Medan Gymnasium (Arsitektur Hightech)

(1)

MEDAN GYMNASIUM

LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 - TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2008 / 2009

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

Oleh :

DANIEL SILAEN 040406015

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(2)

MEDAN GYMNASIUM

(ARSITEKTUR HIGHTECH)

O l e h

DANIEL SILAEN 04 0406 015

Medan, Juni 2009 Disetujui oleh,

Ir. Samsul Bahri, MT Andalucia, ST,MS.c

Pembimbing I Pembimbing II

(Ketua Departemen Arsitektur FT- USU)

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho,MT


(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR

( SHP2A )

Nama : Daniel Silaen

NIM : 040406015

Judul Proyek Akhir : Medan Gymnasium Tema Proyek Akhir : Arsitektur Hightech

Rekapitulasi Nilai :

Nilai akhir A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :

No Status Waktu

Pengumpulan Laporan

Paraf Pembimbing

I

Paraf Pembimbing

II

Koordinator TKA-490

1 LULUS LANGSUNG 2 LULUS

MELENGKAPI 3 PERBAIKAN

TANPA SIDANG 4 PERBAIKAN

DENGAN SIDANG

5 TIDAK LULUS

Medan, Juni 2009

Ketua Departemen Arsitektur FT – USU Koordinator TKA-490 Studio Tugas Akhir

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT (NIP: 132 206 820) (NIP: 132 206 820)


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan karena telah memimpin hidup penulis dalam memulai dan menyelesaikan proyek Tugas Akhir pada tahun ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara. Penulis mengucap syukur untuk setiap kesukaan dan kesukaran dalam menjalani langkah demi langkah dengan penyertaan dan kasih-Nya. Penulis sadar betul akan segala penyertaan-Nya selama proses Tugas Akhir ini.

Penulis mengucap syukur dan berterima kasih teristimewa kepada Ayah dan Ibu Penulis, untuk semua kasih, dukungan, doa, perhatian, dan semangat yang diberikan kepada Penulis. Juga kepada kedua kakak penulis, Ester dan Titin dan adik Penulis yang terus menerus mendukung dan mendoakan Penulis lebih baik dan belajar untuk memandang lebih luas. Terima kasih telah menjadi keluarga yang terbaik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

 Bapak Ir. Samsul Bahri, MT sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan yang sangat berarti pada rancangan saya, mengembangkan wawasan dan pandangan saya,

 Ibu Andalucia, ST, MS.c sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan saran, masukan dan ide yang sangat berguna terhadap rancangan saya,

 Bapak Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT selaku Ketua Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara,

 Bapak Dwi Lindarto dan Bapak Devin Defriza selaku koordinator Tugas Akhir yang telah mengkoordinir para peserta Tugas Akhir semester ini,

 Para staf Tata usaha yang telah ikut membantu proses pengerjaan tugas akhir.

 Teman studio Tugas Akhir : Riana, Yuyun, Erik, Adek, Koko dan yang lainnya.

 Apara ku : Ocak, Lip Gloss, Tri yang telah memberikan semangat dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas akhir ini..

 Geng Leboy yang selalu menjadi rival Underground, sehingga membangkitkan semangat dan motivasi untuk membuktikan diri dan menjadi yang terbaik.

 Teman- teman stambuk 04, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.


(5)

 Adik - adik stambuk 06, Sahat, Ricardo dan Junardi yang telah membantu dalam proses pembuatan maket tugas akhir.

 Teman – teman yang mendukung dan mendoakan, Tanson, Deby, Diana dan lainnya.

 Teman – teman futsal, Alex, Revin, Ricard dan Ando yang memberikan semangat selalu.

Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Medan, Juni 2009


(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 2

1.3 Masalah Perancangan ... 3

1.4 Pendekatan ... 3

I.5 Lingkup/ Batasan ... 3

I.6. Kerangka Berfikir ... 5

I.7. Sistematika Penulisan Laporan ... 6

BAB II DESKRIPSI PROYEK ... 7

2.1. Terminologi Judul ... 7

2.1.1. Pengertian Judul ... 7

2.1.2. Perkembangan Gymnasium ... 10

2.1.3. Jenis – jenis Gymnasuim ... 10

2.1.4. Tinjauan Kelayakan Proyek ... 13

2.2. Lokasi ... 15

2.2.1. Kriteria Pemilihan Lokasi ... 15

2.2.2. Analisa Pemilihan Lokasi ... 18

2.2.3. Deskripsi Proyek ... 22

2.3. Tinjauan Fungsi ... 23

2.3.1. Deskripsi Pengguna & Kegiatan ... 23

2.3.2. Deskripsi Prilaku ... 24

2.3.3. Deskripsi Kebutuhan Ruang ... 25

2.3.4. Deskripsi Persyaratan & Kriteria Ruang ... 28

2.4. Studi Banding ... 32

BAB III ELABORASI TEMA ... 36

3.1. Tema ... 36

3.1.1. Pengertian Tema ... 36

3.1.2. Sejarah dan Representasi ... 37


(7)

3.1.4. Kesimpulan ... 39

3.2. Keterkaitan Tema dengan Judul Proyek ... 40

3.3. Penerapan Tema pada Bangunan ... 40

3.3.1. Penerapan penggunaan kaca pada bangunan ... 40

3.3.2. Pengaruh penggunaan kaca pada bangunan ... 41

3.3.3. Buildings Film ... 43

3.3.4. Penerapan penggunaan Baja pada bangunan... 44

3.3.5. Penerapan System Pencahayaan ……… 45

3.4. Studi Banding Tema Sejenis ... 46

BAB IV ANALISA ... 52

4.1. Analisa Existing ... 52

4.1.1. Analisa Lokasi ... 52

4.1.2. Kondisi Existing Lahan ... 53

4.1.3. Tata Guna Lahan Sekitar ... 53

4.1.4. Batas – batas Site ... 54

4.1.5. Sarana dan Prasarana ... 55

4.1.6. Skyline ... 56

4.1.7. Intensitas Pembangunan ... 56

4.2. Analisa Potensi Site ... 57

4.2.1. Analisa Sirkulasi ... 57

4.2.2. Analisa Pencapaian ... 61

4.2.3. Analisa Pencapaian ke Kota ... 62

4.2.4. Analisa View ... 63

4.2.5. Analisa Kebisingan ... 65

4.2.6. Analisa Vegetasi ... 66

4.2.7. Analisa Matahari ... 67

4.2.8. Analisa Utilitas ... 68

4.3. Analisa Fungsional ... 69

4.3.1. Analisa Kebutuhan Ruang ... 69

4.3.2. Analisa Kegiatan ... 73

4.3.3. Analisa Pola Massa ... 76

4.3.4. Analisa Bentuk ... 76

4.4. Analisa Teknologi ...77


(8)

4.4.2. Analisa Utilitas Bangunan ... 80

BAB V KONSEP PERANCANGAN ... 86

5.1. Konsep Ruang Luar ... 86

5.1.1. Konsep Enterance ... 86

5.1.2. Konsep Orientasi Bangunan ... 87

5.1.3. Konsep Sirkulasi ... 87

5.1.4. Konsep Parkir ... 88

5.1.5. Konsep Tata Hijau ... 89

5.1.6. Zoning Ruang Luar ... 89

5.2. Konsep Perancangan Ruang Dalam ... 90

5.3 Konsep Struktur ... 91

5.4 Konsep Utilitas ... 93

5.4.1. Konsep Sistem Pengkondisian Udara ... 93

5.4.2. Konsep Sistem Elektrikal ... 93

5.4.3. Konsep Sistem Kebakaran ... 94

5.4.4. Konsep Sistem Sanitasi ...95

BAB VI HASIL PERANCANGAN ... 97


(9)

DAFTAR TABEL

BAB II

Tabel 2.1 RUTRK ... ... 17

Tabel 2.2 Analisa Pemilihan Lokasi ... ...21

Tabel 2.3 Analisa Pemilihan Tapak ... ...22

Tabel 2.4 Analisa Kebutuhan Ruang ... ...28

BAB IV Tabel 4.1 Analisa Kebutuhan Ruang ... 69 - 72 Tabel 4.2 Pola Massa Bangunan ... ...76

Tabel 4.3 Bentuk Dasar Bangunan ......77

Tabel 4.4 Pertimbangan Struktur ... ...77

Tabel 4.5 Analisis Pondasi ... ...78

Tabel 4.6 Jenis Struktur ... ...79

Tabel 4.7 Penghawaan ... ...81

Tabel 4.8 AC ... ...82

Tabel 4.9 Down Feed ... ...82

Tabel 4.10 Up Feed ... ...83

Tabel 4.11 Distribusi Listrik ... ...84


(10)

DAFTAR GAMBAR

BAB I

Gambar 1.1 Berolahraga merupakan kebutuhan ... ...2

Gambar 1.2 Pelatihan Senam...2

Gambar 1.3 Kerangka Berfikir...5

BAB II Gambar 2.1 Indoor Sport central area ... 11

Gambar 2.2 Indoor Sport Town center periphery ... 11

Gambar 2.3 Indoor Sport Central area – town center... 11

Gambar 2.4 Indoor Sport School or university campus ... 12

Gambar 2.5 Indoor Sport Urban park location... 12

Gambar 2.6 Peta Umum Kota Medan………. 18

Gambar 2.7 Peta Kawasan Williem Iskandar……….… .19

Gambar 2.8 Peta Kawasan Putri Hijau ... ...19

Gambar 2.9 Peta Kawasan Teladan ... 20

Gambar 2.10 Peta Kawasan Setia Budi ... 20

Gambar 2.11 Persyaratan R. Fitness ... 29

Gambar 2.12 Persyaratan R. Body Builder……… 29

Gambar 2.13 Persyaratan Matras Senam……… 30

Gambar 2.14 Persyaratan Balet dan Tari ………30

Gambar 2.15 Persyaratan R. Sauna ………30

Gambar 2.16 Tempat Pertandingan Senam Wanita ……… .31

Gambar 2.17 Tempat Pertandingan Senam Pria ……….31

Gambar 2.18 Aksonometri Ruang Pertandingan Senam ………31

Gambar 2.19 Tokyo Metropolitan Gymnasium ……….32

Gambar 2.20 Gymnasium Beijing University ………33

Gambar 2.21 Sendai Gymnasium ………...35

BAB III Gambar 3.1 Ilustrasi Penggunaan Kaca ... 42

Gambar 3.2 Proses Sputtered ... 43


(11)

Gambar 3.4 Sirkuit Lampu Otomatis ... 45

Gambar 3.5 Gedung Hongkong Bank ... 46

Gambar 3.6 Interior Atrium ... 46

Gambar 3.7 Eskalator pada Atrium ... 46

Gambar 3.8 Denah lantai 5 ... 48

Gambar 3.9 Potongan gedung Hongkong dan Shanghai Bank ... 48

Gambar 3.10 Tampak samping great court ... 49

Gambar 3.11 Tampak atas great court ... 49

Gambar 3.12 Prinsip ekologi pada great court ... 49

Gambar 3.13 Commerzbank tower... 50

Gambar 3.14 Denah Commerzbank tower ... 50

Gambar 3.15 Taman pada Commerzbank tower ... 50

Gambar 3.16 Sirkulasi udara pada Commerzbank Tower... 50

Gambar 3.17 Interior bangunan ... 51

Gambar 3.18 Potongan bangunan ... 51

BAB IV Gambar 4.1 Analisa Lokasi ... 52

Gambar 4.2 Batas Site ... 54

Gambar 4.3 Sarana dan Prasarana ... 55

Gambar 4.4 Skyline ... 56

Gambar 4.5 Sirkulasi kendaraan ... 58

Gambar 4.6 Sirkulasi pejalan kaki... 60

Gambar 4.7 Analisa pencapaian ... 61

Gambar 4.8 Analisa View ... 63

Gambar 4.9 Analisa Kebisingan ... 65

Gambar 4.10 Analisa Vegetasi ... 66

Gambar 4.11 Analisa Matahari ... 67

Gambar 4.12 Analisa Utilitas ... 68

Diagram 4.1 Aktivitas atlet dan pelatih latihan ... 74

Diagram 4.2 Aktivitas atlet dan pelatih pertandingan ... 74

Diagram 4.3 Aktivitas offisial / manager atlet ... ...74

Diagram 4.4 Aktivitas wasit ... ...75


(12)

