Dekonstruksi Keadaan Gelap Dekonstruksi Gambaran Surga

David Rici Ricardo : Dekonstruksi Dan Gangguan Jiwa Dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika, 2010. kilauan. Gambaran ini paling mirip dengan versi Yohanes 20:12 yang melukiskan Maria sendirian berbicara dengan dua orang malaikat yang berpakaian putih di dalam kubur Yesus. Dari kutipan ini dapat diambil kesimpulan bahwa malaikat berpakaian putih. Malaikat adalah makhluk yang sempurna yang diciptakan Tuhan, karena bertugas untuk melayani Tuhan. Oleh karena itu, bentuk dan keadaan malaikat pastilah sempurna. Dan sebagaima kita ketahui di dalam agama kita masing-masing, bahwa malaikat dapat bebas terbang ke mana saja dia suka dan bertempat tinggal di surga. Tokoh utama dalam novel ini yaitu Nedena selalu menggambarkan malaikat dengan ketidaksempurnaan. Hal ini tampak pada kutipan di bawah ini: ‘Michail dapatkah kau sampaikan kepada Tuhan, mengapa dia mewarnai langit dengan warna biru?’ 10 Michail diam, kemudian duduk di hadapan Nedena. Sayapnya yang hitam masih mengepak-ngepak pelan yang menimbulkan desingan angin. 10 ` ‘Kaulihat, kan, Nedena. Sayapku Cuma satu. Aku tidak bisa terbang menggapai langit ketujuh. Malaikat-malaikat lainnya bersayap dua dan berwarna putih, sedangkan sayapku hitam. Aku tidak pernah bisa menyampaikan pertanyaanmu itu ke langit.’ 10 Nedena menatap malaikat kecil di hadapannya yang sayapnya hanya satu. Tangannya meraih tangan malaikat kecil itu, lalu Nedena menatap dalam-dalam dengan roman serius ke malaikat kecil tersebut. 10

4.2.1.4 Dekonstruksi Keadaan Gelap

Sesuai dengan fakta yang ada dan sebagaimana yang kita ketahui, gelap adalah sesuatu yang menakutkan. Hal ini diperkuat dengan pengertian gelap yang dikutip dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003:344, gelap memiliki empat pengertian, 1. tidak ada cahaya; kelam; tidak terang, 2. malam, 3. tidak atau belum jelas; samar, dan 4. rahasia tidak secara terang-terangan; tidak halal atau tidak sah; tidak menurut David Rici Ricardo : Dekonstruksi Dan Gangguan Jiwa Dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika, 2010. aturan undang-undang, hukum yang berlaku. Dari pengertian gelap di atas, penulis bertitik tolak dari pengertian gelap nomor 1. pengertian gelap yang dimaksud adalah tidak ada cahaya; kelam; tidak terang. Dalam keadaan yang tidak ada cahaya; kelam; tidak terang pastilah kita akan merasa takut. Sesuai dengan fakta yang ada gelap selalu ditakuti oleh orang. Lain halnya dengan Nedena justru Nedena mengatakan bahwa gelap justru melindungi. Hal ini tampak pada kutipan di bawah ini: ’Bukankah cahaya menerangi kegelapan, menggantinya dengan kehangatan.’ ’Tidak, cahaya itu menutupi kepekaan. Cahaya hanya membuat kita jadi takut akan gelap, padahal gelap melindungi.’ 35

4.2.1.5 Dekonstruksi Gambaran Surga

Menurut ajaran agama apa pun yang ada di dunia ini, tak ada satu pun kitab suci yang menggambarkan surga itu jelek. Dalam http:syahrialhidayat.blogspot.com200812gambaran-surga.html disebutkan bahwa Al Quran menggambarkan surga kurang lebih dengan taman yang penuh pepohonan berbuah lebat dimana di dalamnya mengalir sungai-sungai. Saking lebatnya pepohonan tersebut, terik matahari akan terhalang oleh hijaunya dedaunan sehingga wajar penghuni di dalamnya tidak merasa haus dan dahaga selamanya. Dalam Alkitab, surga itu digambarkan seperti ini “Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas gunung yang besar lebih tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan David Rici Ricardo : Dekonstruksi Dan Gangguan Jiwa Dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika, 2010. permata yaspis, jernih seperti kristal Wahyu 21:10-11.” Dari kedua isi kitab suci di atas baik itu Al Quran maupun Alkitab, menggambarkan surga itu sesuatu yang indah dan menyenangkan. Lain halnya dengan Nedena yang menganggap bahwa surga itu tidak indah. Tokoh utama dalam novel ini yaitu Nedena tidak pernah menganggap surga itu indah, hal ini tampak pada kutipan ini ”Anehnya lagi, aku juga tidak menganggap surga itu indah.” 262

4.2.1.6 Dekonstruksi Gambaran Neraka