Perancangan Ulang Tata Letak Pabrik Dengan Menggunakan Metode Graph Based Construction Dan Travel Chart Pada PT. Morawa Electric Transbuana

(1)

II-1

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK PABRIK DENGAN

MENGGUNAKAN METODE GRAPH BASED CONSTRUCTION

DAN TRAVEL CHART PADA PT. MORAWA ELECTRIC

TRANSBUANA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

RUTH HELENA SIRAIT

060403043

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK PABRIK DENGAN

MENGGUNAKAN METODE GRAPH BASED CONSTRUCTION

DAN TRAVEL CHART PADA PT. MORAWA ELECTRIC

TRANSBUANA

DRAFT TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

RUTH HELENA SIRAIT

060403043

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II

( Ir. Danci Sukatendel ) ( Tuti Sarma Sinaga, ST, MT )

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan draft Tugas Sarjana ini.

Penulis melaksanakan penelitian di PT. Morawa Electric Transbuana yang bergerak di bidang pembuatan transformator. Judul Tugas Sarjana yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Perancangan Ulang Tataletak Pabrik dengan Metode Graph Based Construction dan Travel Chart di PT. Morawa Electric Transbuana”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan rancangan tataletak yang dapat memberikan jarak perpindahan yang minimum.

Penulis menyadari bahwa proposal Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan proposal ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS.


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini, penulis telah mendapatkan bimbingan dan dukungan yang besar dari berbagai pihak, baik berupa materiil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Danci Sukatendel, selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

3. Ibu Tuti Sarma Sinaga ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. Bapak Ir. Mangara Tambunan MT, selaku Kepala Laboratorium Komputasi atas bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

5. Bapak Francis Rajagukguk, ST selaku pembimbing lapangan selama melakukan penelitian di PT. Morawa Electric Transbuana.

6. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan sepenuhnya dan doa untuk kelancaran dalam penulisan laporan ini.

7. Rekan seperjuangan pada saat penelitian, Santa Sitorus, Rotua Panjaitan dan Wenny Purba.


(5)

8. Rekan seperjuangan di Laboratorium Komputasi (Christina, Alfi, Andy, Yansen, Yansen S, Ronald, dan Eddy) dan adik-adik junior di Laboratorium Komputasi (Grace, Jesica, Jhonli, Mike, Efraim, Melisa, Wiliam, dan Binsar) atas masukan yang membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini. 9. Sahabat penulis, Mastora, Shinta, dan Andhi P., Andi V, Dendi, dan

teman-teman stambuk 2006 lainnya yang tidak bisa disebutkan namanya.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaian laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2011


(6)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xvii

I . PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Rumusan Permasalahan ... I-2 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Asumsi dan Batasan Penelitian ... I-3 1.5. Manfaat Penelitian ... I-4 1.6. Sistematika Tugas Akhir ... I-5

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1


(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha... II-2 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2

2.3.1. Struktur Organisasi PT. Morawa Electric

Transbuana ... II-2 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-3 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-14 2.3.3.1. Tenaga Kerja ... II-14 2.3.3.2. Jam Kerja ... II-16 2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan ... II-16 2.4. Proses Produksi ... II-17 2.4.1. Bahan ... II-17 2.4.1.1. Bahan Baku... II-17 2.4.1.2. Bahan Tambahan ... II-20 2.4.1.3. Bahan Penolong ... II-21 2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Produk ... II-22 2.4.3. Uraian Proses Produksi ... II-23 2.5. Mesin dan Peralatan ... II-35 2.5.1. Mesin Produksi ... II-36 2.5.2. Peralatan ... II-36 2.6. Tata Letak Pabrik ... II-40


(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

III. LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Pengertian Tataletak Pabrik ... III-1 3.2. Tujuan Tataletak Pabrik ... III-2 3.3. Jenis Persoalan Tataletak Pabrik ... III-4 3.4. Jenis Tataletak ... III-6 3.5. Jenis-jenis Pola Aliran Bahan ... III-12 3.6. Ukuran Jarak ... III-14 3.7. Metode Heuristik ... III-15 3.7.1. Metode Graph-Based Construction (Metode Grafik) . II-15 3.7.2. Travel Chart ... II-20

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Jenis Penelitian ... IV-1 4.2. Lokasi Penelitian ... IV-1 4.3. Metodologi Penelitian ... IV-1 4.3.1. Kerangka Konseptual... IV-1 4.3.2. Pengumpulan Data ... IV-2


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.3.3. Metode Pengolahan Data dengan Graph

Based Construction ... IV-3

4.3.4. Metode Pengolahan Data dengan Travel Chart... IV-4 4.3.5. Metode Analisis dan Evaluasi ... IV-5 4.3.6. Pengumpulan Data ... IV-5

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data... V-1 5.1.1. Ukuran Departemen Produksi ... V-1 5.1.2. Urutan Proses Produksi ... V-1 5.1.3. Volume Produksi Produk ... V-3 5.2. Pengolahan Data ... V-3

5.2.1. Penggambaran Block Layout Departemen

Lantai Produksi ... V-3 5.2.2. Penentuan Jarak Antar Departemen... V-5 5.2.3. Penentuan Frekuensi Perpindahan Material

Antar Departemen ... V-9 5.2.4. Perhitungan Total Momen Perpindahan


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.5. Pengolahan Data dengan Menggunakan

Graph Based Construction ... V-13

5.2.6. Pengolahan Data dengan Menggunakan

Travel Chart ... V-40

VI. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisis ... VI-1 6.1.1. Analisis Kondisi Awal Pada Lantai Produksi ... VI-1 6.1.2. Analisis Hasil Rancangan dengan Metode

Graph-Based Construction ... VI-2

6.1.3. Analisis Hasil Rancangan dengan Metode

Travel Chart ... VI-5

6.2. Pemilihan Usulan Tataletak Terbaik ... VI-9 6.3. Evaluasi Hasil Rancangan ... VI-12

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Data Beberapa Keterlambatan Pengiriman ... I-2 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Morawa

Electric Transbuana ... II-15 2.2. Jam Kerja PT. Morawa Electric Transbuana ... II-16 2.3. Spesifikasi Produk Transformator Satu Fasa... II-22 2.4. Spesifikasi Produk Transformator Tiga Fasa ... II--23 2.5. Daftar Mesin Produksi PT Morawa Electric Transbuana ... II-37 3.1. Pembobotan untuk Memilih Departemen ke-3 ... III-17 3.2. Pembobotan untuk Memilih Departemen ke-4 ... III-18 3.3 Pembobotan untuk Memilih Departemen ke-5 ... III-19 5.1. Data Departemen dan Ukurannya ... V-2 5.2. Urutan Proses Komponen Produk ... V-3 5.3. Titik Koordinat Tiap Departemen ... V-7 5.4. Jarak Antar Departemen Produksi (dij) (meter) ... V-9

5.5. Frekuensi Perpindahan Material Antar Departemen

per Tahun ... V-11 5.6. Perhitungan Total Momen Perpindahan Awal ... V-13 5.7. Pembobotan untuk Memilih Departemen ke Tiga ... V-21 5.8. Pembobotan untuk Memilih Departemen ke Empat... V-22 5.9. Pembobotan untuk Memilih Departemen ke Lima... V-23


(12)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.10. Pembobotan untuk Memilih Departemen ke Enam ... V-24 5.11. Pembobotan untuk Memilih Departemen ke Tujuh ... V-26 5.12. Pembobotan untuk Memilih Departemen ke Delapan ... V-27 5.13. Pembobotan untuk Memilih Departemen ke Sembilan ... V-28 5.14. Pembobotan untuk Memilih Departemen ke Sepuluh ... V-29 5.15. Pembobotan untuk Memilih Departemen ke Sebelas ... V-31 5.16. Pembobotan untuk Memilih Departemen ke Dua Belas ... V-32 5.17. Pembobotan untuk Memilih Departemen ke Tiga Belas ... V-33 5.18. Pembobotan untuk Memilih Departemen ke Empat Belas ... V-35 5.19. Pembobotan untuk Memilih Departemen ke Lima Belas ... V-36 5.20. Nilai Koordinat Departemen untuk Rancangan Alternatif I ... V-39 5.21. Jarak Antar Departemen untuk Rancangan

Alternatif I (meter) ... V-40 5.22. Nilai Koordinat Departemen untuk Rancangan Alternatif II ... V-42 5.23. Jarak Antar Departemen untuk Rancangan

Alternatif II (meter) ... V-43 5.24. Nilai Koordinat Departemen untuk Rancangan Alternatif III ... V-45 5.25. Jarak Antar Departemen untuk Rancangan

Alternatif III (meter) ... V-46 5.26. Nilai Koordinat Departemen untuk Rancangan Alternatif I ... V-48


(13)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.27. Jarak Antar Departemen untuk Rancangan

Alternatif I (meter) ... V-49 5.28. Nilai Koordinat Departemen untuk Rancangan Alternatif II ... V-51 5.29. Jarak Antar Departemen untuk Rancangan

Alternatif II (meter) ... V-52 5.30. Nilai Koordinat Departemen untuk Rancangan Alternatif III ... V-54 5.31. Jarak Antar Departemen untuk Rancangan

