .063 .855 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Pada tabel IV.13.a terlihat bahwa tahap 1, 2, dan 3 terdapat dalam kelompok kesulitan 1, tahap 2,3 dan 4 terdapat dalam kelompok kesulitan 2, dan tahap 4 dan 5 terdapat kelompok kesulitan 3. Hal ini menyatakan bahwa tahap 1, 2, dan 3 berada dalam kelompok kesulitan mudah, tahap 3 dan 4 berada dalam kesulitan sedang, dan tahap 4 dan 5 berada dalam kelompok sangat sulit. Maka pada soal nomor 1.II.g siswa merasa sangat sulit ketika mengerjakan tahap 4 dan 5, yaitu pada tahap planning dan executing. Tabel IV.13.b Homogeneus Subsets House Model nomor 2 s_difficulty Tukey HSD Tahap N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 1 42 1.6429 2 42 1.8095 3 42 1.8810 1.8810 4 42 2.4286 2.4286 5 42 2.6190 Sig. .821 .103 .912 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Pada tabel IV.13.b terlihat bahwa tahap 1, 2, dan 3 terdapat dalam kelompok kesulitan 1, tahap 3 dan 4 terdapat dalam kelompok kesulitan 2, dan tahap 4 dan 5 terdapat kelompok kesulitan 3. Hal ini menyatakan bahwa tahap 1, 2, dan 3 berada dalam kelompok kesulitan mudah, tahap 3 dan 4 berada dalam kesulitan sedang, dan tahap 4 dan 5 berada dalam kelompok sangat sulit. Maka seperti pada soal nomor 1.II.g, pada soal nomor 2.h siswa juga merasa sangat sulit ketika mengerjakan tahap 4 dan 5, yaitu pada tahap planning dan executing. Kesulitan yang dirasakan siswa dapat kita bandingkan dengan nilai yang dicapainya. Tabel berikut menampilkan rata-rata nilai yang didapatkan siswa: Tabel IV.14 Rata-rata nilai House Model Visualizing Knowing Finding Planning Executing Nomor 1 6,1 8,08 8,58 0,88 0,75 Nomor 2 5,19 9,44 7,38 1,81 1,08 Pada tabel IV.14 terdapat konsistensi antara rata-rata nilai yang diperoleh siswa dengan kesulitan yang dirasakan siswa. Tahap planning dan executing rata- rata nilai yang dicapai siswa sangat rendah yaitu tidak lebih dari 2. Pada tahapan tersebut siswa merasa sangat sulit mengerjakannya, baik pada soal nomor 1.IIg maupun pada soal nomor 2.h. Melalui tabel IV.15.a dan IV.15.b kita dapat mengetahui hubungan rata-rata nilai dan kelompok kesulitan. Pada tabel tersebut terlihat bahwa tahap yang dirasakan paling sulit oleh siswa adalah adalah tahap executing . Pada tahap executing pula rata-rata nilai yang didapatkan siswa paling rendah. Tabel IV.15.a. Hubungan rata-rata nilai dan kelompok kesulitan nomor 1 No. Rata-rata Nilai Kelompok Kesulitan visualizing 6,1 1 knowing 8,08 1 dan 2 finding 8,58 1 dan 2 planning 0,88 2 dan 3 executing 0,75 3 Tabel IV.15.b. Hubungan rata-rata nilai dan kelompok kesulitan nomor 2 No. Rata-rata Nilai Kelompok Kesulitan visualizing 5,19 1 knowing 9,44 1 finding 7,38 1 dan 2 planning 1,81 2 dan 3 executing 1,08 3 Pada tahap visualizing, knowing dan finding siswa harus mampu dalam menginterpretasikan soal fisika. Sehingga pada tahapan ini selain dibutuhkan penguasaan konsep juga dibutuhkan kemampuan berbahasa yang baik. Pada tahap planning penguasaan konsep sungguh-sungguh dibutuhkan. Karena pada tahap ini siswa harus merencanakan konsep fisika yang pas, yang nantinya akan digunakan dalam penyelesaian soal. Sedangkan pada tahap executing selain konsep fisika yang tidak boleh ditinggalkan, diperlukan juga keterampilan hitung. Sehingga kemampuan matematis berpengaruh pula pada tahapan ini. Telihat bahwa penguasaan konsep menjadi hal yang paling penting dalam mengerjakan soal fisika. Hal tersebut dalam setiap tahap pengerjaannya dibutuhkan penguasaan konsep yang baik, terlebih pada tahap planning yang selanjutnya akan mempengaruhi tahap executing. Namun demikian, kemampuan berbahasa dan kemampuan matematika juga tidak boleh dikesampingkan . Kemampuan berbahasa membantu siswa dalam menginterpretasikan soal fisika pada tahap pengerjaan visualizing, knowing, dan finding. Sedangkan kemampuan matematis membantu siswa terampil melakukan operasi hitung pada tahap pengerjaan executing. Dengan demikian metode House Model efektif dalam mengungkapkan kesulitan siswa dalam mengerjakan soal fisika terkait dengan kemampuan berbahasa, kemampuan matematis, dan penguasaan konsep. Namun, agar lebih yakin apakah kemampuan berbahasa, kemampuan matematis dan penguasaan konsep sungguh-sungguh mempengaruhi kemampuan mengerjakan soal fisika, diperlukan penelitian lebih lanjut.