BAB V

Gambar 5.1 Konsep Enterance ... 86

Gambar 5.2. Konsep Main Enterance... 86

Gambar 5.3. Konsep Orientasi ... 87

Gambar 5.4. Konsep Sirkulasi Kendaraan ... 87

Gambar 5.5. Konsep Sirkulasi Pejalan kaki ... 88

Gambar 5.6. Konsep Parkir ... 88

Gambar 5.7. Konsep Vegetasi ... 89

Gambar 5.8. Konsep Zoning Tapak ... 89

Gambar 5.9. Konsep Zoning Ruang Dalam ... 90

Gambar 5.10. Sistem Struktur Rangka ... 91

Gambar 5.11. Brunel truss ... 92

Gambar 5.12. Sistem Pengkondisian Udara ... 93

Gambar 5.13. Sistem Elektrikal ... 94

Gambar 5.14. Sistem Air Bersih ... 95

Gambar 5.15. Sistem Air Kotor ... 95

Gambar 5.16. Sistem Buangan ... 96

BAB VI GAMBAR HASIL RANCANGAN Gambar 6.1 Site Plan ... 97

Gambar 6.2 Ground Plan ... 98

Gambar 6.3 Denah Lantai 1 ... 99

Gambar 6.4 Denah Lantai 2 ... 100

Gambar 6.5 Denah Tribun ... ...101

Gambar 6.6 Tampak Utara dan Barat ... 102

Gambar 6.7 Tampak Timur dan Selatan ... 103

Gambar 6.8 Potongan A-A, B-B ... 104

Gambar 6.9 Rencana Pondasi ... 105

Gambar 6.10 Pembalokan Lt.2 ... 106

Gambar 6.11 Pembalokan Tribun ... ...107

Gambar 6.12 Rencana Atap ... 108

Gambar 6.13 Rencana Sanitasi ... 109

Gambar 6.14 Rencana ME ... 110


(13)

Gambar 6.16 Detail - detail ... 112 Gambar 6.17 Sketsa Eksterior ... 113 Gambar 6.18 Foto Maket ... 114


(14)

BAB I


(15)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Olahraga merupakan kegiatan yang dapat memberikan kesehatan dan kesenangan kepada manusia. Olahraga juga merupakan satu keharusan dari aspek biologis manusia guna mengembangkan ketahanan yang bersifat menyeluruh, pembentukan ketrampilan hidup, ketrampilan sosial, ketrampilan berfikir, pembentukan prestasi, penghayatan nilai-nilai sportifitas, nilai-nilai-nilai-nilai moral dan estetika. Dengan demikian, olahraga mengalir dari aspek kemanusiaan dan bermuara kepada sifat-sifat manusia1.

Kegiatan dibidang olahraga memberikan kegembiraan dan kesenangan serta kesegaran bagi jutaan manusia dalam usahanya memelihara kesehatan yang merupakan harta yang paling berharga bagi setiap insan2.

Kegiatan keolahragaan adalah merupakan kegiatan jasmani dan rohani, kegiatan dalam pengembangkan pendidikan dan budaya, sehingga diperlukan suatu pendidikan, pembinaan, pengembangan dan pengaturannya3.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 olahraga terbagi atas :

 Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, ketrampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.

 Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan.

 Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.

 Olahraga amatir adalah olahraga yang dilakukan atas dasar kecintaan atau kegemaran berolahraga.


(16)

Gambar 1.2. Pelatihan senam yang dapat memicu minat keolahragaan di tanah air.

Sumber : Internet Gambar 1.1. Berolah raga merupakan

suatu kebutuhan bagi manusia, baik untuk kesehatan

Sumber : Internet

 Olahraga profesional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas kemahiran berolahraga.

 Olahraga penyandang cacat adalah olahraga yang khusus dilakukan sesuai dengan kondisi kelainan fisik dan/atau mental seseoarang.

Dengan disahkannya Rancangan Undang-Undang (RUU) Keolahragaan oleh pemerintah (DPR-RI dan KONI), diharapkan pembinaan olahraga di tanah air bisa menjadi lebih baik dari sebelum adanya RUU Olahraga.

Secara singkat, dapat dijabarkan sejumlah latar belakang perlunya Medan Gymnasium di Medan :

 Perlunya sebuah sarana olahraga indoor yang dapat menampung berbagai kegiatan olahraga untuk meningkatkan prestasi olahraga serta fasilitas pendukung bagi masyarakat umum dalam menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.

 Perlunya sebuah fasilitas olahraga indoor yang dapat menampung berbagai pertandingan olahraga regional maupun internasional yang memenuhi standart internasional.

 Medan sebagai kota terbesar ke-3 belum memiliki sebuah gedung olahraga yang standar, dimana gedung serba guna yang sering dipaksakan menjadi tempat pertandingan.

I.2. Maksud dan Tujuan

Adapun pelaksanaan proyek ini memiliki sasaran-sasaran yang hendak dicapai, antara lain :


(17)

 Menyediakan tempat latihan dan pertandingan olahraga indoor yang memenuhi standar dan bertaraf internasional.

 Sebagai pusat kegiatan kebugaran bagi masyarakat umum sekaligus membuka lahan komersil bagi pengelola olahraga yang diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kemajuan dunia keolahragaan di daerah Sumut khususnya Kota Medan.

 Memberikan fasilitas latihan dan pengajaran senam secara menyeluruh bagi seluruh lapisan masyarakat luas.

 Dapat menjadi sarana rekreasi, yaitu menonton pertandingan olahraga.

I.3. Masalah Perancangan

Dalam proses perancangan proyek ini masalah-masalah yang mungkin timbul dapat, berupa :

 Proses mendisain bangunan gymnasium yang merupakan syarat akan standart ukuran yang dapat mengakomodasikan seluruh kegiatan di dalam bangunan.

 Bagaimana menciptakan suatu fasilitas olahraga yang nyaman.

 Pemilihan sistem struktur dan utilitas yang optimal serta hubungan antara desain dan aktifitas keolahragaan yang berlangsung didalamnya.

 Bagaimana penerapan tema dalam desain bangunan.

I.4. Pendekatan

Pendekatan yang dijadikan acuan dalam perancangan proyek ini terbagi atas :

 Pendekatan fungsional, meliputi standar olahraga dan standar umum perencanaan bangunan.

 Pendekatan struktural, meliputi bentuk dan jenis struktur, material, dan kaidah-kaidah struktural bangunan.

 Estetika, meliputi tampilan bangunan yang fleksibel dan tidak kaku oleh struktur.

 Pendekatan aktivitas, meliputi kegiatan atifitas yang beragam dari suatu bangunan olahraga.

I.5. Lingkup/ Batasan

Adapun lingkup kegiatan pada Medan Gymnasium yang direncanakan meliputi : kegiatan Edukatif dan kegiatan Rekreatif.


(18)

Ruang lingkup pembahasan dalam pelaksanaan proyek Medan Gymnasium ini meliputi defenisi dan fungsi proyek itu sendiri dalam hubungannya dengan pelaku kegiatan. Ada beberapa poin yang menjadi tolak ukur dan batasan proyek ini antara lain :

 Medan Gymnasium merupakan sarana olahraga indoor dengan fasilitas pendukung antara lain sarana kebugaran, body fitness, aerobik, yoga dan lainnya.

 Fasilitas, standart, besaran ruang, ketinggian bangunan dan lain-lain disesuaikan dengan standart keolahragaan dan peraturan setempat mengenai kelayakan bangunan.


(19)

I.6. Kerangka Berfikir

Gambar 1.3. Kerangka Berpikir

Medan Gymnasium

STUDI LAPANGAN STUDI

FUNGSI STUDI

LITERATUR

POKOK PERMASALAHAN

 Proses mendisain bangunan gymnasium yang merupakan syarat akan standart ukuran yang dapat mengakomodasikan seluruh kegitan didalamnya.

LATAR BELAKANG

 Prestasi atlit SUMUT.

 Makin berkembangnya

kegiatan kebugaran tubuh  Senam induk dari semua

olahraga.

MAKSUD DAN TUJUAN

 Pusat kegiatan kebugaran

sekaligus membuka lahan komersil bagi pengelola olahraga.  Menyediakan fasilitas latihan dan

pengajaran senam secara menyeluruh bagi masyarakat luas dan atlit-atlit senam.

 Sebagai tempat pertandingan olahraga indoor.

GAMBAR KERJA LAPORAN TEMA

KONSEP PERANCANGAN PENDEKATAN KONSEP

DESAIN

PENDEKATAN ANALISA

BATASAN ASUMSI


(20)

I.7. Sistematika Penulisan Laporan Bab I Pendahuluhan

Berisikan latar belakang, maksud dan tujuan, masalah perancangan, pendekatan, ruang lingkup/batasan, asumsi, kerangka berpikir dan sistematika laporan.

Bab II Deskripsi Proyek

Berisi tentang dasar-dasar teoritis dari proyek perencanaan, gambaran umum proyek, program kegiatan dan aktivitas yang nanti akan berlangsung di dalamnya serta kebutuhan ruang untuk aktivitas tersebut dan studi banding dari proyek sejenis yang pernah ada.

Bab III Elaborasi Tema

Berisi tentang pengertian umum tentang tema, interpretrasi tema terhadap kasus proyek, dan studi banding proyek lain yang telah ada dengan tema sejenis.

Bab IV Analisa

Membahas tentang analisis fisik berupa analisis kondisi lingkungan yang meliputi kondisi dan potensi lahan terhadap bangunan sekitar, karakter lingkungan, view, orientasi, sirkulasi, dan lain-lain, serta analisis non fisik yang sifatnya fungsional yang meliputi organisasi ruang, program ruang, persyaratan teknis dan lain-lain.

Bab V Konsep Perancangan

Berisikan konsep-konsep dasar dari rencana proyek meliputi konsep perancangan tapak dan perancangan bangunan.

Bab VI Gambar Hasil Perancangan

Berisi tentang hasil akhir perancangan melalui gambar kerja dan dilengkapi dengan lampiran.


(21)

BAB II


(22)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK II.1. Terminologi Judul

II.1.1. Pengertian Judul “Medan Gymnasium”

 Medan adalah salah satu nama kota terbesar ke-3 di Indonesia yang merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara yang berada di Pulau Sumatera.

 Pengertian Gymnasium:

- Menurut asal kata, senam (gymnastics) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya: "untuk menerangkan bermacam-macam gerak yang dilakukan oleh atlet-atlet yang telanjang".”.

- Dalam kamus kosa kata Inggris Gymnasium berarti ruang olah raga. Biasa merupakan stadion indoor.

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ’Medan

Gymnasium’ adalah: ” suatu fasilitas olahraga indoor yang dapat digunakan untuk

pertandingan olahraga regional maupun internasional. Pertandingan yang dapat diadakan antara lain basket, voly, futsall, bulu tangkis dll. Medan Gymnasium ini merupakan stadion olah raga dengan fasilitas yang lengkap dan bertaraf internasional.”

Berdasarkan standart Menpora dan KONI tempat latihan dan pertandingan senam maupun olahraga disebut Gymnasium. Bangunan Gymnasium dapat hanya sebagai tempat latihan saja dan dapat pula dilengkapi dengan tribun penonton. Dalam operasionalnya Gymnasium dapat digabungkan dengan fasilitas lainnya anatara lain fasilitas kebugaraan, aerobik, areal angkat beban, ataupun kolam renang.