Alternatif III (meter) ... V-55 6.1. Perhitungan Momen Perpindahan Tataletak Alternatif I ... VI-3 6.2. Perhitungan Momen Perpindahan Tataletak Alternatif II ... VI-4 6.3. Perhitungan Momen Perpindahan Tataletak Alternatif III ... VI-5 6.4. Perhitungan Momen Perpindahan Tataletak Alternatif I ... VI-6 6.5. Perhitungan Momen Perpindahan Tataletak Alternatif II ... VI-7 6.6. Perhitungan Momen Perpindahan Tataletak Alternatif III ... VI-8 6.7. Perbandingan Momen Perpindahan Material Setiap Alternatif ... VI-9


(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT Morawa Electric Transbuana ... II-4 2.2. Blok Diagram Pembuatan Transformator ... II-35 3.1. Tataletak Proses ... III-7 3.2. Tataletak Produk ... III-8 3.3. Tataletak Kelompok Teknologi ... III-10 3.4. Tataletak Posisi Tetap ... III-11 3.5. Bentuk Garis Lurus (Straight Line) ... III-12 3.6. Bentuk Zig-zag ... III-13 3.7. Bentuk U ... III-13 3.8. Bentuk Melingkar ... III-13 3.9. Bentuk Sudut Ganjil ... III-14 3.10. Travel Chart (From-To Chart) ... III-17 3.11. Grafik Kedekatan Departemen 1 dan 3 ... III-17 3.12. Departemen 4 Masuk dalam Grafik ... III-18 3.13. Departemen 2 Masuk dalam Grafik ... III-18 3.14. Grafik Kedekatan Terakhir ... III-19 3.15. Block Layout dengan Grafik Kedekatan ... III-20 4.1. Kerangka Konseptual... IV-2 4.2. Flow Chart Perancangan Ulang Tataletak Pabrik ... IV-6 4.3. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-7


(15)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.1. Blok Diagram Urutan Proses Pembuatan Trafo ... V-2 5.2. Block Layout Lantai Produksi Awal ... V-4 5.3. Koordinat (x,y) Tiap Lokasi Departemen ... V-8 5.4. From to Chart Momen Perpindahan... V-14 5.5. Grafik Kedekatan Departemen F dan G ... V-14 5.6. Bidang Segitiga Departemen F-G-H ... V-15 5.7. Departemen E dalam Segitiga Departemen F-G-H ... V-16 5.8. Departemen I dalam Segitiga Departemen E-H-G ... V-18 5.9. Departemen K dalam Segitiga Departemen G-H-I ... V-19 5.10. Departemen J dalam Segitiga Departemen G-H-K ... V-20 5.11. Departemen L dalam Segitiga Departemen H-J-K ... V-21 5.12. Departemen D dalam Segitiga Departemen E-F-G ... V-23 5.13. Departemen M dalam Segitiga Departemen H-K-L ... V-24 5.14. Departemen N dalam Segitiga Departemen K-L-M ... V-25 5.15. Departemen O dalam Segitiga Departemen L-M-N ... V-27 5.16. Departemen C dalam Segitiga Departemen D-E-F ... V-28 5.17. Departemen B dalam Segitiga Departemen D-E-F ... V-29 5.18. Departemen A dalam Segitiga Departemen B-C-D ... V-31 5.19. Block Layout Alternatif I Graph-Based Construction ... V-32 5.20. Block Layout Alternatif II Graph-Based Construction ... V-35


(16)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.21. Block Layout Alternatif III Graph-Based Construction ... V-38 5.22. Block Layout Alternatif I Menggunakan Travel Chart ... V-41 5.23. Block Layout Alternatif II Menggunakan Travel Chart ... V-44 5.24. Block Layout Alternatif III Menggunakan Travel Chart ... V-47 6.1. Block Layout Usulan Terbaik ... VI-11


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Layout Awal Pabrik PT.Morawa Electric Transbuana ... L-1 2. Layout Usulan Pabrik PT.Morawa Electric Transbuana ... L-2 3. Formulir Penetapan Tugas Sarjana ... L-3 4. Surat Penjajakan ... L-4 5. Surat Balasan ... L-5 6. Surat Keputusan ... L-6 7. Lembar Asistensi ... L-7


(18)

ABSTRAK

PT. Morawa Electric Transbuana merupakan jenis perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang perakitan transformator dengan spesifikasi transformator yang diproduksi mulai dari transformator 25 kVA sampai 3000 kVA. Perusahaan ini terletak di Jalan Raya Medan Tanjung Morawa Km 20,5 Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

Perusahaan ini mengalami keterlambatan pengiriman barang kepada konsumen. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa ketidakefektifan yang terjadi di lantai produksi. Ketidakefektifan ini dapat dilihat pada jarak pemindahan bahan yang terlalu panjang, aliran bahan yang tidak teratur, dan tingginya penumpukan bahan setengah jadi.

Untuk meningkatkan efektifitas dari lantai produksi ini, maka dilakukan perancangan ulang tata letak pabrik yang telah ada dengan mempertimbangkan basarnya momen perpindahan material dan hubungan kedekatan antar departemen.

Cara yang digunakan dalam penyusunan ulang tatapabrik yang digunakan metode Graph Based Construction dan Travel Chart. Dari hasil perancangan ulang dengan menggunakan kedua metode ini, didapatkan beberapa alternatif. Dari alternatif yang didapat, dilakukan perbandingan dengan menggunakan momen perpindahan sebagai acuan perbandingan. Dari metode Graph Based

Construction didapat 3 alternatif, dengan besar masing-masing momen

perpindahan yaitu: alternatif I 764723.52 meter/tahun, alternatif II 736731.84 meter/tahun, dan alternatif III 756841.44 meter/tahun. Sedangkan dengan metode

Travel Chart didapat 3 alternatif, dengan besar masing-masing momen

perpindahan yaitu: alternatif I 729561.84 meter/tahun, alternatif II 772615.44 meter/tahun, dan alternatif III 705183.84 meter/tahun. Dari hasil perbandingan, maka rancangan usulan yang dipilih yaitu alternatif III dengan metode Travel

Chart dengan besar momen perpindahan 705183.84 meter/tahun dan tingkat

koreksi 14%.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perencanaan tataletak fasilitas produksi merupakan suatu persoalan yang penting, karena pabrik atau industri akan beroperasi dalam jangka waktu yang lama, maka kesalahan di dalam analisis dan perencanaan layout akan menyebabkan kegiatan produksi berlangsung tidak efektif atau tidak efesien. Perencanaan tataletak merupakan salah satu tahap perencanaan fasilitas yang bertujuan untuk mengembangkan suatu sistem produksi yang efisien dan efektif sehingga dapat tercapai suatu proses produksi dengan biaya yang paling ekonomis.

PT. Morawa Electric Transbuana merupakan jenis perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang perakitan transformator dengan spesifikasi transformator yang diproduksi mulai dari transformator 25 kVA sampai 3000 kVA. Perusahaan ini memiliki tipe produksi mengikuti aliran flowshop dimana pekerjaan dilakukan dengan routing yang tetap dan untuk jenis produk yang berbeda bisa melewati jenis mesin yang sama. Permintaan job sangat bervariasi dari segi jumlah dan spesifikasi sesuai dengan permintaan pelanggan dan tujuan penggunaannya.

Perusahaan ini sering mengalami kesulitan pengiriman barang kepada konsumen secara tepat waktu. Beberapa data pengiriman barang yang terlambat dapat dilihat pada Tabel 1.1.


(20)

Tabel 1.1. Data Beberapa Keterlambatan Pengiriman Barang

No Nama Konsumen

Tanggal Pengiriman Dijadwalkan

Tanggal Pengiriman Produk 1 PT. GROWTH

SUMATERA 12/08/2010 21/08/2010

2 PT. MUSI MAS 23/09/2010 03/10/2010

3 PT. ECOGREEN

OLEOCHEMICALS 07/11/2010 16/11/2010

Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa ketidakefektifan yang terjadi di lantai produksi. Ketidakefektifan ini dapat dilihat pada jarak pemindahan bahan yang tidak efektif dan aliran bahan yang tidak teratur. Risiko yang dapat terjadi jika hal ini terus berlangsung pemborosan pemakaian lantai produksi, peningkatan waktu produksi dan peningkatan biaya produksi serta turunnya tingkat kepercayaan konsumen terhadap perusahaan.

Dari permasalahan tersebut, diperlukan adanya perbaikan terhadap tataletak pabrik. Perbaikan tataletak pabrik dilakukan dengan menghitung momen perpindahan kemudian dicari usulan tataletak baru yang memiliki momen perpindahan yang lebih minimal. Dengan meminimalkan momen perpindahan, maka jarak pemindahan bahan akan semakin kecil.

1.2. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi masalah adalah perlunya perancangan ulang tataletak yang ada saat ini sehingga dapat diperoleh aliran bahan yang teratur dan jarak pemindahan bahan yang lebih efektif.


(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan rancangan tataletak yang dapat memberikan momen perpindahan material yang minimum dengan metode Graph Based Construction dan Travel Chart. Selain itu penelitian ini juga dilakukan dengan tujuan :

1. Menentukan aliran bahan yang paling efektif bagi perusahaan.

2. Menghitung efisiensi dari layout alternatif yang dihasilkan dari perbaikan tata letak lantai produksi.

3. Membandingkan perpindahan total antara layout yang lama dengan layout terbaik yang dihasilkan dengan menggunakan metode Graph-Based

Construction dan Travel Chart.

