Psikologi Sastra Landasan Teori

David Rici Ricardo : Dekonstruksi Dan Gangguan Jiwa Dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika, 2010.

2.1.1.11 Pikiran Bunuh Diri

Pikiran bunuh diri adalah pikirannya tertuju pada masalah bunuh diri, dimana dilakukan, dimana dilakukan, kapan dilaksanakan, dan bagaimana cara bunuh diri itu.

2.1.2 Landasan Teori

Adapun yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini adalah teori psikologi sastra dan dekonstruksi. Psikologi sastra menjelaskan kejiwaan tokoh utama dan dekonstruksi melihat bentuk penyimpangan cara pandang yang dilakukan oleh tokoh utama dalam novel Dadaisme. Dalam penelitian ini, ada kaitan antara psikologi sastra dan dekonstruksi. Psikologi sastra adalah teori yang digunakan untuk menjelaskan kejiwaan tokoh utama. Salah satu bentuk kejiwaan adalah bentuk gangguan jiwa. Di dalam ganguan jiwa inilah terdapat dekonstruksi. Penelitian ini menggunakan dua teori, yaitu psikologi sastra dan dekonstruksi.

2.1.2.1 Psikologi Sastra

Psikologi sastra terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan sastra. Oleh karena itu, untuk mengetahui maknanya, terlebih dahulu mengartikan satu per satu katanya. “Psikologi’’ berasal dari bahasa Yunani “psyche” yang artinya jiwa dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Dengan singkat disebut ilmu jiwa Ahmadi, 1991:1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003:1001-1002 sastra memiliki lima pengertian yaitu 1. bahasa kata-kata gaya bahasa yang dipakai dalam kitab-kitab bukan bahasa sehari-hari; 2. kesusastraan; 3. kitab suci Hindu; kitab ilmu David Rici Ricardo : Dekonstruksi Dan Gangguan Jiwa Dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika, 2010. pengetahuan; 4. kitab; pustaka; primbon berisi ramalan, hitungan, dsb; 5. tulisan; huruf. Jadi, dapat disimpulkan bahwa psikologi sastra adalah ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan yang tampak dalam sebuah tulisan dalam hal ini karya sastra atau sejauh mana karya sastra itu menggambarkan kejiwaan. Sastra sebagai gejala kejiwaan di dalamnya terkandung fenomena-fenomena kejiwaan yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya. Berdasarkan pandangan ini teks sastra juga dapat didekati dengan menggunakan pendekatan psikologi, karena sastra dan psikologi memiliki hubungan lintas yang bersifat tidak langsung dan fungsional Jatman, 1985:165. Pengarang dan psikolog adalah sama-sama manusia biasa. Mereka mampu menangkap keadaan kejiwaan manusia secara mendalam. Hasil penangkapan itu setelah mengalami proses pengolahan diungkapkan dalam bentuk karya sastra. Hanya perbedaannya pengarang mengemukakannya dalam bentuk karya sastra sedangkan psikolog sesuai dengan keahliannya ia mengemukakannya dalam bentuk formulasi teori-teori psikologi. Psikologi dan sastra memiliki hubungan fungsional, yakni sama-sama berguna untuk sarana mempelajari keadaan-keadaan kejiwaan orang lain. Hanya perbedaannya, gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala-gejala kejiwaaan dari manusia-manusia imajiner sedangkan dalam psikologi adalah manusia riil. Secara definitif, tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam karya sastra. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa David Rici Ricardo : Dekonstruksi Dan Gangguan Jiwa Dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika, 2010. analisis psikologi sastra sama sekali terlepas dengan kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung. Melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, misalnya masyarakat dapat memahami perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat, khususnya dalam kaitannya dengan psike Ratna 2004: 342. Psikologi sastra sebagai sebuah disiplin berdasarkan tiga pendekatan, yaitu: 1 pendekatan ekspresif, yang mengkaji dan memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, 2 pendekatan tekstual, yang mengkaji dan memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra, dan 3 pendekatan reseptif pragmatis, yang mengkaji dan memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca setelah melakukan dialog dengan karya sastra yang dinikmatinya sebagai proses rekreatif yang ditempuh dalam menghayati teks sastra. Pembicaran pertama berhubungan dengan pengarang sebagai pencipta, jadi karya sastra dalam kaitannya dengan proses kreatif Ratna, 2004:343. Oleh karena itulah, Wellek dan Waren dalam Ratna, 2004:343 membedakan analisis yang pertama ini menjadi dua macam, yaitu studi psikologi yang semata-mata berkaitan dengan pengarang, seperti kelainan kejiwaan, sebagai sejenis gejala neurosis, sedangkan studi yang kedua berhubungan dengan inspirasi dan ilham terciptanya sebuah karya sastra tersebut. Pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian kepada pendekatan yang kedua yaitu pendekatan tekstual, yang mengkaji dan memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra Ratna, 2004:343. David Rici Ricardo : Dekonstruksi Dan Gangguan Jiwa Dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika, 2010. Sebagai dunia dalam kata, karya sastra memasukkan berbagai aspek kehidupan ke dalamnya, khususnya manusia. Pada umumnya, aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra, sebab semata-mata dalam diri manusia itulah, sebagai tokoh-tokoh, aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan. Dalam analisis, pada umumnya yang menjadi tujuan adalah tokoh utama, tokoh kedua, tokoh ketiga, dan seterusnya. Namun, dalam penelitian ini yang dianalisis adalah tokoh utama. Untuk menganalisis kejiwaan tokoh utama tersebut digunakanlah psikoanalisis yang diterapkan pada tokoh yang mengalami gangguan kejiwaan. Psikoanalisis ini dipelopori oleh seorang sarjana berbangsa Jerman yang bernama Sigmund Freud 1856-1939. Freud mengatakan, “seniman itu sesungguhnya orang yang lari dari kenyataan; ia tidak dapat memuaskan kebutuhan instingnya. Ia lari ke alam fantasi, mencoba memuaskan harapan-harapannya, kemudian kembali mengahadapi kenyataan. Karya sastra merupakan refleksi hidupnya. Dengan itu, seniman akan merasa dirinya menjadi pahlawan, raja, dan pencipta dari apa yang diinginkan tanpa mengubah alam sekitarnya.” Dalam psikologi, psikoanalisis dipergunakan untuk terapi abnormal personality, yaitu penderita neurosis, orang-orang yang punya kelainan jiwa. Sedangkan dalam sastra, psikoanalisis dipergunakan untuk menganalisis tokohpengarangpembaca yang mengalami gangguan jiwa. Namun, dalam penelitian ini psikoanalisis itu dipergunakan untuk menganalisis tokoh yang ada dalam novel Dadaisme. David Rici Ricardo : Dekonstruksi Dan Gangguan Jiwa Dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika, 2010.