Secara khusus proyek yang direncanakan adalah bangunan yang diberi nama Medan Gymnasium merupakan “Indoor Sport” olahraga yang dilengkapi dengan fasilitas kebugaran, serta pelaksanaan pertandingan, dan fasilitas pengelolaan. Untuk lebih mengetahui tentang bangunan Gymnasium harus pula diketahui bentuk-bentuk aktivitas di dalamnya serta defenisi masing-masing.

Gymnasium merupakan ruang olah raga. Yang dimaksud ruang olah raga pada suatu gymnasium ialah suatu lapangan olah raga indoor yang dapat digunakan sebagai tempat latihan juga dijadikan tempat pertandingan dengan memiliki bangku penonton. Gymnasium dapat juga merupakan stadion olah raga indoor.


(23)

Pengertian stadion

Stadion adalah sebuah bangunan yang umumnya digunakan untuk acara olahraga dan konser, dimana didalamnya terdapat lapangan atau pentas yang dikelilingi tempat berdiri atau duduk bagi penonton.

Bangunan stadion olah raga merupakan jenis bangunan teater besar untuk mempertunjukan berbagai macam pertandingan didalamnya. Beberapa pertandingan olah raga yang dapat digelar di stadion antaranya olahraga basket, voly, badminton dll. Umumnya stadion memiliki tempat duduk penonton yang kas disebut tribun. Dimana tribun tersebut mengelilingi lapangan olah raga dan berundak-undak untuk memberikan kenyamanan penonton pada saat menonton pertandingan.

Jadi gymnasium adalah bangunan yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan olahraga indoor yang didalamnya terdapat lapangan olahraga untuk menyelenggarakan pertandingan indoor dan dikelilingi tempat duduk untuk penonton.

Selain itu gymnasium ini juga dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti restoran, kebugaran, lap.tenis serta kolam renang.

Fasilitas yang ada pada gymnasium ini adalah:

 Fasilitas Utama

 Fasilitas Pendukung

Fungsi dan fasilitas yang ada pada bangunan :

Fasilitas utama meliputi; lapangan utama, tribun penonton dan ruang utama. Kebutuhan ruang utama:

- ruang ganti pemain dengan toilet - ruang ganti wasit dengan toilet - ruang kesehatan

- ruang pemanasan - ruang latihan

- tribun penonton biasa - tribun penonton vip - toilet penonton - kantor pengelola - ruang pertemuan - gudang

- ruang panel - ruang mesin


(24)

- ruang pos keamanan - tiket box

- ruang pers - tempat parkir Fasilitas pendukung

 Restoran

Fasilitas ini menyediakan makanan dan minuman yang dapat dibeli penonton saat pertandingan berlangsung.

Kebutuhan ruang: - Area makan - gudang - km/wc - kasir - dapur - sirkulasi

 Ruang pertemuan

Fasilitas ini merupakan tempat pertemuan para pejabat olahraga, temu pers dan teknikal meeting.

 Pusat kebugaran

Fasilitas ini disediakan untuk para atlit maupun masyarakat umum. Kebutuhan ruang:

- ruang penerima - ruang latihan - ruang senam - janitor - kasir

- ruang instruktur - km/wc

- loker

 Souvenir shop dan retail

Menyajikan dan menjual barang yang berhubungan dengan olahraga dan makanan ringan.


(25)

II.1.2. Perkembangan Gymnasium di dunia

Pada awal kemunculannya yaitu sekitar tahun 1960-an di Inggris, gymnasium atau indoor sports merupakan jawaban dari kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat terhadap fasilitas olahraga yang lebih luas dan lengkap serta semakin dibutuhkannya fasilitas-fasilitas olahraga indoor. Hal ini terjadi dikarenakan berubahnya kebiasaan dan gaya hidup masyarakat dalam bidang olahraga sehingga kebutuhan masyarakat akan olahraga pun menjadi berubah. Metode pembelajaran olahraga di sekolah-sekolah menjadi semakin menekankan dan menitikberatkan kepada beragam permainan olahraga dan keahlian berolahraga sehingga hal ini sudah tidak relevan lagi dengan fasilitas-fasilitas kebugaran tradisional. Masyarakat menjadi semakin mobile dengan aktivitas yang lebih beragam dan mereka mengharapkan suatu hal baru sebagai alternatif kegiatan untuk mengisi waktu luang dan santai mereka. Masyarakat tidak mau diberikan pilihan kegiatan olahraga yang tradisional untuk mengisi waktu luang mereka yang sangat berharga, mereka mengharapkan sebuah pengalaman berolahraga yang disisipi unsur rekreasional sehingga hal ini perlu direspons dengan adanya peningkatan kualitas lingkungan ke arah yang lebih baik. Dalam perkembangannya, berbagai variasi bentuk bangunan sports center digunakan, mulai dari circular domes, glass ’boxes’, kombinasi dari dinding solid dan bukaan parsial, sampai yang benar-benar tanpa jendela. Dengan semakin meningkatnya berbagai macam alternatif dan variasi perancangan dari indoor sports serta semakin masuknya elemen rekreatif ke dalam program perancangan indoor sports, maka atmosfer berolahraga di gymnasium pun perlahan-lahan mulai berubah dari yang sebelumnya memberi kesan aktif kompetitif menjadi sebuah atmosfer yang lebih rileks, santai seiring dengan semakin terbukanya fasilitas olahraga terhadap masyarakat umum.

II.1.3. Jenis-jenis gymnasium/ indoor sport

Menjadi lebih luas yaitu dalam lingkup kota: - Berdasarkan Perletakannya

Terdapat beberapa jenis Indoor Sport yang diklasifikasikan berdasarkan perletakannya pada skala kota, yaitu :

 Sub regional

Ini merupakan fasilitas olahraga yang berada pada daerah pinggir kota berjarak sekitar 15 – 20 km dari pusat kota yang bisa dengan mudah dicapai oleh kendaraan pribadi atau kendaraan umum.


(26)

 Town center periphery

Ini merupakan fasilitas olahraga yang berada berdekatan dengan pusat kota dengan akses yang sangat mudah bagi kendaraan pribadi atau kendaraan umum.

Central area – town center

Ini merupakan fasilitas olahraga yang berada tepat di daerah pusat kota, yang seringkali disebut sebagai ”generator” karena dianggap sebagai elemen penggerak dari aktivitas-aktivitas yang ada di pusat kota. Biasanya merupakan kombinasi dari sports hall dan kolam renang, serta bisa digunakan untuk turnamen-turnamen olahraga dan acara-acara besar tempat berkumpulnya masyarakat.

Gambar 2.1. Indoor Sport central area Sumber : Internet

Gambar 2.2. Indoor Sport Town center periphery Sumber : Internet

Gambar 2.3. Indoor Sport Central area – town center Sumber : Internet


(27)

Peripheral – neighbourhood center

Ini merupakan fasilitas olahraga yang berada di daerah permukiman dengan lingkup pelayanan antara 20.000 sampai 30.000 orang. Terdapat 5 unit fasilitas yang masing-masing unitnya berfungsi untuk satu macam jenis olahraga. Umumnya unit 5 ( yang berada di tengah ) merupakan unit yang berfungsi sebagai kantor administrasi untuk keseluruhan unit yang lain. Unit-unit ini disebar untuk mencapai lingkup keseluruhan masyarakat secara optimal.

School or university campus

Ini merupakan fasilitas olahraga yang berada berdekatan dengan lokasi sekolah atau kampus. Dalam operasionalnya, fasilitas olahraga ini bukan hanya melayani komunitas sekolah ataupun kampus saja, melainkan juga melayani komunitas umum. Penekanan terdapat dari dibuatnya jalur masuk khusus dari sekolah atau kampus yang bersangkutan.

Urban park location

Ini merupakan fasilitas olahraga yang berada berdekatan dengan taman kota. Keberadaan fasilitas olahraga ini beriringan dengan adanya fasilitas-fasilitas umum lainnya di sekitar taman kota tersebut, seperti penangkaran burung, fasilitas pameran, dan pusat kebudayaan.

Gambar 2.4. Indoor Sport School or university campus Sumber : Internet

Gambar 2.5. Indoor Sport Urban park location Sumber : Internet


(28)

- Berdasarkan konsep perancangannya

berdasarkan konsep perancangannya terdapat beberapa jenis olahraga, yaitu :

 Destination Club

Indoor Sport dengan jenis seperti ini merupakan suatu pusat kegiatan kebugaran dan olahraga yang berskala besar. Yang dimaksud dengan berskala besar disini adalah mampu memberikan pelayanan olahraga yang beragam dan berjumlah banyak. Selain itu, jenis seperti ini mampu menjangkau hampir seluruh rentang usia dengan tingkat kebugaran yang beragam. Fasilitas-fasilitas yang ditawarkan adalah berupa fasilitas yang murni olahraga tanpa unsur relaksasi maupun rekreasi.Dikarenakan lingkup pelayanan olahraga dan sasaran penggunanya yang berskala besar indoor sports dengan jenis seperti ini seringkali disebut sebagai ”sports hall”.

 Diversified Environment Club

Ini merupakan sebuah sports center yang lebih banyak menawarkan variasi dalam kegiatan berolahraga. Beberapa fasilitas relaksasi dan rekreasi yang sebelumnya belum pernah ada dalam sports center mulai ditawarkan, yaitu berupa kolam renang outdoor, sauna, spa, dan ruang-ruang yang family-friendly. Dari segi sasaran penggunanya pun muncul variasi baru, yaitu menjadikan suatu komunitas masyarakat tertentu atau kawasan perkantoran sebagai sasaran pengguna utama.

 Boutique Gym Club

Jenis sports center seperti ini merupakan jenis yang sangat memfokuskan pada target-target tertentu saja. Skala pelayanannya pun dibuat lebih kecil, dengan pemilihan sasaran pengguna difokuskan pada orang-orang profesional, eksekutif muda, pejabat, dan masyarakat kota dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Walaupun pelayanan yang ditawarkan berskala kecil, namun dapat dipastikan pelayanan yang diberikan terhadap penggunanya sangat istimewa dan eksklusif. Sports center seperti ini sangat mengelaborasi pandangan visual dalam setiap sisi bangunannya sehingga seringkali bangunannya secara eksterior dan khususnya interior terlihat sangat baik secara visual dan terkesan elegan.

II.1.4. Tinjauan kelayakan proyek II.1.4.1. Kelayakan fungsional

Perkembangan olahraga di kota Medan pada saat sekarang sangat marak-maraknya terjadi. Dengan banyak munculnya pusat-pusat kebugaran diberbagai pelosok kota Medan, membuat peminat-peminat senam ataupun fitness menjadi bertambah. Untuk mengakomodasi peminat olahraga ataupun fitness tersebut sangat menjanjikan untuk


(29)

membuat suatu bidang komersil di bidang olahraga khususnya olah tubuh. Prestasi atlet senam SUMUT di kancah nasional maupun internasional sangat bagus dengan berhasilnya merebut prestasi bergengsi dalam beberapa bidang olahraga senam.

Dengan tidak memperhatikan potensi-potensi yang dijumpai ini, alangkah sayangnya keterpurukan Indonesia khususnya dibidang kesehatan maupun olahraga menjadi bertambah.

Belum adanya suatu bangunan yang dapat mengakomodasi kegiatan-kegiatan diatas maka perlu dirancang/direncanakan suatu gedung yang nantinya dapat membantu membentuk masyarakat yang sehat baik jasmani dan rohani. Juga dalam rangka menciptakan atlet-atlet SUMUT khususnya Medan agar dapat menuai prestasi di kancah nasional maupun internasional.