1.4. Asumsi dan Batasan Permasalahan

Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Proses produksi berlangsung secara normal selama penelitian dilakukan.

2. Tidak ada penambahan mesin atau peralatan baru yang mempengaruhi susunan dan ukuran tiap departemen pada lantai produksi.

3. Biaya material handling per jarak dianggap sama sehingga tidak diperhitungkan dalam momen perpindahan.


(22)

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Perancangan ulang hanya dilakukan di lantai produksi transformator tipe 25kVA, 50kVA, 100kVA, 160kVA, 200kVA, dan 250kVA pada PT. Morawa Electric Transbuana.

2. Acuan pembuatan tataletak baru yang digunakan adalah momen perpindahan. 3. Luas departemen setelah dirancang ulang sama dengan luas departemen awal. 4. Penelitian tidak membahas sampai pada perhitungan biaya.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan keterampilan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan analisis dan perencanaan tataletak pabrik pada perusahaan.

2. Bagi Perusahaan

Menjadi bahan informasi bagi perusahaan dalam melakukan pengaturan ulang susunan departemen pada lantai produksi sehingga dapat diperoleh jalur lintasan terpendek dengan jarak perpindahan material terkecil.

3. Bagi Universitas

Dapat menambah kumpulan literatur yang dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain.


(23)

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

Pada Bab I : Pendahuluan, diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan asumsi penelitian serta sistematika penulisan tugas akhir.

Pada Bab II : Gambaran Umum Perusahaan, dijelaskan tentang sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi dan manajemen serta proses produksi yang berlangsung.

Pada Bab III : Landasan Teori, dijelaskan mengenai teori-teori yang diperlukan dalam penelitian untuk digunakan dalam pengolahan data dan analisis pemecahan masalah. Teori-teori dalam penelitian ini antara lain defenisi dan tujuan tataletak pabrik, jenis-jenis layout, jenis-jenis pola aliran bahan, pemindahan bahan (material handling), dan metode yang digunakan dalam perancangan tataletak fasilitas.

Pada Bab IV : Metodologi Penelitian, diuraikan tahapan-tahapan penelitian dimulai dari persiapan sampai akhir serta tahapan dalam pengolahan data dan analisis pemecahan masalah.

Pada Bab V : Pengumpulan dan Pengolahan Data, diuraikan tentang data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data yang dilakukan berdasarkan metodologi penelitian. Data primer yang diambil seperti

layout awal lantai produksi, luas dan jarak antar departemen di lantai produksi,


(24)

sekundernya adalah volume produksi perusahaan, jumlah mesin dan jumlah hari dan waktu kerja.

Pada Bab VI : Analisis Pemecahan Masalah, dijelaskan analisis hasil pengolahan data untuk memperoleh pemecahan masalah.

Pada Bab VII : Kesimpulan dan Saran, diuraikan kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah serta saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.


(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Morawa Electric Transbuana merupakan perusahaan swasta nasional yang berada di wilayah Sumatera Utara dan bergerak dalam bidang usaha industri transformator. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Raya Medan Tanjung Morawa Km 20,5 Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Perusahaan ini memiliki kantor yang bertempat di Jalan Perniagaan Baru No. 48 D Medan dan di Jalan Agung Permai X No. 25 Blok C-12 Sunter Agung Jakarta.

Perusahaan ini berdiri berdasarkan akte notaris Rachmat Santoso, SH dengan akte No. 67 tanggal 19 Oktober 1978, di Medan dan beroperasi resmi berdasarkan Surat Persetujuan tetap Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) Nomor Koordinasi Penanaman Modal Nomor: 72/T/INDUSTRI/1983, November 1983.

Berdirinya perusahaan ini berawal dari semakin besarnya kebutuhan energi listrik di Indonesia. Dengan mempertimbangkan tingginya anggaran yang akan dikeluarkan jika mensuplai transformator dari luar negri, maka terdapat kesempatan untuk mendirikan perusahaan penghasil transformator yang dapat mensuplai kebutuhan transformator di luar pulau Jawa yaitu PT. Morawa Electric Transbuana. Transformator yang diproduksi oleh PT. Morawa Electric Transbuana didistribusikan kepada PLN (Perusahaan Listrik Negara) sebagai


(26)

pasar utama konsumen dalam negeri sebesar ± 90% sedangkan ±10% untuk perusahaan swasta lainnya yang berada di dalam dan luar negeri.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Morawa Electric Transbuana menghasilkan produk berupa transformator yang berjenis 1 fasa dan 3 fasa. Produk dari perusahaan ini didistribusikan terutama untuk memenuhi permintaan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Di samping itu, juga didstribusikan kepada perusahaan-perusahaan swasta antara lain oleh PT. Caltex Pacific Indonesia, PT. SOCI, PT. Aribawana, dan perusahaan lainnya serta didistribusikan kepada rumah sakit dan pusat perbelanjaan yang ada di dalam negeri. Transformator yang dihasilkan juga diekspor ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.

2.3. Organisasi dan Manajemen

2.3.1. Struktur Organisasi PT. Morawa Electric Transbuana

PT. Morawa Electric Transbuana memiliki struktur organisasi berbentuk lini dan fungsional. Struktur organisasi bentuk lini dapat dilihat dengan adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan tertinggi kepada unit-unit organisasi yang berada di bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu secara langsung, serta pemberian wewenang dan tanggung jawab yang bergerak vertikal ke bawah dengan pendelegasian yang tegas melalui jenjang hirarki yang ada. Struktur organisasi fungsional dapat dilihat dengan adanya pemisahan/pembagian tugas, pendelegasian wewenang serta pembatasan tanggung


(27)

jawab yang tegas pada setiap bidang yaitu pemasaran, pabrik (produksi), dan keuangan administrasi berdasarkan fungsinya masing-masing dalam struktur organisasi. Struktur organisasi PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Gambar 2.1.

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian tugas dan tanggung jawab pada masing-masing bagian PT. Morawa Electric Transbuana dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Presiden Direktur

Adapun tugas dari Presiden Direktur adalah sebagai berikut :

a. Menentukan semua kebijaksanaan dan peraturan yang telah ditetapkan. b. Menyusun rencana kerja perusahaan baik yang menyangkut perencanaan

dan pengawasan produksi, ekspensi perusahaan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Membuat tender (transaksi) dengan perusahaan lain.

Adapun tanggung jawab dari Presiden Direktur adalah sebagai berikut :

a. Bertanggung jawab atas semua operasional perusahaan serta kontinuitas kegiatan perusahaan.

b. Bertindak sebagai Top Management c. Melaksanakan rapat tinjauan manajemen


(28)

Direktur Pemasaran

Direktur Keuangan ADM

Kepala Keuangan Presiden Direktur

Kepala Personalia

Kepala Pembelian Kepala

Pabrik

Kepala Pemasaran Kepala

Design Kepala Produksi

Kepala Bengkel

Kepala Proses

Akhir GudangKepala

Kepala Pengujian Kepala

QAS

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT Morawa Electric Transbuana Sumber : PT Morawa Electric Transbuana


(29)

2. Direktur Pemasaran

Adapun tugas dari Direktur Pemasaran adalah sebagai berikut :

a. Merencanakan pembelian bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong.

b. Menerima laporan dari kepala bagian pemasaran atas seluruh aktivitas pemasaran yang telah dilaksanakan.

c. Membawahi bidang pemasaran baik di dalam maupun di luar negeri Adapun tanggung jawab dari Direktur Pemasaran adalah sebagai berikut : a. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan pemasaran perusahaan.

b. Bertanggung jawab akan ketetapan waktu pengiriman barang pada pelanggan.

c. Bertanggung jawab atas peningkatan kuantitas penjualan melalui strategi- strategi pemasaran.

3. Kepala Pabrik

Adapun tugas dari Kepala Pabrik adalah sebagai berikut :

a. Membawahi, mengawasi, membina dan meminta pertanggungjawaban dari seluruh kepala bagian di pabrik.

b. Mengurusi segala permasalahan pabrik.

c. Menentukan status transformator dengan mendapat masukan dari Kabag Pengujian dan atau Kabag Quality Assurance.

d. Membuat laporan perkembangan pabrik, menerima/membuat kerjasama dengan perusahaan lain.


(30)

Adapun tanggung jawab dari Kepala Pabrik adalah sebagai berikut : a. Bertanggung jawab atas semua kegiatan produksi transformator. b. Bertanggung jawab sebagai deputi manajemen representative.

c. Melaksanakan rencana kerja operasional pabrik agar berjalan lancar dan memenuhi target.

d. Pembinaan sumber daya manusia dilingkungan pabrik.