D. Keterkaitan Kemampuan Berbahasa, Kemampuan Matematis, Penguasaan

Konsep dan Metode House Model Bila dilihat secara terpisah, kemampuan berbahasa dan kemampuan matematis tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap kemampuan mengerjakan soal fisika. Dalam penelitian keduanya hanya memberikan pengaruh sebesar 2,1 terhadap kemampuan mengerjakan soal fisika. Artinya, seseorang yang sukses dalam pelajaran bahasa dan matematika tidak dapat menjaminnya sukses juga dalam pelajaran fisika. Melalui metode CRI kita mengetahui bahwa miskonsepsi dan kurang pemahaman menyebabkan rendahnya nilai fisika. Hal ini menunjukkan penguasaan konsep sangat berpengaruh terhadap kemampuan mengerjakan soal fisika. Penguasaan konsep fisika sangat mempengaruhi kemampuan mengerjakan soal. Hal ini berarti penguasaan konsep fisika menjadi syarat mutlak seorang siswa sukses dalam fisika. Tetapi, kemampuan berbahasa dan matematis tidak dapat ditinggalkan karena masing-masing memberikan kontribusi. Hal tersebut terlihat dalam tahapan pengerjaan metode House Model. Melalui tahapan dalam metode House Model kita dapat memetakan bahwa kesemua tahapan membutuhkan penguasaan konsep yang baik. Sedangkan pada tahap visualizing, knowing , dan finding selain dibutuhkan penguasaan konsep yang baik, untuk dapat memahami dan menginterpretasikan soal fisika, juga dibutuhkan kemampuan berbahasa. Sedangkan pada tahap executing, dibutuhkan juga kemampuan matematis agar terampil berhitung, selain menguasai konsep fisika dengan baik. House Model dapat menjadi pilihan metode untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa. HM dapat menentukan letak kesulitan siswa. Apakah siswa merasa sulit sejak menginterpretasikan soal, apakah siswa sulit ketika menerjemahkan soal ke dalam bentuk fisika, apakah siswa sulit menentukan cara hukum teori fisika, atau apakah siswa merasa sulit ketika melakukan eksekusi terhadap pilihan cara hukum teori fisika. Namun, HM belum dapat memberikan jawaban yang akurat untuk mengidentifikasi apakah kesulitan tersebut disebabkan oleh lemahnya penguasaan konsep, lemahnya kemampuan bahasa atau lemahnya kemampuan matematis. Karena tidak ada batasan yang jelas antara ketiganya.

Dokumen yang terkait

Pengembangan education game software untuk membantu pemahaman konsep materi peluang bahasan kaidah pencacahan pada siswa kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta.

0 3 205

Kompetensi profesional guru fisika : studi kasus terkait dengan materi gerak parabola kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

0 2 3

Kompetensi profesional guru fisika studi kasus terkait dengan materi gerak parabola kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2012 2013

0 0 124

Pengembangan education game software untuk membantu pemahaman konsep materi peluang bahasan kaidah pencacahan pada siswa kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta

0 5 203

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN TERBIMBING DALAM POKOK BAHASAN GELOMBANG MEKANIK PADA SISWA KELAS XII IPA SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA

0 0 162

Korelasi antara lingkungan tempat tinggal siswa dan sekolah dengan prestasi belajar fisika pada siswa kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur Yogyakarta - USD Repository

0 0 160

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS TULISAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI IPA DAN KELAS XI IPS SMA PANGUDI LUHUR,YOGYAKARTA, TAHUN PELAJARAN 20102011 SKRIPSI

0 1 176

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS TULISAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI IPA DAN KELAS XI IPS SMA PANGUDI LUHUR,YOGYAKARTA, TAHUN PELAJARAN 20102011 SKRIPSI

0 2 176

PENGARUH KEMAMPUAN BERBAHASA, KEMAMPUAN MATEMATIS DAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA TERHADAP KEMAMPUAN MENGERJAKAN SOAL FISIKA PADA BAHASAN KINEMATIKA DI KELAS XI IPA SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU DAN KELAS XI IPA 2 SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA

0 1 151

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS DENGAN METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20122013

0 1 169