Kegiatan ataupun fasilitas yang terdapat pada Gymnasium tersebut yaitu berupa :

 Lapangan olah raga indoor sebagai tempat latihan dan pertandingan.

 Tempat kebugaran yang memiliki fasilitas yang lengkap,

 Dapat menjadi tempat yang lebih baik/kondusif bagi klub-klub olahraga di Medan,

 Penyediaan retail yang berkaitan dengan penjualan alat olahraga,

 Memiliki fasilitas olahraga sebagai rekreasi keluarga,

 Penyewaan gedung dalam rangka even olahraga indoor, ataupun fungsi lain yang dapat ditampung didalamnya.

Pengelolaan Gym yang akan dirancang melibatkan kerjasama dengan pihak Pemko Medan (KONI) terutama dalam hal pembinaan atlit, termasuk pencarian bibit-bibit atlit berbakat untuk dibina manjadi atlit senam nasional.

II.1.4.2. Kelayakan proyek

Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia No.03 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional disebutkan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan prasarana olahraga.

Hal tersebut merupakan dasar dalam perencanaan Medan Gymnasium yang akan menampung kegiatan olahraga indoor dan sejenisnya. Dengan memanfaatkan momentum tersebut maka perlu pembangunan sarana dan prasarana di bidang olahraga indoor yang sangat berarti bagi masyarakat Kota Medan.

Ada beberapa hal yang memperkuat alasan untuk segera dibangun sebuah Gymnasium kota Medan :


(30)

 Sumatera Utara khususnya Medan tidak memiliki Gymnasium yang dapat memenuhi standar olah raga indoor dan kebugaran,

 Banyaknya atlit-atlit senam SUMUT yang memberikan catatan manis bagi keolahragaan senam di tanah air,

 Memajukan serta memasyarakatkan olah raga indoor dan senam serta fitness dalam menjaga kesehatan dan kebugaran.

II.1.4.3. Kelayakan lokasi

Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat penting dalam menempatkan sebuah Gymnasium di kota Medan. Dikarenakan Gymnasium tersebut harus dapat meberikan peran yang sangat penting bagi kesehatan masyarakat luas. Hal yang dijadikan pemilihan lokasi antara lain :

 Berada di daerah yang menjadi titik dimana orang melakukan olahraga,

 Berada di kawasan perumahan, pertokoan ataupun perkantoran yang dapat menarik konsumen sebanyak mungkin,

Dapat mengakomodasi kegiatan olahraga baik indoor maupun outdoor,

 Memiliki luas tapak yang dapat dikembangkan kearah vertikal maupun horizontal. Dengan adanya fasilitas Gymnasium dikawasan tersebut, diharapkan dapat mengembangkan aktifitas positif dan mendorong pertumbuhan kawasan menjadi lebih baik.

II.2. Lokasi

Pembahasan lokasi meliputi kondisi lingkungan, persyaratan dan kriteria lokasi, kriteria desain tapak, analisa pemilihan lokasi, pemilihan lokasi dan deskripsi lokasi.

II.2.1. Kriteria Pemilihan Lokasi A. Tinjauan Terhadap Struktur Kota

Sebagai sebuah bangunan publik komersil yang mengedepankan keuntungan/profit, hal pertama yang harus dilakukan ialah memilih lokasi yang mendukung keberadaan Medan Gymnasium Center ini nantinya. Kriteria pemilihan lokasi untuk gedung Gymnasium meliputi faktor-faktor sebagai berikut :

1. Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan ( RUTRK ).

Penentuan lokasi harus sesuai dengan kebijakan pemerintah terhadap peruntukan lahan kota. (Gymnasium yang akan dirancang adalah suatu bentuk kegiatan


(31)

komersil/mengutamakan profit). Berdasarkan RUTRK, wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan ditetapkan menjadi 5 wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP), yaitu :

W P P

Kecamatan

Pusat

Pengembangan Peruntukan Wilayah Program Kegiatan Pembangunan A M. Belawan M. Marelan M. Labuhan Belawan Pelabuhan Industri Permukiman Rekreasi Maritim

Jalan baru, jaringan air minum, septic tank, sarana pendidikan dan

permukiman.

B M. Deli Tanjung Mulia

Perkantoran Perdagangan

Rekreasi Indoor Permukiman

Jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah, sarana pendidikan. C M. Timur M. Perjuangan M. Tembung M. Area M. Denai M. Amplas Aksara Permukiman Perdagangan Rekreasi Sambungan air minum, septic tank,

jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan. D M. Johor M. Baru M. Kota M. Maimoon M. Polonia Pusat Kota CBD Pusat Pemerintahan Hutan Kota Pusat Pendidikan Perkantoran Rekreasi Indoor Permukiman Perumahan permanen, pembuangan sampah, sarana pendidikan. E M. Barat M. Helvetia M. Petisah Sei Sikambing Permukiman Perkantoran Perdagangan Sambungan air minum, septic tank,


(32)

M. Sunggal M. Selayang M. Tuntungan

Konservasi Rekreasi Lapangan Golf

Hutan Kota

permanen, sarana pendidikan dan

kesehatan.

Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam RUTRK di atas, maka lokasi yang tepat untuk mendirikan Gymnasium yang bersifat komersil adalah di daerah pusat kota yang diorientasikan menjadi pusat CBD.

2. Lingkungan

Berada pada lokasi yang strategis, representatif dan cocok untuk fungsi pendukung skala kota. Lingkungan yang kondusif, seperti : keamanan dan kenyamanan, sangat mendukung kegiatan Gymnasium yang akan dirancang.

3. Kedekatan dengan titik olahraga

Lokasi merupakan faktor penentu yang sangat penting dalam hal perencanaan Gymnasium yang baik, berkaitan dengan keberadaan masyarakat luas yang melakukan kegiatan senam ataupun sejenisnya dan juga dalam rangka pencarian bakat baru dibidang senam ataupun sejenisnya. Dengan kata lain, Gymnasium harus dibuat sedekat mungkin dengan daerah bisnis, olahraga, dan pusat pemerintahan yang menjadi sumber komersil.

4. Jarak ke pusat kota

Fungsi bangunan adalah sebagai pusat kebugaran tubuh, dimana orang yang bekerja di perkantoran memiliki beban pikiran yang banyak, sehingga orang tidak lagi memikirkan kesehatannya. Dengan keberadaaan bangunan Gymnasium dekat dengan pusat kota, diharapkan para karyawan dapat menyempatkan diri mengunjungi Gymnasium agar dapat mengembalikan kebugaran tubuhnya setelah bekerja seharian di kantor.

B. Pencapaian

Karena Gymnasium menekankan hubungan yang erat dengan publik umum

tersebut, maka Gymnasium tersebut harus dengan mudah dicapai dengan baik oleh pejalan kaki maupun dengan transportasi umum.

C. Ukuran Lahan

Ukuran lahan harus mencukupi untuk program fungsional dan ruang pengembangan masa mendatang, biasanya dilakukan untuk mengantisipasi perluasan klub latihan. ( > 1 ha).

Tabel 2.1. RUTRK Sumber : BPS Medan


(33)

D. Fungsi lain di sekitar tapak

Jenis fungsi lain yang berada di sekitar tapak dapat mempengaruhi kegiatan operasionalnya. .

E. Kemacetan

Daerah yang memiliki tingkat kemacetan yang tinggi akan mempengaruhi aksesibilitas ke bangunan. Konsumen kurang berminat untuk mengunjungi Gymnasium tersebut apabila aksesibilitas/pencapaian ke bangunan kurang baik.

F. Pengenalan entrance

Entrance menuju dan keluar tapak harus semudah mungkin bagi pengunjung, atlit, dan tamu khusus, dengan adanya focal point untuk memudahkan pengunjung berorientasi.

G. Kebisingan

Keberadaan Gymnasium yang akan dirancang memerlukan tingkat kenyamanan yang baik. Walaupun perancangan Gymnasium dapat didisain untuk mengatasi kebisingan lingkungan yang sangat mengganggu, keadaan bebas dari kebisingan dan getaran yang berlebihan merupakan hal yang mutlak Perencanaan bangunan harus

mempertimbangkan eksistensi bangunan di sekitamya, yang tidak akan mempengaruhi baik di masa sekarang maupun masa mendatang.

II.2.2. Analisis Pemilihan Lokasi A. Alternatif Lokasi

Berdasarkan kriteria pemilihan di atas, maka diputuskan untuk memilih tiga alternatif tapak di kota Medan yang cocok untuk proyek Gymnasium Medan. Alternatif tersebut akan dianalisa dan kemudian dipilih tapak yang paling sesuai. Lokasi tapak yang terpilih adalah :

 Jln. Williem Iskandar

 Jln. Putri Hijau

 Jln. Teladan

 Jln. Setia Budi Gambar 2.6. Peta Umum Kota Medan


(34)

Peta Jln. Williem Iskandar

Peta Jln. Putri Hijau

Gambar 2.8. Peta Kawasan Putri Hijau Sumber : Dokumen pribadi

Gambar 2.7. Peta Kawasan Williem Iskandar


(35)

Peta Jln. Teladan

Peta Jln. Setia Budi

Gambar 2.9. Peta Kawasan Teladan Sumber : Dokumen pribadi

Gambar 2.10. Peta Kawasan Setia Budi Sumber : Dokumen pribadi


(36)

B. Penilaian Alternatif Lokasi

No

Kriteria

Lokasi

Jl. Williem Iskandar

Jl. Putri Hijau

Jl. Teladan Jl. Setia Budi 1 Konteks peruntukan

(RUTRK) Sangat cocok (5) Cocok (4) Cocok (4) Cocok (4)

2 Lingkungan Kondusif

(4) Kondusif (4) Cukup kondusif (3) Kondusif (4) 3 Kedekatan dengan titik

olahraga Sangat dekat (5) Sedang (3) Sangat dekat (5) Sangat dekat (5)

4 Jarak ke pusat kota Sangat dekat

(5) Sangat dekat (5) Jauh (2) Sedang (3)

Nilai Akhir 19 16 14 16

C. Analisa dan Penetapan Lokasi

No Kriteria Lokasi

Jl. Williem Iskandar

Jl. Putri Hijau

Jl. Teladan Jl. Setia Budi 1 Ukuran lahan 4,0 ha

(5) 1,2 ha (4) 1,2 ha (4) 1,3 ha (4) 2 Fungsi lain di

sekitar tapak Universitas Unimed, Kantor Arsip, Pertokoan, Perumahan (5)

Deli Plaza, rumah sakit, ruko-ruko, gedung TVRI, perkantoran, hotel (5) Stadion teladan, Ramayana, hotel, ruko, perumahan, UISU (5) Dekat perumahan mewah, USU, kios-kios, ruko, restaurant, TK (5) 3 Pencapaian Sangat mudah

(5) Mudah (4) Kurang (2) Mudah (4) 4 Kemacetan Sedang

(3) Macet (2) Kurang (4) Macet (2) 5 Pengenalan Entrance Sangat mudah (5) Mudah (4) Kurang (2) Sangat mudah (5) 6 Kebisingan Intensitas sedang

(3) Intensitas tinggi (2) Intensitas sedang (3) Intensitas tinggi (2) Tabel 2.2. Analisa Pemilihan Lokasi


(37)

Nilai Akhir 26 21 20 22

Total Nilai 45 37 34 38

Peringkat 1 3 4 2

Keterangan : 1 kurang sekali 2 kurang 3 sedang

4 baik

5 baik sekali

Dari penilaian dan analisa di atas, maka lokasi tapak di Jl. Williem Iskandar, menjadi tapak perencanaan yang paling memenuhi persyaratan.