4. Direktur Keuangan/ADM

Adapun tugas dari Direktur Keuangan/ADM adalah sebagai berikut : a. Mengawasi, serta merencanakan pengeluaran keuangan perusahaan.

b. Memelihara arsip-arsip karyawan dan menyusun sistem administrasi yang dibutuhkan.

c. Merencanakan serta mencari sumber-sumber keuangan untuk kelangsungan operasional perusahaan.

d. Mengawasi, mengarahkan serta mengorganisir setiap kebutuhan operasional terhadap pembelian barang/bahan untuk kegiatan perusahaan. e. Mengidentifikasi kebutuhan sehubungan dengan peningkatan sumber daya

manusia di dalam perusahaan.

f. Menerima laporan mengenai keuangan serta administrasi perusahaan dari kepala bagian yang bersangkutan.

Adapun tanggung jawab dari Direktur Keuangan/ADM adalah sebagai berikut:


(31)

a. Bertanggung jawab atas semua aktivitas keuangan perusahaan termasuk juga kegiatan yang berhubungan dengan pembelian barang/bahan guna operasional perusahaan.

b. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan administrasi guna menunjang kontinuitas operasional perusahaan.

c. Berganggung jawab atas kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya manusia dalam perusahaan.

5. Kepala Pemasaran

Adapun tugas dari Kepala Pemasaran adalah merencanakan, mengelola, melaksanakan serta menyiapkan strategi-strategi yang diperlukan untuk meningkatkan penjual produk yang dihasilkan serta merencanakan dan melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk kegiatan pelayanan pelanggan.

Adapun tanggung jawab dari Kepala Pemasaran adalah sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab langsung kepada direktur pemasaran sehubungan dengan pekerjaan pada bagian pemasaran.

b. Meningkatkan pelayanan kepada pelanggan melalui kebijakan serta strategi pemasaran.

c. Meningkatkan kuantitas penjualan melalui strategi pemasaran.

6. Kepala Design


(32)

a. Memeriksa semua proses pembuatan transformator agar sesuai dengan desain.

b. Memberikan masukan atas setiap adanya perubahan bahan/material yang digunakan.

Adapun tanggung jawab dari Kepala Design adalah sebagai berikut:

a. Membuat desain dan modifikasi desain sesuai dengan surat perintah kerja yang ada.

b. Mempersiapkan perhitungan bahan untuk pembuatan transformator yang akan diproduksi.

c. Menyiapkan/memberi informasi atas semua barang yang ada dalam persediaan.

7. Kepala Produksi

Adapun tugas dari Kepala Produksi adalah sebagai berikut :

a. Membuat laporan harian dan melaporkannya kepada kepala diivisi produksi.

b. Mendapatkan informasi atas desain transformator yang akan diproduksi. c. Menentukan/memutuskan proses selanjutnya di bagian produksi.

d. Menerima dan memeriksa laporan produksi harian dan laporan produksi bulanan dari kepala bagian yang dibawahinya untuk diserahkan kepada direktur produksi.

Adapun tanggung jawab dari Kepala Produksi adalah sebagai berikut: a. Bertanggung jawab atas seluruh aktivitas proses produksi transformator.


(33)

b. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan mesin dan peralatan produksi. c. Mengawasi serta mengarahkan jalannya proses produksi.

d. Pembinaan sumber daya manusia dijajarannya.

8. Kepala Bengkel

Adapun tugas dari Kepala Bengkel adalah sebagai berikut :

a. Mengatur pekerjaan karyawan bagian bengkel sesuai dengan tugasnya masing-masing.

b. Menolak material yang tidak sesuai dengan standard.

Adapun tanggung jawab dari Kepala Bengkel adalah sebagai berikut:

a. Memastikan pekerjaan dan hasil kerja karyawan di bagian bengkel berjalan dengan baik.

b. Memastikan perawatan peralatan dan mesin-mesin yang ada di bengkel berjalan dengan baik.

c. Pembinaan sumber daya manusia di jajarannya.

9. Kepala Proses Akhir

Adapun tugas dari Kepala Proses Akhir adalah sebagai berikut :

a. Menyatakan transformator tidak layak masuk case bila ada ketidaksesuaian pada transformator.

b. Mendapatkan informasi teknis dari bagian desain untuk transformator yang sedang diproduksi.


(34)

a. Memastikan semua kegiatan proses akhir produksi transformator berjalan dengan baik.

b. Memastikan perawatan fasilitas/peralatan dalam proses akhir berjalan dengan baik.

c. Memonitor dan mengevaluasi proses akhir produksi transformator. d. Pembinaan sumber daya manusia dijajarannya.

10.Kepala Gudang

Adapun tugas dari Kepala Gudang adalah sebagai berikut :

a. Mengajukan surat permohonan untuk kebutuhan bahan/barang yang diperlukan dalam rangka proses produksi.

b. Membuat surat jalan/surat lainnya yang diperlukan untuk proses pengeluaran barang atau transformator dari pabrik.

c. Mendapat informasi mengenai SPK yang dikeluarkan.

d. Melakukan kontrol atas bahan/komponen yang dipakai bagian produksi. Adapun tanggung jawab dari Kepala Gudang adalah sebagai berikut:

a. Penyimpanan semua bahan baku transformator yang siap dikirim beserta memelihara dokumen-dokumen yang berkaitan.

b. Melakukan kontrol atas jadwal pengeluaran transformator serta bahan yang diperlukan dalam rangka proses produksi.

c. Mengeluarkan tanda penerimaan barang beserta statusnya berdasarkanpemeriksaan bagian QAS.


(35)

d. Menentukan tempat penyimpanan setiap bahan baku atau transformator yang diproduksi.

e. Menyiapkan IKA yang diperlukan untuk pekerjaan identifikasi kartu stok/laporan stok serta memelihara segala administrasi terkait.

f. Pembinaan sumber daya manusia dijajarannya.

11.Kepala Pengujian

Adapun tugas dari Kepala Pengujian adalah Mereject transformator yang tidak lolos pengujian.

Adapun tanggung jawab dari Kepala Pengujian adalah sebagai berikut: a. Memastikan semua kegiatan pengujian produksi transformator berjalan

dengan baik.

b. Melaporkan hasil pengujian transformator kepada kepala QAS. c. Mengeluarkan test report transformator.

d. Pembinaan sumber daya manusia di jajarannya.

12.Kepala QAS (Quality Assurance)

Adapun tugas dari Kepala QAS (Quality Assurance) adalah sebagai berikut : a. Menyusun serta menetapkan pedoman mutu serta prosedur bagian quality

assurance.

b. Memberitahukan kepada kepala pabrik jika tidak ada kesesuaian material. c. Menyusun laporan yang berhubungan dengan besarnya jumlah produk


(36)

Adapun tanggung jawab dari Kepala QAS (Quality Assurance) adalah sebagai berikut:

a. Memeriksa, mengawasi serta memonitor seluruh kegiatan produksi transformator.

b. Melaporkan proses produksi yang tidak sesuai kepada kepala pabrik. c. Bertanggung jawab atas hasil inspeksi bahan baku dan proses produksi. d. Melakukan kalibrasi terhadap alat ukur listrik, dimensi dan massa. e. Pembinaan sumber daya manusia di jajarannya.

13.Kepala Keuangan

Adapun tugas dari Kepala Keuangan adalah sebagai berikut:

a. Membawahi bidang administrasi yaitu cost accounting, dan personal departemen.

b. Mengelola, mengendalikan, dan mencatat semua penerimaan dan pengeluaran uang perusahaan.

c. Membawahi pembiayaan bidang produk.

Adapun tanggung jawab dari Kepala Keuangan adalah sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab langsung kepada direktur keuangan sehubungan dengan setiap kegiatan finansial perusahaan.

b. Melaporkan serta membuat pembukuan atas semua kegiatan keuangan. c. Pembinaan sumber daya manusia di jajarannya.


(37)

14.Kepala Personalia

Adapun tugas dari Kepala Personalia adalah sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan urusan tata usaha dan administrasi personil seperti arsip dan data personil, arsip surat keluar dan masuk, registrasi karyawan dan sebagainya.

b. Mengurus kegiatan penerimaan dan pengangkatan karyawan. c. Mengatur urusan pelanggaran dan PHK.

d. Mengatur kegiatan yang berhubungan dengan karyawan dan menciptakan suasana kerja yang nyaman dan berdisiplin.

e. Mengadakan administrasi atas transaksi pembelian material maupun penjualan hasil produksi.

f. Mengatur surat-surat yang masuk dan yang keluar dari perusahaan. Adapun tanggung jawab dari Kepala Personalia adalah sebagai berikut: a. Mengawasi, mengarahkan serta membina personil perusahaan.

b. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan serta wawasan personil perusahaan.

15.Kepala Pembelian

Adapun tugas dari Kepala Pembelian adalah sebagai berikut :

a. Mendapatkan informasi mengenai persediaan bahan baku/material yang dibutuhkan.

b. Mendapatkan informasi atas mutu bahan baku/material yang telah diserahkan oleh supplier.


(38)

c. Merencanakan pemesanan serta pengangkutan bahan ke pabrik. Adapun tanggung jawab dari Kepala Pembelian adalah sebagai berikut: a. Melakukan pemilihan dan evaluasi atas supplier.

b. Melaporkan setiap kegiatan pembelian kepada pimpinan. c. Mengeluarkan purchasing order (PO).

d. Pembinaan sumber daya manusia dijajarannya.

