Waham atau Delusi Analisis Bentuk Gangguan Jiwa yang Dialami Tokoh Utama

David Rici Ricardo : Dekonstruksi Dan Gangguan Jiwa Dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika, 2010. air liur dari tenggorokannya, nikmat suara yang keluar bagai aliran air liur dari tenggorokannya, nikmat mengadukan lidahnya pada langit-langit mulut, mengeluarkan aneka bentuk fonem membentuk kata menjadi kalimat yang bermakna. Sejak kapan dia lupa, dia juga sudah lupa, sejak kapan dia ingat, dia bahkan tidak ingat. 34 Dari kutipan di atas tampak bahwa Nedena lupa cara bicara lewat mulutnya sendiri. Hal ini sesuai dengan pengertian dissosiasi di atas. Dissosiasi juga tampak pada kutipan di bawah ini: Michail tertawa, tapi Nedena tidak tertawa. Dia juga lupa bagaimana harus tertawa. Jadi Nerena menarik garis bibirnya hingga berjajar lebih lebar dan sedikit melengkung, tidak bisa sampai melengkung sekali. Dia lupa, di mana dia menyimpan tawanya yang dahulu apakah tawa itu telah tersimpan jauh dan dia lupa menaruhnya, atau dia menjatuhkannya dahulu bersama kunci tenggorokannya. Sekarang dia harus mencari dimana kunci tersebut? ‘Michail... aku lupa meletakkan tawaku.’ ’Kau menjatuhkannya’ Michail terlonjak ketika Nedena berkata begitu. Sayapnya yang hanya satu itu tiba-tiba berkibas seperti panik. ’Aku lupa. Aku tidak ingat, sejak kapan aku tidak bisa tertawa lagi.’ ’Kenapa kau membawa lupa dalam ingatanmu?’ ’Aku juga lupa sejak kapan dia ada.’ ’Kenapa kau membawa lupa dalam ingatanmu?’ ’Aku juga lupa sejak kapan dia ada.’ ’Baiklah. Aku akan pergi untuk mencari ingatan sebagai pengganti lupa.’ ’Jangan. Kau tidak boleh meninggalkan aku’ Nedena segera meraih tangan Michail, seperti meraih sepercik harapan yang hampir musnah. ’Aku lebih baik lupa, jangan bawa ingat padaku, jangan tinggalkan aku sendirian’ 36-37 Dari kutipan di atas tampak Nedena lupa cara tertawa. Hidup Nedena setiap harinya tak mengenal ’tertawa’.

4.1.3 Waham atau Delusi

Menurut Baihaqi 2005:101-102, waham atau delusi adalah kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan tentang isi pikirannya padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Menurut Arif 2006:18, waham atau delusi adalah suatu David Rici Ricardo : Dekonstruksi Dan Gangguan Jiwa Dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika, 2010. keyakinan yang salah yang tidak dapat dijelaskan oleh latar belakang budaya pasien ataupun pendidikannya; pasien tidak dapat diyakini oleh orang lain bahwa keyakinannya salah, meskipun banyak bukti kuat yang dapat diajukan untuk membantah keyakinan pasien tersebut. Jenis-jenis waham atau delusi adalah: waham kejar persecution, waham kebesaran grandeur, waham nihilistic, waham keagamaan, waham dosa, waham pengaruh, waham somatik atau hipokondrik, waham sakit, dan waham hubungan. Dari kesembilan jenis waham atau delusi, Nedena selalu hidup dalam waham dosa. Waham dosa adalah keyakinan pada dirinya bahwa ia telah melakukan dosa yang sangat besar dan tidak mungkin terampuni, karenanya ia bertanggung jawab atas kejadian-kejadian tertentu. Misalnya kematian orang tua diyakini akibat dosa yang diperbuatnya. Waham dosa yang dialami Nedena tampak pada kutipan di bawah ini: ‘Michail, aku juga mungkin tidak akan bisa melihat surga ...’ ‘Kenapa kau berkata seperti itu?’ ’Surga tempat manusia-manusia yang baik, kan? Guru agamaku selalu bercerita tentang surga pada kami. Surga hanya tempat anak-anak yang manis dan selalu menurut perintah orang tuanya, surga juga tempat anak- anak manis yang mau belajar dan menjadi anak baik.’ 33 Dari kutipan di atas tampak bahwa Nedena merasa dirinya bukan anak baik dan merasa bahwa dirinya tidak akan bisa melihat surga. Ada dosa yang dilakukan Nedena. Hidup Nedena selalu dihantui dengan ‘dosa’. Dosa yang dilakukan Nedena diungkap pada bab tujuhbelas, ketika dr. Aleda menerapkan terapi hipnotis pada Nedena agar mengetahui latar belakang Nedena mengalami gangguan jiwa. Ternyata Nedena telah menyebabkan mamanya David Rici Ricardo : Dekonstruksi Dan Gangguan Jiwa Dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika, 2010. meninggal. Itulah penyebab Nedena hidup dihantui rasa berdosa. Hal ini diperkuat dan dijelaskan pada kutipan di bawah ini: “Tapi, Nedena yang membuat mama meninggal” ”Bukan kamu, sayang, tapi api yang telah membuat mamamu meninggal” ”Tapi, Nedena yang menyalakan api....” ”Ya. Nedena yang menyalakan api, tapi mengunci diri dari kenyataan tidak membuat mamamu hidup lagi. Yang harus Nedena lakukan sekarang jadilah anak baik. Jangan lagi menyesal dan menutup mulut seperti dahulu. Pasti mama Nedena di alam sana tidak ingin Nedena seperti ini,” saya membesarkan hatinya. 191

4.1.4 Ilusi