II.2.3. Deskripsi Proyek

Secara umum dapat dijabarkan tinjauan umum proyek Medan Gymnasium sebagai berikut :

 Kasus Proyek : Medan Gymnasium

 Status Proyek : Fiktif

 Pemilik Proyek : Swasta dan bekerjasama dengan Pemerintah (KONI)

 Lokasi Tapak : Jln. Williem Iskandar, Kecamatan Medan Tembung Kotamadya Medan

o Batas Utara : Lahan Kosong

o Batas Timur : Jln. Selamet Ketaren

o Batas Selatan : Jln. Williem Iskandar

o Batas Barat : Kantor Arsip daerah

 Luas Lahan : + 4,0 Ha (+ 40.000 m2)

 Kontur : Datar

 KDB : 60 %

 KLB : 2-3 lantai

 GSB

o Jln. Williem Iskandar : 10 meter

o Jln. Selamet Ketaren : 10 meter

 Bangunan Eksisting : Lahan Kosong, Toko-toko 1 lantai. Tabel 2.3. Analisa Pemilihan Tapak


(38)

 Potensi Lahan :

o Area pengembangan olahraga Sumut

o Berada pada kawasan pendidikan

o Transportasi lancar dan baik

o Luas site mendukung + 4,0 Ha

o Memiliki jalur utilitas yang baik.

II.3. Tinjauan Fungsi

Bangunan difungsikan untuk mewadahi aktifitas-aktifitas kegiatan olahraga ataupun kebugaran tubuh serta fasilitas yang menunjang keberadaannya sebagai bangunan publik di sekitar kawasannya. Adapun fasilitas-fasilitas yang disediakan adalah :

 Fasilitas Edukatif

Kegiatan yang berlangsung dalam fasilitas edukatif ini adalah pendidikan keolahragaan yaitu berupa pelatihan.

 Fasilitas Rekreatif

Kegiatan yang berlangsung dalam fasilitas rekreatif yaitu dapat berupa pertandingan yang menyenangkan.

 Fasilitas Penunjang

Merupakan fasilitas yang disediakan untuk mengakomodasi keberadaan bangunan di kawasan urban sehingga bangunan juga memberi peran penting bagi kemajuan kawasan tersebut.

II.3.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

Karakteristik pengguna/ pengunjung :

Ditinjau dari segi usia

Sasaran pengguna bangunan ini yaitu usia yang produktif (10-24 tahun) yang berdomisili di kota Medan.

Ditinjau dari strata ekonomi

Pemakai dari bangunan secara umum tidak dibatasi dari segi strata ekonomi, tetapi dari segi pemesan bangunan berstrata ekonomi menengah ke atas.

Ditinjau dari segi aktifitas/ kegiatan

- Pengelola / pegawai

Mengatur dan menyelenggarakan segala kegiatan di dalam bangunan baik yang berhubungan dengan kegiatan kebugaran, juga dengan kegiatan publik.


(39)

- Pegawai pemerintah/KONI

Melakukan pertemuan dengan pengelola untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kemajuan olahraga khususnya pencarian bakat atlit dan olahraga lain yang ada di fasilitas Gymnasium tersebut.

- Publik Umum

Sebagai pihak yang mengunjungi maupun menggunakan fasilitas-fasilitas yang tersedia di dalam bangunan Gymnasium.

- Atlit dan official

Datang ke Gymnasium untuk melakukan latihan dan perlombaan ataupun pertandingan.

- Penyewa / tenant

Sebagai pihak swasta luar yang melakukan aktifitas kerja di dalam bangunan tetapi berhubungan dengan kegiatan kebugaran tubuh.

II.3.2. Deskripsi Perilaku

Pelaku kegiatan aktifitas olahraga senam, kebugaran tubuh dan olahraga lainnya yang ditampung di dalam Gymnasium dapat melahirkan kebutuhan ruang dalam dan ruang luar. Pelaku kegiatan yaitu pengunjung, pemain/atlit, pelatih dan pengelola mempunyai kegiatan yang berbeda-beda.

Untuk pengunjung

 Latihan kebugaran dan sejenisnya,

 Menonton pertandingan ataupun perlombaan,

 Mengunakan fasilitas senam, fitness dan lainnya yang tersedia,

 Rekreasi keluarga yang berisifat dapat mengembalikan stamina, belanja perlengkapan olah raga, makan dan minum di cafeteria.

 Menyewa gedung untuk kebutuhan yang lain yang memungkinkan diadakan di gedung ini seperti ujian masuk dll.

Untuk pemain, pelatih, dan official

 Pemain, mulai dari mengganti pakaian, pemanasan, bertanding, berlomba, istirahat, membersihkan badan dan lainnya. Kegiatan rutin berupa latihan beban di ruang fitness.

 Pelatih, memberikan pengarahan kepada pemain baik di dalam ruang maupun dari tepi lapangan saat bertanding ataupun saat berlomba.


(40)

 Official, membantu tim mengenai masalah administrasi, manajemen, dan akomodasi pemain.

Pengelola

Dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:

 Pengelola administrasi, mengatur sistem administrasi dan sistem operasi bangunan

 Pengelola lapangan, mengawasi kegiatan yang berlangsung dalam stadion dan penunjang, merawat dan memperbaiki bangunan.

II.3.3. Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang

Adapun kebutuhan ruang yang terdapat dalam proyek Medan Gymnasium antara lain:

Ruang Pertandingan

No Jenis Ruang Kebutuhan

Ruang

1 Hall Pertandingan Lapangan

2 Tribun

VIP Tempat duduk

Biasa Tempat duduk

3 R. Pemeriksaan R. Pemeriksaan

Kesehatan

4 R. P3K R. Rawat

Wastafel

5 R. Pemanasan R. Pemanasan

( 2 ruang)

6 R. Pertemuan Teknis R. Pertemuan Teknis

( 2 ruang)

7 R. Pijat R. Pijat

8 R. Pers & Media R. Kerja

R. Wawancara

Toilet Pria

Toilet Wanita

9 Toilet Pengunjung

Pria ( 60%)x5000 Wastafel

Urinoir

K.M

Wanita ( 40% )x5000 Wastafel

K.M

10 R. Ganti Atlit Toilet Pria

( 2 ruang) Wastafel

Urinoir K.M Loker Kursi Toilet Wanita Wastafel K.M Loker Kursi

11 R. Ganti Pelatih & Toilet Pria

Ofisial (2 ruang) Wastafel


(41)

K.M Loker Kursi Toilet Wanita Wastafel K.M Loker Kursi

12 R. Ganti Wasit Toilet Pria

Wastafel Urinoir K.M Loker Kursi Toilet Wanita Wastafel K.M Loker Kursi

13 Gudang R. Peralatan

R. Janitor

14 R. Keamanan R. Keamanan

Ruang

Latihan

No Jenis Ruang Kebutuhan

Ruang

1 Hall Latihan Lapangan

Gudang Peralatan

2 Gymnastic Resepsionis

Hall Latihan

Gudang Peralatan

3 R. Ganti Atlit Toilet Pria

( 2 ruang) Wastafel

Urinoir K.M Loker Kursi Toilet Wanita Wastafel K.M Loker Kursi

4 R. Ganti Pelatih Toilet Pria

Wastafel Urinoir K.M Loker Kursi Toilet Wanita Wastafel K.M Loker Kursi


(42)

Ruang

Penerima

No Jenis Ruang Kebutuhan

Ruang

1 Ruang Penerima Lobby/ Hall

R. Loket

R. Informasi

R. Security

Ruang Pendukung

No Jenis Ruang Kebutuhan

Ruang

1 Restaurant R. Makan

Kasir

Pantry, R. Saji

Dapur R. Wastafel Gudang Kering Gudang Basah R. Istirahat Toilet Karyawan Toilet Pengunjung R. Janitor

2 Fitness Center R. Administrasi

Hall Latihan

R. Ganti, Loker, Shower

Toilet Pria

Toilet Wanita

R. Senam Tubuh

Resepsionis + Kasir

R. Instruktur

Gudang Peralatan

3 R. Serba Guna R. Pertemuan

R. Tunggu

R. Rapat

R. Peralatan

Toilet

4 Retail Shop R. Display

( 10 retail )

5 Souvenir Shop R. Display

( 2 retail )

Ruang Pengelola

No Jenis Ruang Kebutuhan

Ruang

1 R. Manager

2 R. Ass Manager

3 R. Kerja

4 R. Rapat

5 R. Tunggu

6 R. Pegawai

7 R. Ganti Pegawai

8 Toilet 9 Dapur


(43)

Ruang

Utilitas

No Jenis Ruang Kebutuhan

Ruang

1 Water Reservoir

2 R. PABX & sound

system

3 R. CCTV

4 R. Pompa

5 R. Panel

6 R. Mesin

7 R. Kontrol

8 R. Sampah

9 Gudang

II.3.4. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang

Gymnasium sendiri memiliki kebutuhan ruang yang sangat beragam, namun dapat memenuhi kebutuhan dari senam itu sendiri. Kebugaran tubuh manusia dapat dicapai bila keadaan ruang yang sangat mendukung.

Dari kriteria pemakai maupun aktifitas yang berlangsung didalam Gymnasium yang akan dirancang ada 2 kategori pengelompokan yaitu :

1. Kebutuhan ruang yang mengakomodir kegiatan rekreasi, 2. Kebutuhan ruang yang mengakomodir kegiatan prestasi.

Kebutuhan Ruang Kegiatan Rekreasi

Kriteria kebutuhan ruangan ini adalah bersifat rekreatif dan juga banyak diminati oleh seluruh lapisan masyarakat. Olahraga yang dimaksud dapat berupa :

 Fitness,

 Senam aerobik,

 Sauna.

1. Fitness

Bentuk dan Dimensi

Bentuk dari fasilitas kebugaran tidaklah bermasalah namun yang terpenting adalah harus mudah dibersihkan. Bentuk yang dianjurkan adalah segiempat dengan perbandingan panjang dan lebar 3 : 1 dan untuk pemakainya perlu 5 m2/orang. Jarak antara peralatan fitness dengan lainnya sejauh 1m untuk kemudahan dipidah-pindahkan.

Ruang peralatan yang dianjurukan adalah 3 m2/peralatan. Dapat digunakan untuk bangku dan rak peralatan. Tidak ada ketetapan dalam menentukan langit-langit untuk

Tabel 2.4. Analisa Kebutuhan Ruang Sumber : Dokumen pribadi


(44)

ruang fitness. Tingginya tergantung pada keadaaan ruangan yang akan diciptakan. Langit-langit yang dianjurkan adalah setinggi 3 m.

Persyaratan pada lantai :

 Menghindari penggunaan struktur plat datar. Dengan adanya peralatan fitness yang besar dan berat memungkinkan muncul bahaya terhadap struktur tersebut.

 Lantai bongkar muat penilaiannya harus hati-hati, sebab mesin latihan mungkin memiliki berat beberapa ratus kilogram, jadi harus dapat mengakomodasi berat peralatan tersebut.

 Mempertimbangkan kejutan ataupun getaran.

 Beberapa bagian memerlukan perawatan lantai.

 Lantai tidak mudah licin, tidak rapuh dan tahan lama dan ditutupi oleh karet. Persyaratan pada dinding

 Mempertimbangkan kebutuhan akan baut untuk meletakan peralatan fitness yang memiliki baut 75 mm.

 Mempertimbangkan kebutuhan akan area bercermin. (catatan : seorang pemakai dapat melihat tubuh utuh mereka dengan cermin setinggi 1 m.

 Dinding harus halus dan mudah dibersihkan, tahan lama dan bebas dari proyeksi.

 Ruang untuk tabel, papan pesan dan info harus dirancang.