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Adapun uraian yang membahas tentang tenaga kerja dan jam kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana yaitu sebagai berikut:

2.3.3.1. Tenaga Kerja

PT. Morawa Electric Transbuana mempunyai tenaga kerja sebanyak 80 orang. Alokasi tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Pada perekrutan tenaga kerja baru, pihak PT. Morawa Electric Transbuana memperhatikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja dengan kebutuhan perusahaan. Setelah proses perekrutan, dilakukan proses seleksi, penempatan, orientasi, dan melakukan pelatihan (training) kepada calon tenaga kerja yang baru.


(39)

Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana

Sumber: PT. Morawa Electric Transbuana

No Jabatan Jumlah

(orang)

1 Presiden Direktur 1

2 Direktur Pemasaran 1

3 Direktur Keuangan/ADM 1

4 Kepala Pabrik 1

5 Kepala Bagian Pemasaran 1

6 Kepala Bagian Desain 1

7 Kepala Bagian Produksi 1

8 Kepala Bagian Bengkel 1

9 Kepala Bagian Proses Akhir 1

10 Kepala Bagian Gudang 1

11 Kepala Bagian Pengujian 1

12 Kepala Bagian QAS (Quality Assurance) 1

13 Kepala Bagian Keuangan 1

14 Kepala Bagian Personalia 1

15 Kepala Bagian Pembelian 1

16 Karyawan Seksi Desain 1

17 Karyawan Seksi Perawatan 1

18 Karyawan Seksi Bengkel 16

19 Karyawan Seksi Pengujian Material 3

20 Karyawan Seksi Produksi Inti 4

21 Karyawan Seksi Pemanggangan Inti 1

22 Karyawan Seksi Pengujian Inti 2

23 Karyawan Seksi Pembuatan Kertas Isolasi 2

24 Karyawan Seksi Penggulungan Kumparan 7

25 Karyawan Seksi Perakitan/Koneksi Kumparan 6

26 Karyawan Seksi Pengeringan Trafo 1

27 Karyawan Seksi Finishing 6

28 Karyawan Seksi Gudang 1

29 Karyawan Seksi Lokal 1

30 Karyawan Seksi Ekspor 1

31 Karyawan Seksi Administrasi 4

32 Karyawan Seksi Keamanan 8


(40)

2.3.3.2. Jam Kerja

Jam Kerja yang diberlakukan PT. Morawa Electric Transbuana dengan jumlah hari kerja 6 hari dalam seminggu (Senin sampai Sabtu). Apabila perusahaan mendapat order yang banyak, maka khusus untuk bagian produksi hari minggu juga dipakai untuk menyelesaikan order tersebut. Karyawan yang memiliki jam kerja melebihi jam kerja yang telah ditentukan dianggap lembur. Pembagian jam kerja pada PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Tabel 2.2. berikut.

Tabel 2.2. Jam Kerja PT. Morawa Electric Transbuana

Hari Jam Kerja Keterangan

Senin-Kamis

08.30 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.00 Istirahat 13.00 - 16.00 Kerja Jumat

08.30 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.30 Istirahat 13.30 - 16.00 Kerja Sabtu

08.30 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.00 Istirahat 13.00 - 15.00 Kerja Sumber: PT. Morawa Electric Transbuana

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan

Sistem pengupahan yang ada pada PT. Morawa Electric Transbuana dilakukan setiap awal bulan dengan pendapatan besar upah berdasarkan jabatan, keahlian, kecakapan, pendidikan, dan prestasi kerja karyawan yang bersangkutan. Adapun perincian upah dan sistem pengupahan di PT. Morawa Electric Transbuana adalah sebagai berikut:


(41)

a. Gaji Pokok b. Upah Lembur

c. Tunjangan kesehatan dan keluarga d. Insentif kerajinan

e. Tunjangan hari raya f. Bonus tahunan

2.4. Proses Produksi

Adapun bahan yang digunakan dalam produksi PT. Morawa Electric Tranbuana dan proses produksinya adalah sebagai berikut:

2.4.1. Bahan

Bahan yang digunakan oleh PT. Morawa Electric Transbuana terdiri dari bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong.

2.4.1.1. Bahan Baku

Bahan baku merupakan semua bahan yang langsung digunakan sebagai bahan dasar serta memiliki komposisi terbesar dalam pembuatan produksi dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan. Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi transformator adalah:

1. Plat Silicon Steel

Silicon steel berbentuk lembaran plat yang tergulung berlapis-lapis. Silicon steel merupakan bahan yang digunakan untuk membuat inti transformator.


(42)

Jenis silicon steel yang digunakan adalah Grain Oriented Core HHB atau Z8H produksi Nippon Steel Jepang dan jenis RG8H produksi Kawasaki Steel Jepang.

2. Kawat Tembaga (Cooper Wire)

Kawat tembaga yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Enameled Copper Wire, kawat berbentuk silinder dengan diameter 1,60

mm untuk gulungan primer.

b. Rectangular Copper Wire, kawat berbentuk persegi untuk gulungan

sekunder dengan ukuran 3,2 x 8 mm. 3. High and Low Voltage Bushing

High and Low Voltage Bushing merupakan bahan yang digunakan untuk

tempat mengikat kabel jaringan distribusi listrik dan menghubungkannya ke dalam rangkaian transformator. Bahan ini diimport dari Cina.

4. Kertas Isolasi

Kertas isolasi digunakan untuk gulungan primer dan koneksi antara kumparan-kumparan ke tap changer pada sisi primernya. Kertas ini juga berfungsi sebagai pengaman dalam mengisolasi antara kawat-kawat, dari kawat ke tangki dan kawat ke inti. Kertas ini berasal dari Jepang dalam bentuk gulungan besar untuk ukuran 0,13 – 0,50 mm, sedangkan untuk ukuran 0,80 – 1,60 mm dikemas dalam peti.

5. Kertas OD

Kertas OD ini berguna untuk memberi celah/jarak antara kumparan sekunder dengan primer sehingga nantinya minyak dapat masuk pada celah tersebut


(43)

sehingga panas yang timbul akibat adanya rugi-rugi tembaga (Cu) dapat diatasi.

6. Tap Changer

Tap Changer berfungsi sebagai switch otomatis yang berfungsi apabila

transformator mendapat beban lebih terutama saat terkena sambaran petir, dan apabila suhu transformator tinggi.

7. Minyak

Minyak yang digunakan adalah jenis Dilla B juga minyak Esso Volta 80 buatan Amerika Serikat. Minyak ini berfungsi sebagai cairan pendingin agar transformator dapat berfungsi dengan stabil, terutama pada saat berbeban besar atau terkena sambaran petir.

8. Earth Terminal

Earth Terminal merupakan instrumen listrik yang dihubungkan langsung

dengan kawat yang ditanamkan di dalam tanah. 9. Pressure Terminal

Pressure Terminal berfungsi sebagai penghubung transmisi.

10.Thermometer

Thermometer merupakan alat yang ditambahkan dalam transformator yang digunakan untuk mengukur suhu transformator.

11.Besi plat, besi siku, besi UNP, besi plat strip, dan roda besi hasil produksi dalam negeri, yang digunakan dalam pembuatan casing transformator.


(44)

2.4.1.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan merupakan bahan yang ditambahkan pada suatu proses produksi dan tampak pada produk akhir. Dalam hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan nilai dari suatu produk. Bahan tambahan yang digunakan pada proses pembuatan transformator di PT. Morawa Electric Transbuana adalah : 1. Plat Merek

Plat merek “Morawa” digunakan untuk menyatakan pabrik yang memproduksikan transformator.

2. Name plate

Name plate mencantumkan spesifikasi transformator yang ditempatkan pada

tangki trafo. 3. Cotton band

Merupakan bahan yang digunakan untuk mengikat kumparan pada inti agar tidak lepas.

4. Hand Hold

Hand Hold berfungsi sebagai pegangan dalam mempermudah pemindahan

transformator dan terdiri dari dua pasang pegangan. 5. Kawat Las

Kawat las digunakan untuk mengelas tangki trafo dengan kumparan primer dan kumparan sekunder.

6. Lem


(45)

7. Baut dan Mur

Baut dan mur digunakan untuk menghubungkan trafo ke tangki, menutup

pressure terminal, menghubungkan oil gauge yang masuk ke dalam tangki,

dan memasang tutup tangki trafo. 8. Cat

Cat digunakan dalam proses pengecatan tangki transformator. 9. Stop kran sebagai tempat pembuangan minyak.

2.4.1.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam rangka memperlancar proses produksi tetapi bahan ini tidak terdapat dalam produk akhir. Bahan ini secara tidak langsung mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.

Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi adalah : 1. Gas Nitrogen (N2).

Gas ini digunakan dalam proses pemanggangan inti dan juga dalam proses pengujian kebocoran tangki transformator. Fungsi gas nitrogen pada saat proses pemanggangan inti adalah:

a. Untuk menghilangkan reaksi oksidasi antara oksigen dan inti, sehingga tidak terjadi pekaratan inti.

b. Membantu agar temperatur panas di dalam tungku pemanggangan merata. 2. HCL dan Soda Ash

HCL dan Soda Ash digunakan untuk membersihkan tangki dari karat. 3. Pasir kuarsa


(46)

Pasir kuarsa digunakan untuk menutupi pinggiran panggangan agar gas nitrogen yang dialirkan tidak keluar dari tungku pemanggangan tersebut. 4. Kayu Meranti

Kayu meranti digunakan untuk menyangga lilitan kumparan trafo agar kedudukannya tetap.

5. Mal Besi

Mal besi digunakan sebagai mal untuk menggulung kumparan Silicon Steel pada saat pembuatan inti trafo. Mal besi ini juga digunakan pada saat pemanggangan inti agar kumparan Silicon Steel dari inti trafo tidak lepas saat dipanggang.

2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Produk

PT. Morawa Electric Transbuana memproduksi dua jenis transformator inti (core type) yaitu transformator satu fasa dan tiga fasa. Untuk spesifikasi produk transformator satu fasa dapat dilihat pada tabel 2.3, sedangkan spesifikasi produk transformator tiga fasa dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.3. Spesifikasi Produk Transformator Satu Fasa

Uraian Spesifikasi Transformator

Daya Pengenal kVA 5 10 15 25 50

Jumlah Fasa - 1 1 1 1 1

Frekuensi Pengenal Hz 50 50 50 50 50

Tegangan Primer kV 20 20 20 20 20

Tegangan Sekunder kV 231/462 231/462 231/462 231/462 231/462

Arus Beban Nol % 2,4 2,3 2 1,6 1,4


(47)

Tabel 2.4. Spesifikasi Produk Transformator Tiga Fasa

Uraian Spesifikasi Transformator

Daya Pengenal kVA 100 150 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600

Jumlah Fasa - 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Frekuensi Pengenal Hz 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 Tegangan Primer kV 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 Tegangan Sekunder kV 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 Arus Beban Nol % 2,3 2,3 2,3 2,1 2 1,9 1,9 1,8 2 2 2 2

Sumber: PT. Morawa Electric Transbuana

2.4.3. Uraian Proses Produksi

Urutan proses pembuatan transformator pada PT. Morawa Electric Transbuana adalah sebagai berikut:

1. Proses Pemotongan Silikon (Silicon Steel Cutting)

Inti transformator terbuat dari Silicon Steel yang berfungsi untuk memperbesar fluksi magnet yang timbul bila pada kumparan transformator mengalir arus listrik. Silicon Steel di gudang dibawa ke bagian pemotongan dengan menggunakan hoist crane. Sebelum silicon steel diletakkan di mesin pemotongan, terlebih dahulu dilakukan set-up terhadap mesin potong dengan cara mengatur jarak pisau potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Penyetelan jarak pisau-pisau ini diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada plat inti yang terbuang. Proses pemotongan inti transformator dilakukan setelah lembaran tergulung diletakkan pada penyangga mesin peletakan, kemudian mesin dijalankan secara perlahan-lahan dengan cara mengatur putarannya melalui panel sehingga plat inti dapat ditarik ke meja pemotongan. Selanjutnya mesin dijalankan dan plat yang telah dipotong diletakkan di


(48)

tempat penyusunan plat. Hal yang perlu diperhatikan pada proses pemotongan inti harus dilakukan dengan cermat agar tidak terjadi pengelupasan fosfor yang melapisi inti.

2. Penggulungan Inti Trafo (Core Winding)

Hasil lembaran inti yang telah selesai dipotong dibawa ke penggulungan inti dengan hoist crane. kemudian digulung dengan mesin gulung dan pada saat penggulungan diukur ketebalannya tiap tingkat dengan jangka sorong. Untuk menggulung lembaran-lembaran silicon steel yang telah dipotong maka terlebih dahulu dibuat jendela-jendela yang terbuat dari mal besi dengan ukuran tertentu. Pada transformator model lama, cara menyusun inti ini adalah dengan cara staching (inti susun) yaitu menyusun lembaran inti satu per satu keping. Untuk jenis transformator dengan daya tertentu, dapat digunakan dengan cara penggulungan wound core (inti gulung) dimana dapat diterapkan untuk transformator dengan daya nominal kecil. Wound core memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan cara staching yaitu:

a. Rugi-rugi inti kecil untuk rapat fluksi yang sama, berarti terjadi penghematan dalam penggunaan inti transformator.

b. Arus penguatan (exciting current) adalah sangat kecil, karena kecilnya celah udara (air gap).

c. Tingkat kebisingan (noise level) rendah.

d. Waktu yang dibutuhkan untuk proses ini lebih cepat. e. Jumlah plat yang terbuang lebih sedikit.


(49)

Dengan pemakaian inti transformator yang lebih kecil, berarti dimensi transformator akan menjadi lebih kecil, pemakaian komponen-komponen bahan yang lain juga akan sedikit sehingga memberikan suatu penghematan. Kerugian dari cara wound core ini adalah dapat terjadi kerusakan pada beliran (terbakar), dan jika demikian maka seluruh transformator akan diangkat dan diperbaiki di pabrik. Pada penggulungan inti trafo dengan cara staching (inti susun), apabila terjadi kerusakan, maka cukup dengan membuka intinya dan mengeluarkan belitannya untuk diganti.

Penggulungan inti harus memperhatikan tegangan tarik (tensile strength) agar tidak terlalu besar, untuk menghindari kerusakan lapisan fosfor yang dapat menyebabkan rugi-rugi inti bertambah besar.

3. Proses Annealing

Silicon steel dibawa ke bagian annealing dengan menggunakan hoist crane, kemudian silicon steel tersebut siap untuk dipanaskan dengan menggunakan tungku pemanas (annealing furnace) yang menggunakan energi listrik. Proses

annealing ini berguna untuk:

a. Memperbaiki karakteristik inti yaitu memperkecil rugi-rugi inti.

b. Menghilangkan elastisitas dari bahan baku inti transformator, sehingga pada saat inti dikeluarkan bentuknya tidak mengalami perubahan.

Temperatur yang diperlukan untuk annealing inti diatur melalui panel kontrol yang diatur mengatur tegangan dan arus yang akan diberikan ke elemen pada tungku pemanas. Pada panel tersebut thermocouple yang dihubungkan dengan


(50)

memutuskan dan menghubungkan tungku pemanas dari sumber tegangan sehingga dapat membatasi temperatur yang diinginkan yaitu 840oC. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali proses annealing ± 24 jam dengan kapasitas satu tungku sebanyak 7 unit. Uraian proses annealing inti transformator adalah sebagai berikut:

a. Inti (Silicon steel) disusun pada bagian dasar tungku yang diberi pasir dan besi.

b. Inti yang telah disusun ditutup dengan penutup pertama dan dilanjutkan dengan penutup kedua. Pada penutup kedua terdapat elemen-elemen pemanas yang menggunakan listrik.

c. Gas N2 dialirkan dengan tekanan ± 0,1 kg/cm selama 30 menit.

d. Arus listrik dialirkan ke dalam tungku melalui heater dengan tegangan 160 volt, sampai temperatur mencapai 300oC, sementara N2 tetap dialirkan

dengan tekanan yang sama.

e. Pindahkan switch ke 220 volt hingga temperatur mencapai 600oC dengan tekanan tetap.

f. Tegangan tetap dipertahankan 220 volt hingga temperatur mencapai 830oC selama 4 jam. Setelah itu sumber listrik diputus dan gas N2 tetap dialirkan

hingga proses annealing selesai.

g. Temperatur dibiarkan turun secara perlahan hingga mencapai suhu 500oC dan kemudian penutup luar pemanggang diangkat setinggi ± 30 cm dari dasar pemanggangan untuk membantu mengurangi temperatur secara perlahan sampai 350oC.


(51)

h. Penutup luar diangkat secara keseluruhan sedangkan penutup dalam tetap dibiarkan sampai temperatur turun hingga 160oC dan aliran N2 dihentikan.

i. Penutup dalam pemanggangan diangkat dan proses annealing selesai. Gas N2 yang dialirkan dalam tungku akan dikeluarkan melalui saluran

pembuangan, untuk mengalami pergantian dengan gas N2 yang baru. Inti yang

keluar dari tungku pemanggangan kemudian dipindahkan ke bagian pengujian rugi-rugi inti dengan menggunakan hoist crane. Gas yang digunakan dalam proses pemanggangan ini berguna untuk menghilangkan reaksi oksidasi antara oksigen dengan inti agar tidak berkarat dan menjaga agar temperatur panas merata di dalam tungku.

4. Penimbangan Berat Inti (Weight Measurement)

Inti transformator yang telah mengalami annealing, ditimbang untuk mengetahui apakah berat yang sebenarnya sesuai dengan berat yang sudah ditentukan menurut desainnya. Penimbangan ini juga berguna untuk menentukan berat total dari transformator yang sudah selesai, misalnya berat transformator 50-150 kVA adalah sekitar 35 kg.

5. Pengujian Rugi-rugi Inti Transformator (Core Lost Test)

Setelah proses pemanggangan dan penimbangan, inti transformator dibawa ke pengujian rugi- rugi inti dengan menggunakan hoist crane dan inti tersebut diuji. Proses pengujian inti transformator ini berfungsi untuk melihat apakah proses pemanggangan itu sudah baik atau tidak kemudian disesuaikan dengan


(52)

jumlah lilitan yang akan digulung, dan hasil pengujian ini harus sesuai dengan standard PLN. Berikut penjelasan dari pengujian rugi-rugi inti:

a. Ukur penampang inti tersebut.

b. Susun inti yang akan ditest di atas blok kayu.

c. Lilitkan kabel yang jumlahnya sesuai dengan kapasitas transformator. d. Jepit ujung belitan ke terminal pengetasan.

e. Posisikan power dalam keadaan ON dan tekan ON power pada control

panel.

f. Beri tegangan secara perlahan sampai tegangan phase yang dikehendaki. g. Catat hasil pengetesan.

h. Setelah hasil pengetesan, switch off panel kontrol dan matikan power

supply.