Gambar 2.11. Persyaratan R. Fitness Sumber : Data Arsitek

Gambar 2.12. Persyaratan R. Body Builder Sumber : Data Arsitek


(45)

2. Aerobik

Bentuk dan Dimensi

Harus dapat mengakomodasikan kegiatan senam aerobic itu sendiri. Disarankan berupa bentuk persegi dengan perbandingan panjang dan lebar 3 : 2.

Persyaratan pada lantai

 Lantai harus berwarna cerah, ulet dan bersemi, bahan kayu seperti maple.

 Lantai harus segi empat dan bersih dari proyeksi, bentuk yang menonjol ataupun bebas kolom.

 Sound system tidak boleh dilantai tapi harus didinding ataupun disisipkan di atas langit-langit.

Persyaratan pada dinding

 Cermin besar pada satu dinding.

 Tiang bantuan untuk balet pada satu dinding atau semuanya.

 Pintu harus terbuka keluar dari studio.

Permukaan tidak abstraktiv, maksudnya adalah tidak adanya dinding yang tidak jelas, seperti : dinding yang melengkung dan miring.

3. Sauna

Gambar 2.13. Persyaratan Matras Senam Sumber : Data Arsitek

Gambar 2.14. Persyaratan Balet dan Tari Sumber : Data Arsitek

Gambar 2.15. Persyaratan R. Sauna Sumber : Data Arsitek


(46)

Kebutuhan Ruang Kegiatan Prestasi 1. Gymnastic

Persyaratan hall latihan

Keseluruhan dimensi ditentukan oleh banyaknya perlengkapan yang dimiliki, run-ups dan area latihan. Minimum tingginya 6,5 m yang dapat memenuhi seluruh latihan yang dimiliki. Struktur bentang lebar akan dapat memberikan fleksibilitas ruang dan juga jarak bentang yang dapat ditahan oleh kolom tersebut.

Struktur atap didisain dapat mengakomodasi kegiatan senam seperti gelang-gelang. Permukaan dinding harus dimungkinkan menghindari proyeksi dari jarak lari untuk kuda-kuda lompat.

Gambar 2.16. Tempat Pertandingan Senam Wanita Sumber : Data Arsitek

Gambar 2.17. Tempat Pertandingan Senam Pria Sumber : Data Arsitek

Gambar 2.18. Aksonometri Ruang Pertandingan Senam Sumber : HSRB


(47)

II.4. Studi Banding Arsitektur yang mempunyai fungsi sejenis 1. Tokyo Metropolitan Gymnasium, Tokyo

Lokasi : Shibuya, Tokyo, Japan Tahun penyelesaian : 1990

Sistem struktur : beton bertulang/rangka baja Jumlah lantai : 3 lantai + 2 Basement Luas tapak : 45.800 m2

Luas bangunan : 24.100 m2 Total luas lantai : 43,971 m2

Konsultan struktur : Kimura Structural Engineers Konsultan M/E : Sogo Consultants

Gymnasium ini berada di luar taman Meiji Shirne. Bentuknya yang begitu indah memberikan kesan yang sangat megah ketika berada disekitar taman tersebut. Bentukan massa yang elips membuat ruang didalamnya begitu luas dan lebar. Gymnasium ini memberikan kontribusi yang menarik bagi tatanan

kota Tokyo. Kehadirannya terhadap tampak kota Tokyo itu sendiri sangat berhasil, hal ini terlihat dari beberapa event yang diselenggarakan di Gymnasium itu sendiri. Dengan adanya Gymnasium tersebut membuat keberadaan kota Tokyo menjadi lebih maju sedikit atau banyaknya.

Gambar 2.19. Tokyo Metropolitan Gymnasium


(48)

2. Gymnasium Beijing University Of Technology

Data-data statistik:

Lokasi : Timur Laut Beijing

Sistem struktur : beton bertulang/rangka baja Jumlah lantai : 4 lantai + 1 Basement Luas tapak : 66.124 m2

Luas bangunan : 24.383 m2 Area Kompetisi : 1.500 m2

Tempat duduk kpmpetisi : 7.508 (5.741 permanen, 1.741 sementara) Tinggi Bangunan

- Hall Kompetisi : 2,9 m - Hall Pemanasan : 15,5 m Tempat Parkir : 243 mobil

Dan pada 2007 dua pertandingan “Good Luck Beijing’ diselengarakan di tempat ini: pada 10 sampai 14 Oktober, International Badminton Invitational Tournament, dan pada 5 sampai 7 Desember, Rhythmic Gymnastics International Invitational Tournament.

Dengan luas 24.383 meter persegi gymnasium BUT memiliki kapasitas 7.500 kursi. Gimnasium ini memiliki hall kompetisi and hall untuk pemansasan.

Gimnasium BUT dikabarkan sebagai bangunan dengan langit-langit berupa kubah gantung terbesar dengan diameter 93m. Juga baja yang digunakan untuk menghasilkan struktur ini memiliki berat kurang dari 1.200 ton dengan rata-rata 60kg permeter persegi.

Gambar 2.20. Gymnasium Beijing University Sumber : Internet


(49)

Sistem ventilasi dan pengatur udara yang canggih

Baik badminton dan senam ritmik memiliki ketentuan khusus dengan kecepatan udara pada saat kompetisi. Khusus untuk badminton, Federasi Badminton International (IBF) menetapkan standar suhu ruangan mencapai 26° celcius dengan kecepatan angina tidak melebihi 0.2m/s. Tapi gymnasium BUT telah melakukan lebih: selain memenuhi standar IBF, gymnasium ini juga dapat menjaga agar suhu didalam ruangan dapat konstan berada pada 25° celcius.

Rahasianya, seperti diungkapkan oleh Zhang Ailin, wakil presiden BUT, terletak pada tempat duduk penonton. Dibawah setiap kursi-kursi tersebtu, terdapat tiga ventilasi dengan diameter 13cm-total terdaat 9.100 ventilasi yang terletak diseluruh gymnasium.

Tempat pertandingan yang ramah lingkungan

“Sejumlah cara menghemat energi dan ramah lingkungan telah digunakan pada gymnasium ini,” kata Zhang. Dia menyebukan beberapa yang termasuk di dalamnya mendaur ulang air hujan, pemanas tenaga bumi untuk pemanas di musim dingin, dan pompa air energi panas untuk penyejuk di musim panas.

Peninggalan budaya penting setelah Olimpiade

Zhang mengungkapkan bahwa diawal pembangunan konsturksi gimnasium BUT, seluruh kampus BUT dirancang ulang untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik dengan manusia, alam, arsitektur sekolah, dan lingkungan untuk menekankan kegunaan bangunan ini setelah pertandingan Olimpiade.

Setelah pertandingan Olimpiade, gymnasium BUT akan tetap menjadi peninggalan budaya yang penting. Tempat ini akan menjadi bangunan penanda di kampus tersebut dan area timur laut Beijing.

Gimnasium BUT akan berguna untuk sekolah dan masyarakat: sebagai pusat kegiatan sekolah dan sebagai pusat rekreasi bagi masyarakat setempat dan sebagai tempat berlatih bagi tim nasional badminton Cina.


(50)

3. Sendai Gymnasium, Sendai

Sendai Gymnasium terletak Tomizawa, Taihaku-ku, Sendai, Jepang. Dibuka pada September 1984. Sendai Gymnasium merupakan fasilitas olahraga indoor terbesar di Sendai. Digunakan untuk pertandingan olahraga regional maupun internasional, perayaan seperti perayaan pembukaan universitas dan penutupan akhir tahun maupun konser. Kapasitasnya : 4681 bangku permanen dan 1024 bangku bongkar-pasang. Fasilitasnya terdiri dari : lapangan basket, lap. Voly, lap. Bulutangkis, lap. Tenis, kolam renang, restauran, dan lainnya. Sendai Gymnasium merupakan stadion olah raga yang sangat terlengkap dan bertaraf internasional.

Gambar 2.21. Sendai Gymnasium Sumber : Internet


(51)

BAB III


(52)

BAB III

ELABORASI TEMA III.1. Tema

III.1.1. Pengertian Tema

Tema yang akan diterapkan pada Medan Gymnasium Center ini adalah Arsitektur

High-Tech.

 Arsitektur

Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia beradab. (Encyclopedia Britannica,

www.tripod.com )

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.(id.wikipedia.org/wiki).

Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni. (mengutip Vitruvius, De Arhcitectura)

 High-Tech

Istilah Arsitektur High Tech pertama kali muncul pada awal tahun 70-an yang digunakan para arsitek untuk menyatakan “teknologi alternative”. Sejalan dengan waktu istilah tersebut semakin umum digunakan, namun arsitek-arsitek High Tech sendiri lebih memilih untuk menggunakan istilah “teknologi tepat guna”, sebuah istilah yang ambisius.

High dalam bahasa Indonesia berarti tinggi. Tinggi disini maksudnya adalah

sesuatu yang mengacu pada modernisasi dan hal yang baru.

Tech merupakan kata lain dari Technology. Dalam Bahasa Indonesia, kata ini

berubah dan diserap menjadi teknologi yang artinya adalah suatu metode yang dipakai dalam suatu pemecahan masalah perancangan. Masalah perancangan yang dimaksud disini adalah masalah struktur, serta pemakaian bahan yang terkait dengan sistem konstruksi yang mendukung untuk bangunan yang dirancang.

Dari penjabaran di atas, maka diperoleh pengertian bahwa Arsitektur High-Tech adalah gaya perancangan suatu bangunan atau lingkungan binaan dengan beberapa standar tertentu yang kemudian ditata dan diatur agar pemecahan masalah yang ada berhasil


(53)

dicapai dengan pemakaian suatu metode yang tidak biasa, baik itu dari sistem struktur, serta pemakaian bahan bangunan yang fungsional dan estetis.

Di Amerika Serikat istilah High Tech memang menunjuk kepada pengertian langgam, sedangkan di Inggris maknanya lebih dalam, dimana High Tech tidak ada hubungannya dengan High Teknologi, sebagaimana Gotic tidak ada hubungannya dengan Goths (salah satu suku bangsa Jerman yang mempunyai wilayah terbentang dari Batic sampai ke Laut Hitam dan abab ke 3 Masehi menyerang kekaisaran Romawi ).

III.1.2. Sejarah dan Representasi

High tech adalah sebuah fenomena abad 20 pada industri bangunan yang berpengaruh pada dunia arsitektur dan desain. Istilah High Tech adalah sebuah penemuan pada tahun 1970-an terhadap perancangan bangunan dan objek untuk rumah dan menjadi popular setelah Joan Kron dan Suzanne Slesin, menulis buku yang menjadi best selling tahun 1978 berjudul “High Tech : The Industrial Style and Source Book for The Home”. Dalam buku tersebut dikatakan bahwa high tech adalah istilah arsitektural yang digunakan untuk menerangkan bertambahnya bangunan dengan pengeksposan struktur dan elemen-elemen lainnya yang terbuat dari bahan prefabrikasi yang biasa digunakan untuk membangun gudang dan pabrik. Pada buku ini Suzanne Slesin dan Joan Kron juga mengikutsertakan trend pararel dalam design interior seperti penggunaan peralatan industri di rumah ke dalam pengertian high-tech.

Akantetapi, Jauh sebelum tahun 1970, high-tech sudah ada dan diterapakan. Menurut Colin Davies dalam bukunya yang berjudul ‘High tech architecture’ pada tahun 1779 dibangun jembatan di river severn di Coalbrookdale. Jembatan ini merupakan jembatan yang pertama kali terbuat dari besi dan strukturnya terbuat dari material prefabrikasi. Pada tahun 1848 dibangun Decimus Burton’s Palm House yaitu sebuah struktur bentang lebar dari besi,baja, dan beratap kaca. Pada tahun 1889 menara Eiffel dibangun dengan menggunakan material prefabrikasi dan struktur yang canggih. Struktur bangunan-bangunan tersebut memberikan pengaruh yang tidak sedikit pada perkembangan arsitektur high-tech sekarang ini. Bangunan-bangunan tersebut merepresentasikan bentuk alternatif bangunan yang berdasar pada teknologi industri.

Kemudian pada tahun 1920an yaitu pada zaman arsitektur modern, arsitektur high-tech juga berkembang misalnya pada tahun 1927 Buckminster Fuller membangun Dymaxion House, sebuah rumah dengan struktur logam ringan berbentuk heksagonal.


(54)

Teknologi yang digunakan pada rumah ini adalah adaptasi dari teknologi yang digunakan untuk membangun pesawat terbang pada saat itu. Bangunan ini menunjukkan ciri dari arsitektur high-tech secara keseluruhannya. Karena bangunan rancangannya ini, Colin Davies dalam bukunya yang berjudul ‘High tech architecture’,mengatakan jika ada orang yang pantas disebut sebagai ‘bapak high-tech” maka Buckminster Fuller lah yang pantas.

Pada tahun 1960an, sebuah grup yang dikenal dengan Archigram (Peter Cook, Warren Chalk, David Greene, Denis Crompton, Ron Herron dan Mike Webb) mulai menmpublikasikan dan memamerkan proyek teoritis yang secara jelas menjabarkan tentang elemen-elemen dari arsitektur high-tech pada tahun 1970an dan 1980an.

Walaupun high-tech telah ada sebelum tahun 1970an, Istilah High-tech mulai terkenal sejak tahun 1970an. Hal ini disebabkan perkembangan teknologi yang memang sangat maju pada jaman tersebut yang ditandai dengan adanya pendaratan pertama di bulan oleh Neil Amstrong pada tahun 1969 sehingga masyarakat pada waktu itu mulai berpikir ke depan dan menyukai perubahan-perubahan yang didapat dari teknologi.

Bangunan Hightech memiliki sejumlah karakter, diantaranya adalah : - terbuka

- struktur yang trasparan dan maju.

- menggunakan material dan teknik yang terbaru - penggunaan warna penting pada bangunan - terdiri dari lapisan yang banyak

- pengeksposan rangka yang menunjukkan artikulasi dari tiap lantai dan dinding.

Hal yang dapat dipelajari adalah bangunan High Tech pada dasarnya memiliki keseimbangan antara fungsi dan simbolisme.

Arsitektur High Tech dan Kota

Tiga bangunan High Tech yang terpenting, yaitu : Center Pampidou, Llyod’s

Building, dan Hongkong Bank adalah bangunan tengah kota dan arsiteknya telah

menyatakan bahwa konteks perkotaan telah memberikan efek yang besar pada desain mereka. Meskipun demikian adalah benar untuk mengatakan bahwa kepedulian kota, seperti manipulasi ruang, tidak merupakan suatu elemen utama dalam filosofi High Tech.

Ada alasan mengapa arsitektur kota bukan merupakan suatu elemen utama dalam filosofi High Tech; dan ada alasan lain mengapa perkotaan bukan elemen utama filosofi High Tech dan itu berhubungan erat dengan masa, yaitu :


(55)

High Tech melihat ke depan Arsitektur yang optimistik

 Kemampuan untuk mengendalikan lingkungan daripada beradaptasi dengan lingkungan

 High Tech anti urban style tidak seperti kota yang berhubungan erat dengan tradisi kesinambungan dan sejarah

 Bangunan High Tech biasanya memperlihatkan kota secara revolusioner bukan tradisional.

Jika sebuah kota dibangun itu akan menjadi suatu yang abstrak, penuh dengan kotak-kotak servis atau mega struktur, fleksibel, dan diubah-ubah.

Kesimpulan

Berdasarkan sejumlah penjabaran diatas dapat di tarik sejumlah kesimpulan, sebagai berikut :

 Bangunan High Tech pada dasarnya memiliki keseimbangan antara fungsi dan simbolisme

 Konsep Arsitektur High Tech seperti rangka baja, kabel yang diekspose ditunjukkan agar terjadi ruang dalam yang memiliki fleksibilitas maksimal.  Arsitektur High Tech meletakkan performance yang proporsional antara aspek

arsitektur, struktur, dan mekanikal.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pengertian arsitektur High Tech adalah: 1. Arsitektur yang mempunyai karakteristik material kaca dan baja.

2. Pada pokoknya mengikuti ekspresi “kejujuran” suatu keagungan yang ditampilkan melalui kejelasan material yang digunakan, maupun material yang digunakan diproduksi secara massal.

3. Biasanya membubuhkan ide-ide tentang produk industri.

4. Digunakan oleh industri-industri lainnya tidak hanya sebagai bangunan namun juga sebagai sumber imajinasi.

Konsep arsitektur High Tech seperti rangka baja, kabel, zona service dan utilitas yang diekspose ditujukan agar terjadi ruang dalam yang memiliki fleksibelitas yang maksimal.


(56)

III.2. Keterkaitan Tema dengan Judul Proyek

Pada era industri saat ini, manusia selaku objek arsitektur tentu akan semakin dekat dengan ’wajah’ dari dunia industri. Semakin berkembangnya teknologi maka manusia akan semakin terbiasa dengan material-material baru dengan teknologi terbaru.

Sebagai sarana olahraga dan kebugaran tubuh yang menyediakan fasilitas dan sarana yang memadai, tentu melibatkan unsur iptek. Maka Medan Gymnasium yang akan direncanakan membutuhkan teknologi yang baik. Selain itu untuk memfasilitasi kekompleksitasan keperluan sebuah Gymnasium dibutuhkan teknologi yang mampu menunjang keperluan tersebut.

Medan Gymnasium merupakan sarana olahraga yang diperuntukan bagi masyarakat umum sehingga dibutuhkan sistem stuktur dan teknologi yang baik. Selain itu, didalam Medan Gymnasium ini dibutuhkan juga suasana yang modern serta mampu memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pemakainya.

III.3. Penerapan Tema pada Bangunan

Tema arsitektur hightech yang mengusung penggunaan material kaca dan baja ternyata memberikan dampak tertentu pada lingkungan maupun bangunan itu sendiri. Namun sebagai bangunan yang menerapkan arsitektur hightech, terdapat sejumlah hal yang perlu dipertimbangkan sehingga bangunan dapat memberikan suasana terbaik. Arsitektur hightech yang biasa diciri-khaskan sebagai bangunan yang banyak menggunakan material kaca, perlu mempertimbangkan sejumlah hal.

III.3.1. Penerapan penggunaan kaca pada bangunan

Penggunaan kaca pada bangunan perlu mempertimbangkan sejumlah faktor, diantaranya adalah faktor radiasi matahari. Ada sejumlah jenis kaca yang memberikan pengaruh panas yang berbeda-beda pada bangunan. Dapat dijelaskan sebagai berikut adalah :

 Pemakaian kaca transparan tanpa pelindung.

Kaca jenis ini meneruskan kalor radiasi ke dalam bangunan sebesar 76-78 % dari energi panas yang diterima permukaan kaca. Dengan penggunaan kaca jenis ini namun digandakan penyerapan kalor radiasi bisa berkurang sebesar 20% disbanding dengan penggunaan kaca polos tanpa pelindung tunggal.

 Pemakaian kaca penghisap panas.

Penggunaan kaca jenis ini dapat mengurangi energi kalor sebesar 40-47%.  Penggunaan kaca pemantul panas


(57)

Penggunaan kaca jenis ini dapat mengurangi penyerapan kalor sebesar 66%.  Penggunaan sunscreen

Penggunaan sunscreen pada kaca dapat mengurangi penyerapan kalor hingga 42%.

 Alat peneduh.

Penggunaan alat peneduh pada bagian luar bangunan terbukti paling efektif. Peneduh ini dapat mengurangi panas yang diserap hingga 80%.

III.3.2. Pengaruh penggunaan kaca pada bangunan

Penggunaan kaca pada bangunan memberikan sejumlah efek pada lingkungan. Salah satunya adalah efek silau dari pantulan cahaya matahari. Dampak ini dapat dikurangi dengan menerapkan sejumlah upaya. Diantaranya adalah :

 Sejumlah penelitian tentang pengurangan dampak penggunaan kaca menyebutkan sejumlah hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi efeknya pada lingkungan, diantaranya dengan penempatan dinding kaca pada orientasi yang dinding, yaitu dengan mengurangi penggunaan kaca pada arah datang sinar matahari dan tidak menggunakan kaca refleksi, namun menggunakan kaca penyerap panas dipadukan dengan penggunaan kaca double. Langkah lain adalah dengan membangun penghalang. Contohnya adalah dengan memaksimalkan vegetasi pada arah datang sinar matahari.

 Penambahan vegetasi pada area kenaikan panas yaitu pada jarak 7m daria bangunan kaca. Namun demikian tingkat kenaikan panas sebesar ini hanya terjadi pada ketinggian 1,5 m sehingga penambahan vegetasi dengan ketinggian 1,5 m dapat mengurangi tingkat kenaikan panas ini.

 Vegetasi juga dapat mengurangi efek pantulan bunyi. Tingkat pantulan bunyi pada kasus ini terhitung cukup kecil.

Sejumlah masalah dialami saat menggunakan material kaca. Untuk mengurangi dampak yang dihasilkan maka dapat dilakukan sejumlah tindakan, yaitu :

 Manggunakan kaca double.

 Penggunaan kaca double yang berjenis kaca penghisap panas.  Penggunaan alat peneduh dalam dapat berupa tirai.


(58)

 Penggunaan alat peneduh luar berupa sun shading yang mampu menghalangi radiasi namun tidak menimbulkan dampak rumah kaca.

 Menggunakan kaca dari jenis yang mampu meneruskan panas namun sesedikit mungkin meneruskan kalor ke dalam bangunan.

 Mamadukan semua jenis upaya mengurangi penerusan kalor ke dalam bangunan.  Penggunaan kaca berwarna dapat mengurangi efek silau. Mengurangi efek silau

juga dapat dilakukan dengan sun shading. Selain berfungsi sebagai elemen fungsional, sun shading juga dapat berfungsi sebagai elemen arsitektural.

 Efek bising pada dasarnya tidak begitu besar berpengaruh. Penempatan bangunan yang menajuhi posisi jalan (sumber bunyi) sebenarnya telah mengurangi efek bising. Namun penggunaan kaca kedap atau double selain berfungsi mengurangi efek panas juga dapat mengurangi bising.

 Penggunaan kaca khusus tahan api dan dapat dibuka pada bagian tertentu dapat mengurangi bahaya kebakaran. Kaca ini terdiri dari sejumlah jenis, diantaranya adalah kaca wireglass, laminated glass.

 Penggunaan kaca dengan ketebalan yang tepat merupakan salah satu solusi untuk mengurangi dampak buruk dari air dan udara (kelembaban).

Gambar 3.1. Ilustrasi penggunaan kaca Sumber : Internet


(59)

III.3.3. Buildings Film

Adanya keterbatasan akan kemampuan kaca yang ada akan penangkalan radiasi matahari secara langsung (maksimal 40%) maka diperlukanlah suatu bahan lain yang dapat megurangi dampak radiasi ultraviolet yang masuk kedalam bangunan. Dengan semakin banyaknya panas yang masuk ke dalam bangunan maka kebutuhan akan AC akan semakin besar, otomatis akan mempengaruhi kinerja mesin yang tentu saja berpengaruh dengan meningkatnya biaya maintemance bangunan, untuk itu diperlukanlah Building film sebagi pelapis bahan kaca tersebut.

Building Film atau yang lebih dikenal dengan kaca film yang digunakan pada bangunan ini sudah mempunyai bermacam fariasi dan jenis dengan tingkat keunggulan yang beraneka. Kaca film yang di fungsikan ke bangunan ini sudah semakin berkembang salah satunya dengan mengunakan Teknologi Sputtered .