6. Proses Pemotongan dan Pembuatan Kertas Isolasi (Paper Cutting)

Kertas isolasi digunakan untuk mengisolasi antara belitan kawat primer dan sekunder dan antara kumparan primer dan sekunder. Kertas isolasi ini berfungsi untuk mencegah terjadinya hubungan singkat antara kumparan primer dan kumparan sekunder. Kertas isolasi yang digunakan terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Pressure Paper Board, yaitu kertas isolasi yang dilapisi dengan vernis,

sehingga pada proses akhir tidak memerlukan perendaman di vernis, hanya cukup melakukan proses pemanasan.

b. Krafit Paper, yaitu kertas isolasi tanpa lapisan vernis, sehingga pada


(53)

PT. Morawa Electric Transbuana menggunakan kertas isolasi jenis Pressure

Paper Board sehingga lebih menguntungkan dari segi waktu dan tenaga

karena tidak lagi membutuhkan proses pencelupan ke dalam cairan vernis. Kertas isolasi (insulation paper) yang telah selesai dipotong ditempeli dengan kertas OD. Kertas OD ini merupakan batangan kertas 4,8 mm yang direkatkan pada kertas isolasi dengan ketebalan 2,4 mm dengan jarak tiap batang kertas 2 cm. Kertas OD ini berguna untuk memberi celah/jarak antara kumparan sekunder dengan primer sehingga nantinya minyak dapat masuk pada celah tersebut sehingga panas yang timbul akibat adanya rugi-rugi tembaga (Cu) dapat diatasi.

7. Penggulungan Kumparan (Coil Winding)

Inti trafo yang telah selesai diuji dibawa ke penggulungan dengan menggunakan forklift. Sebelum penggulungan kumparan dilakukan, inti trafo diikat dengan cotton band agar lembaran ini tidak lepas saat dilakukan penggulungan kumparan. Kemudian inti trafo dilapisi dengan insulation paper yang tebalnya 0,125 mm dan dibungkus ke roda gigi yang bisa berputar pada

coil winding machine, insulation paper diberi lilin untuk melicinkan putaran

selanjutnya kawat tembaga digulung. a. Kumparan sekunder

Kumparan yang pertama digulung ke inti trafo adalah kumparan sekunder. Kawat tembaga yang digunakan berbentuk persegi dengan ukuran 3,2 x 8 mm. Kumparan sekunder mempunyai 88 lilitan pada kedua kaki trafo, dimana pada tiap kaki trafo terdiri dari 44 lilitan dan lilitan pada kaki trafo


(54)

terdiri dari dua lapisan dengan jumlah lilitan 22 lilitan tiap lapisnya. Pada tiap lapisan tersebut diberi kertas isolasi dengan tebal 0,125 mm. Kenaikan suhu tembaga tidak boleh melebihi standard 65oC.

b. Kumparan primer

Pada kumparan primer kawat tembaga yang digunakan adalah berbentuk silinder dengan diameter 1,60 mm. Kumparan primer mempunyai 4190 lilitan pada tiap kakinya, dimana pada setiap kaki trafo terdiri dari 2095 lilitan dan lilitan pada setiap kaki trafo terdiri dari 20 lapisan dengan jumlah lilitan 201 pada setiap lapisannya. Pada setiap lapisan tersebut diberi insulation paper dengan tebal 0,125 mm. Setelah kumparan primer selesai digulung kemudian diberi lagi insulation paper dengan tebal 2,4 mm.

Pada penggulungan kumparan, selain ketepatan jumlah lilitan dan ketepatan penggunaan insulation paper, hal lain yang sangat penting untuk diperhatikan adalah tensile strength tidak boleh terlalu besar. Apabila terlalu besar dapat menyebabkan lapisan permukaan kawat rusak atau terkelupas sehingga dapat menyebabkan terjadinya hubungan singkat pada kawat tembaga yang pada akhirnya membuat trafo menjadi rusak.

8. Pemasangan dan Koneksi Kumparan (Coil Assembly)

Inti yang telah selesai digulung dibawa kebagian koneksi dengan hoist crane. Kumparan kemudian disambungkan antara kumparan yang satu dengan kumparan yang lain. Sebelum koneksi dilakukan, terlebih dahulu dipasang plat pendukung inti. Koneksi kumparan pertama sekali dilakukan terhadap


(55)

kumparan sekunder dengan cara mengelasnya, kemudian dilakukan pemasangan tutup case dengan menggunakan mur dan baut. Setelah itu dilanjutkan dengan pengkoneksian terhadap hubungan primer.

9. Pengeringan Gulungan Kumparan (First Drying)

Proses ini bertujuan untuk mengeringkan kumparan dari uap air yang mungkin ada di dalam kawat. Inti trransformator yang telah dikoneksi dan dipasang tutup serta instrumen yang diperlukan dibawa ke pengeringan dengan menggunakan kereta sorong, kemudian dimasukkan ke dalam alat pengering (drying oven). Lamanya pengeringan tergantung pada besarnya kapasitas transformator. Untuk mensirkulasi temperatur dalam oven, digunakan blower yang digerakkan oleh motor lisrik. Untuk mencegah panas yang berlebihan yang dapat merusak struktur kumparan tranformator, maka relay temperature diatur pada posisi suhu sekitar 115-130oC.

10.Pemasangan Terminal (Terminal Assembly)

Setelah proses pengeringan selesai, maka kumparan transformator tersebut diangkat dari drying oven dan selanjutnya dibawa ketempat pemasangan terminal dengan hoist crane dan dilakukan pemasangan terminal yang terdiri dari tap changer, bushing primer dan bushing sekunder pada tutup case yang telah dipasang sebelumnya. Kemudian diperiksa apabila semua terminal yang diperlukan sudah terpasang dan terkunci dengan baik sebelum dimasukkan ke dalam case (tangki) transformator.


(56)

11.Turn Ratio Test

Jika semua kumparan sudah terhubung dengan baik ke tap changer, maka dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat Turn Ratio Test yang bertujuan untuk mengetahui apakah perbandingan belitan dari masing-masing kumparan sudah sesuai atau tidak. Penyimpanan-penyimpanan yang terjadi pada perbandingan transformator ini tidak boleh lebih besar atau lebih kecil 0,5% terhadap harga-harga perbandingan transformator nominal menurut standard.

12.Penyatuan dengan Tangki Transformator

Setelah pengujian selesai dilakukan, transformator dimasukkan ke dalam tangki yang telah disiapkan sesuai dengan desain dan ukuran dari transformator tersebut. Selanjutnya dilakukan pemasangan kran, pressure terminal, oil gauge, thermometer, dan karet packing, untuk kemudian ditutup dengan menggunakan baut dan mur.

13.Pengisian Minyak ke dalam Tangki Transformator (Oil Filling)

Tangki diisi dengan minyak trafo yang dipompakan dari tangki oil filter hingga mencapai ±2 cm dari mulut trafo. Minyak ini berfungsi sebagai pendingin (cooling medium) dan juga sebagai isolasi pada kumparan transformator yang sudah dimasukkan ke dalam tangki, maka minyak tersebut perlu dibersihkan dan dimurnikan terlebih dahulu dengan menggunakan oil

purifier buatan Kato Electric Jepang. Tujuan pemurnian minyak ini adalah


(57)

digunakan dalam pembuatan transformator ini adalah jenis DIALA B yang diproduksi oleh perusahaan Sheel Company Amerika Serikat.

14.Routine Test

Pengujian ini merupakan final test terhadap seluruh transformator yang akan dikirim ataupun disimpan. Setelah selesai di pengisian minyak trafo dibawa ke bagian pengujian akhir dengan hoist crane. Secara garis besar, pengujian rutin ini terdiri dari beberapa kegiatan pengujian, yakni:

a. Pengujian beban nol, untuk menguji rugi-rugi inti dan persen beban nol. Pada pengujian beban nol ini, alat ukur dipasang pada bagian sisi sekunder (tegangan rendah), tegangan pengujian diberikan setingkat demi setingkat sampai voltmeter menunjukkan tegangan nominal sekunder dan sisi primer pada rangkaian terbuka.

b. Pengujian hubungan singkat, untuk melihat besar rugi-rugi tembaga trafo. Pada pengujian ini, alat ukur dipasang pada sisi primer (tegangan tinggi) sedangkan sisi sekunder (tegangan rendah) dihubung singkatkan dengan menggunakan sebuah penghantar/konduktor yang sesuai dengan besarnya arus nominal sekunder. Sumber tegangannya diatur dengan voltage regulator yang dihubung ke sisi primer.

c. Pengukuran tahanan kumparan

Pengukuran tahanan kumparan ini dilakukan dengan menggunakan

Wheatstone-bridge (Jembatan Wheatstone) untuk mengukur tahanan

kumparan primer dan untuk mengukur tahanan pada kumparan sekunder digunakan double-bridge (jembatan ganda).