Dengan menggunakan proses sputtered technology dengan multi layer (hingga 9 lapisan), yang hingga kini merupakan teknologi terbaik dari Amerika Serikat. Sekadar catatan, proses pembuatan kaca film ada 3 bagian, yaitu dyed (sistem celup), metallized (dengan lapisan logam) dan sputtered (penembakan ion). Berkat teknologi Sputtered, sangup menolak sinar Ultra Violet hingga 99 %, serta dapat menahan panas dari IR (infra red) rejected sampai 95 juga memberi daya tahan yang lebih terhadap kaca.

DC MAGNETRON SPUTTERING MACHINE

Pemancaran partikel logam, sebuah proses pelapisan dielektrik yang bertumpuk-tumpuk melibatkan penggunaan mesin canggih DC Magnetron Sputtering seharga 21 juta US. Dibawah pengawasan yang ketat dan kontrol akurat dari para insinyur, mesin ini dapat menciptakan lapisan tipis yang terdiri dari tumpukan substansi partikel kompleks seperti perak. Penelitian yang hati-hati dan ketat memberi jaminan atas hasil produk yang berkualitas.

Ion bermuatan positif oleh tegangan negatif yang kuat dari bahan tujuan, akibatnya partikel-partikel atom di permukaan bahan tujuan tertarik secara paksa sehingga partikel


(60)

atom berenergi tinggi yang dipancarkan menyatu dengan substrat membentuk sebuah lapisan yang akurat

Kesimpulan

Pemakaian kaca pada bangunan yang bertema high-tech dapat di bantu dengan adanya kaca film untuk bangunan ini(building film). Dengan pemakiana bahan ini secara kuantitatif, ia menolak 94% panas yang ditransmisikan dari sinar infra-merah dan menolak 98% sinar ultra-violet yang masuk ke bagunan. Pada waktu yang sama, ia memungkinkan jendela dan permukaan kaca tetap jernih karena mentransmisikan lebih dari 70% cahaya.

III.3.4. Penerapan penggunaan Baja pada bangunan

Penggunaan baja pada bangunan high-tech sebagai elemen struktur yang mendukung seluruh beban bangunan termasuk pada struktur atap merupakan salah satu representasi tema pada bangunan. Menampilkan elemen struktural baja secara jujur.

Baja Stainless

Baja stainless merupakan baja paduan yang mengandung minimal 10,5% Cr. Sedikit baja stainless mengandung lebih dari 30% Cr atau kurang dari 50% Fe. Karakteristik khusus baja stainless adalah pembentukan lapisan film kromium oksida (Cr2O3). Lapisan ini berkarakter kuat,tidak mudah pecah dan tidak terlihat secara kasat mata. Lapisan kromium oksida dapat membentuk kembali jika lapisan rusak dengan kehadiran oksigen. Pemilihan baja stainless didasarkan dengan sifat-sifat materialnya antara lain ketahanan korosi, fabrikasi, mekanik, dan biaya produk. Penambahan unsur-unsur tertentu kedalam baja stainless dapat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keriteria baja yang diinginkan.

Umumnya berdasarkan paduan unsur kimia dan presentasi baja stainless dibagi menjadi lima katagori[4]. Lima katagori tersebut yaitu :

Gambar 3.3. Penggunaan Baja (BMW Welt Building) Sumber : Internet


(61)

 Baja stainless martensitik.  Baja Stainless austenitik  Baja stainless dupleks

 Baja stainless pengerasan endapan

Kesimpulan

Melalui sejumlah penjelasan diatas, Medan Gymnasium yang menerapkan tema High-Tech yang cukup menonjolkan penggunaan baja akan menggunakan baja jenis Stainless Dupleks yang memiliki sejumlah spesifikasi khusus terutama ketahanan terhadap nilai teganagan tarik yang lebih tinggi dibanding jensi baja lainnya. Selain itu, baja jenis ini juga memiliki nilai leleh yang lebih tahan. Ketahanan korosi juga melebihi jenis baja lainnya.

III.3.5. Penerapan System Pencahayaan Pencahayaan Gedung

Penggunaan lampu otomatis pada Medan Gymnasium merupakan salah satu penerapan tema high-tech pada bangunan. Lampu otomatis yang digunakan adalah lampu dengan metode aktivasi dengan sensor cahaya. Sirkuit yang diaktifkan dengan sensor cahaya akan mendeteksi kekurangan cahaya. Sirkuit yang berisi seperangkat alat pendeteksi cahaya ini akan menciptakan sinyal yang akan disampaikan melalui phototransistor sebagai sensor cahaya. Dengan perangkat ini intensitas penerangan yang dibutuhkan di dalam bangunan akan secara otomatis disesuaikan oleh alat kontrol ini.

Gambar 3.4. Sirkuit Lampu Otomatis

Sedangkan sistem pencahayaan objek koleksi dilakukan dengan sistem pencahayaan spotlight maupun sistem pencahayaan setempat.


(62)

III.4. STUDI BANDING YANG MEMPUNYAI TEMA SEJENIS

1. HONGKONG DAN SHANGHAI BANK (Hongkong , China, 1979-1986)

 Tipe bangunan : Bank

 Arsitek : Norman Foster  Deskripsi Bangunan :

Pada tapak yang hampir seluas 5000 m dengan lokasi yang strategis di pusat Statue Square, Central District, tower ini memiliki ketinggian 178,8 m, yang terdiri dari 77 lantai di atas sebuah plaza yang terletak di lantai dasar, dan empat lantai yang terletak di bawah tanah.

Ekspresi dari struktur baja yang menyelimuti bangunan ini didesain, dengan memberi lapisan aluminium abu-abu dan panel-panel silver metalik yang dipadu dengan tangkapan angin berlapis aluminium. Bangunan ini menghadirkan atrium dengan ketinggian 52 m, dan didesain untuk dapat menampung 3.500 orang.

Reputasi dari bangunan ini sebagai bangunan paling mahal yang pernah dibangun, sebagian disebabkan oleh mahalnya harga lahan di Hongkong. Bangunan ini telah membuktikan tingginya tingkat fleksibilitasnya ketika bank memasang instalasi ruang penjualan baru tahun 1995 dalam periode kurang dari enam minggu. Air untuk pendinginan bangunan diambil dari teluk.

Pedestrian bagi publik yang ramai terletak 12 m di bawah bagunan, hal ini ditujukan unutk mengantisipasi ruang terbuka yang merupakan sesuatu yang mendapat perhatian penuh bagi kota ini.

Menghubungkan antara public space dan lingkungan perkantoran ini, sepasang eskalator menandakan perubahan yang baik seperti yang dilakukan bangunan WilisFaber & Dumas Offfices, ketika udara di luar baik ruang interior dapat menyesuaikan. (Jodido, Philip. Sir Norman Foster, 1997)

Norman Foster menjelaskan, “Gambar pertama mengenai bangunan ini bersama seorang ahli geomensi bernama Koo Park Lino, yang melihat site dari sisi feng seorang shui dan masyarakat kepada kita saat pertama kali kita berkunjung ke Hongkong. Pengaruh

Gambar 3.5. Gedung Hongkong Bank Sumber : Internet

Gambar 3.6. Interior Atrium Sumber : Internet

Gambar 3.7. Eskalator pada Atrium


(63)

ini subjektif dan sangat kuat pada desain bangunan. Berbekal hal tersebut, nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar untuk mempelajari perencanaan bengunan ini selanjutnya. Namun tanpa melupakan perancangan bangunan dari ancaman typoon sebaik seperti bangunan secara simbolik, yang menjadikan bangunan ini suatu bangunan yang aman.”

Pada bangunan ini Foster mengeksplorasi antara publik dan private. Peninggian bangunan sebanyak 12 m menciptakan publik space, kemudian eskalator naik ke atas menuju hall utama bank yang menciptakan semi public space dengan atrium berlantai 10. Mengenai desainnya Foster juga menekankan, “Sinar matahari yang dimasukkan kedalam jantung dari hall atrium,kemudian ditangkap oleh atap kaca dari plaza yang selanjutnya dipancarkan kembali. Pada malam hari keadaannya terbalik, cahaya memancar dari bawah dan plaza tersebut akan terlihat seperti garis-garis kristal atau permata. “

Bangunan ini menunjukkan bahwa Norman Foster mampu menyelesaikan masalah arsitektur secara baik dengan tetap menghadirkan pengeksposan struktur sebagai daya tarik dari tampilan bangunan dan juga memasukkan unsur-unsur dari luar bagunan yang mampu menghidupkan bangunan.

Peninggian bangunan guna menciptakan public space di bawahnya merupakan penerapan ide yang baik bagi kotekstual bangunan dan lingkungannya. Ide-ide lainnya yang lebih condong pada detail bangunan diselesaikan dengan sangat baik, desain gondola juga menghadirkan kesatuan dengan bangunan secara keseluruhan.


(64)

Gambar 3.9. Potongan gedung Hongkong dan Shanghai Bank

Sumber : Internet Gambar 3.8. Denah lantai 5


(65)

2. THE GREAT COURT OF BRITISH MUSEUM (1997 – 2004)

British museum adalah bangunan tua dimana pada bangunan ini Norman Foster menambahkan ruang lagi yang disebut dengan Great Court. Bangunan ini juga dirancang dengan prinsip ekologis dimana pada bangunan ini terdapat ventilasi dan pencahayaan alami. (www.architectureweek.com)

Gambar 3.10. Tampak samping great court Sumber : Internet

Gambar 3.12. Prinsip ekologi pada great court m

t

Gambar 3.11. Tampak atas great court Sumber : Internet


(66)

3. COMMERZBANK TOWER, FRANKFURT, GERMANY (1991 – 1997)

Bangunan ini merupakan bangunan tertinggi di Eropa dan bangunan tinggi ekologi pertama. Pada bangunan ini terdapat taman – taman yang dapat mengalirkan udara dan memberikan cahaya ke dalam bangunan.

Bangunan ini berlantai 56, memiliki tinggi 259 meter, menara lampu di bagian atas bangunan memberikan bangunan ini ketinggian tambahan menjadi 300,1 meter. (Jodido, Philip. Sir Norman Foster, 1997)

Gambar 3.13. Commerzbank tower

Sumber : Internet Gambar 3.14. Denah Commerzbank tower Sumber : Internet

Gambar 3.15. Taman pada Commerzbank tower

Sumber : Internet

Gambar 3.16. Sirkulasi udara pada Commerzbank Tower


(1)

Gambar 6.14. Rencana ME Sumber : Pribadi


(2)

Gambar 6.15. Rencana Fire System Sumber : Pribadi


(3)

Gambar 6.16. Detail - detail Sumber : Pribadi


(4)

Gambar 6.17. Sketsa Exterior Sumber : Pribadi


(5)

Gambar 6.18. Foto-foto Maket Sumber : Pribadi


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. De Chiara, John, Joseph & Callender, (1973), Times Saver Standard For Building

Type, Mc Graw Hill Book Company, New York.

2. Engel, Heinrich, (1981), Structure System, Van Nostrand Reinhold Company, New York.

3. John, Geraint & Campbell, Kit (1987), Indoor Sports-Handbook of Sport and

Recreational Building Designm Vol.2.-.

4. Neufert, Ernst, (1997), Data Arsitek Jilid 1 Edisi 33, Terjemahan Sunarto Tjahjadi, PT. Erlangga, Jakarta.

5. Neufert, Ernst, (1997), Data Arsitek Jilid II Edisi 33, Terjemahan Sunarto Tjahjadi, PT. Erlangga, Jakarta.

6. Poerbo, Hartono, M. Arch., Ir., (1992), Utilitas Bangunan, Penerbit Djambatan, Jakarta.

7. Poerwadarminta, W.J.S., (1976), Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka,, Jakarta.