(58)

d. Pengukuran tahanan isolasi

Pengujian ini dilakukan untuk melihat ketahanan isolasi transformator terhadap tegangan tinggi, baik itu pada sisi primer (high voltage) maupun sisi kumparan sekunder (low voltage).

e. Pengujian frekuensi tinggi

Alat pengujinya terdiri dari generator frekuensi tinggi (350 Hz) yang digerakkan motor induksi. Lama waktu pengujian tergantung dari frekuensi dan tegangannya dua kali dari tegangan nominal sekunder transformator distribusi yang diuji.

f. Pengujian kebocoran dari tangki trafo

Pengujian ini dilakukan dengan mengalirkan gas murni Nitrogen (N2) ke

dalam tangki trafo yang telah ditutup rapat.

Selain pengujian yang bersifat routine test, perusahaan ini juga melakukan pengujian tipe yang terdiri dari:

a. Pengujian ketahanan suhu b. Pengujian kenaikan suhu 15.Pemasangan Name Plate

Transformator yang telah diuji dan mendapat persetujuan dari bagian quality

control, maka selanjutnya transformator tersebut dipasangkan name plate

yang memberikan keterangan spesifikasi transformator yang bersangkutan. Dan juga diberi label merek “MORAWA”, yang menandakan identitas perusahaan.


(59)

16.Penyimpanan

Transformator yang telah selesai dipasang name plate dan merek selanjutnya dibawa ke bagian penyimpanan dengan menggunakan hoist crane.

Blok diagram proses pembuatan transformator PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Pemotongan Inti Bahan

Penggulungan inti

Penimbangan inti Pemanggangan inti

Pengujian rugi-rugi inti Pemotongan kertas isolasi Penggulungan kumparan Pemasangan/koneksi kumparan Pengeringan gulungan kumparan Pemasangan Terminal

Turn Ratio Test

Penyatuan dengan tangki trafo Pengisian minyak ke

dalam trafo

Routine Test

Pemasangan Name Plate dan Merek

Penyimpanan

Oil Diala B

Name Plate Casing di area penumpukan Turn Ratio Test

Gambar 2.2. Blok Diagram Pembuatan Transformator

2.5. Mesin dan Peralatan

Adapun mesin dan peralatan yang digunakan oleh PT. Morawa Electric Transbuana adalah sebagai berikut:


(60)

2.5.1. Mesin Produksi

Mesin-mesin yang digunakan dalam proses pembuatan transformator antara lain: Core Sliting, Core Wounded, Annealing Furnace, Coil Winding, Insulating Dryer, Paper Wrapping, Oil Purifier, Oil Filter, Compresor, High Frequency Generator, Drying Oven. Spesifikasi mesin-mesin yang digunakan dicantumkan pada Tabel 2.5.

2.5.2. Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk proses produksi antara lain:

1. Hoist Crane

Merk/Type : Tyako Kapasitas : 5 ton Tegangan : 380 V Jumlah : 3 unit

Fungsi : Memindahkan material yang bobotnya sangat berat

2. Kereta sorong

Kapasitas : 200 kg

Dimensi : 600 x 1600 x 1000 mm Jumlah : 5 unit


(61)

Tabel 2.5. Daftar Mesin Produksi PT Morawa Electric Transbuana

No. Nama Mesin Tahun Asal Daya Tegangan

(Volt)

Kuat Arus (Ampere)

Jumlah

(Unit) Fungsi

1 Core Slitting 1981 Taiwan 3 HP 380 7 1 Memotong silicon steel sesuai dengan ukuran produk yang akan dibuat

2 Core Wounded 1981 Taiwan 2,5 HP 380 8,1 2 Menggulung inti transformator

3 Annealing Furnace 1981 Taiwan 60 Kw 380 170 2

- Memperbaiki karakteristik inti trafo, yaitu

memperkecil arus eksitasi dan mengurangi rugi-rugi inti

- Menghilangkan elastisitas dari bahan baku inti trafo sehingga bentuk tidak berubah

4 Coil Winding 1981 Taiwan 1 HP 380 3,65 10 Menggulung kumparan transformator 5 Insulating Dryer 1981 Taiwan 12 kVA 380 63 1 Mengeringkan inti transformator

6 Paper Wrapping 1981 Taiwan 1,5 kVA 380 7,2 2 Memotong kertas isolasi sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan

7 Oil Purifier 1981 Taiwan 3,7 kVA 380 9,8 1 Membersihkan minyak

8 Oil Filter 1981 Taiwan - 380 4 1 Mengosongkan udara dari transformator dan mengisi dengan minyak

9 Compressor 1981 Taiwan 2 HP 380 7,1 3 Memompa udara

10 Generating Set 1981 Taiwan 350 kVA 400 722 1 Cadangan pembangkit tenaga listrik 11 High Frequency

Generator 1981 Taiwan 5 kVA 380 4 1 Menetralkan frekuensi

12 Drying Oven 1981 Amerika 24 kW 380 5 1 Mengeluarkan kandungan air dari kertas isolasi Sumber : PT Morawa Electric Transbuana


(62)

V-62

3. Forklift

Merk/Type : Nissan/ CPCD Kapasitas : 3000 kg

Tinggi Pengangkutan : 3000 mm Dimensi : 3765 x 2090 mm Jumlah : 2 unit

Fungsi : memindahkan material yang bobotnya lebih ringan

4. Mesin las

Merk/Type : Lincoln Arc Welder SA - 800 Serial A 771703 Voltage : 220 V

Frekwensi : 50 Hz Jumlah : 2 unit

Fungsi : Digunakan untuk proses penyambungan pada saat pembuatan tangki trafo dan koneksi kumparan.

5. Timbangan Duduk

Merk : Dacin Type : CB-1.000 Uk.Platform : 90 cm x 120 cm Kapasitas : 1 ton

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Mengukur berat inti transformator yang sudah selesai digulung.


(63)

6. Bridge Tester

Tahun : 1981 Asal : Taiwan Tahanan : 1 – 10 Mohm Tegangan : 500 V

Fungsi : Mengukur tahanan kumparan

7. Megger

Tahun : 1981 Asal : Taiwan Tahanan : 200 Mohm Tegangan : 500 V

Fungsi : Mengatur tahanan isolasi inti 8. Applied Voltage Transformator

Fungsi : menguji rugi-rugi inti, persentase beban nol, dan uji hubungan singkat.

9. Induction Voltage Regulator

Fungsi : mengukur tegangan listrik 10. Turn Ratio Test Set (TRT set)

Fungsi : melihat apakah perbandingan belitan dari masing-masing kumparan sudah sesuai


(64)

2.6. Tata Letak Pabrik

PT. Morawa Electric Transbuana merupakan perusahaan yang berproduksi dengan tataletak jenis process layout, di mana mesin yang sejenis atau yang mempunyai fungsi sama ditempatkan dalam bagian yang sama. Perusahaan ini juga memiliki pola aliran bahan yang tidak teratur. Tataletak perusahaan ini dapat dilihat pada lampiran L-1.


(65)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian Tataletak Pabrik

Tataletak pabrik adalah perancangan susunan fisik suatu unsur kegiatan yang berhubungan dengan industri manufaktur. Perencanaan tataletak mencakup desain atau konfigurasi dari bagian-bagian, pusat kerja, dan peralatan yang membentuk proses perubahan dari bahan mentah menjadi barang jadi. Rekayasawan rancang fasilitas menganalisis, membentuk konsep, merancang dan mewujudkan sistem bagi pembuatan barang atau jasa. Dengan kata lain, merupakan pengaturan tempat sumber daya fisik yang digunakan untuk membuat produk. Rancangan ini umumnya digambarkan sebagai rencana lantai yaitu suatu susunan fasilitas fisik (perlengkapan, tanah, bangunan, dan sarana lain) untuk mengoptimumkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran bahan, aliran informasi dan tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan usaha secara efesien ekonomis dan aman.1

Tataletak pabrik atau tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses

Perencanaan tataletak fasilitas produksi merupakan suatu persoalan yang penting, karena pabrik atau industri akan beroperasi dalam jangka waktu yang lama, maka kesalahan di dalam analisis dan perencanaan layout akan menyebabkan kegiatan produksi berlangsung tidak efektif atau tidak efesien.


(66)

produksi. Pengaturan tersebut akan coba memanfaatkan luas area untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan perpindahan material, penyimpanan material (storage) baik yang bersifat temporer atau permanen, personel pekerja dan sebagainya. 2

8. Memberi kemudahan, keselamatan dan kenyamanan bagi pekerja dalam melaksanakan pekerjaan.

3.2. Tujuan Tataletak Pabrik

Tataletak berfungsi untuk menggambarkan sebuah susunan yang ekonomis dari tempat-tempat kerja yang berkaitan, dimana barang-barang dapat diproduksi secara ekonomis. Sehingga tujuan utama yang ingin dicapai dari suatu tataletak pabrik adalah:

1. Memudahkan proses manufaktur 2. Meminimumkan pemindahan barang

3. Memelihara fleksibilitas susunan dan operasi

4. Memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi 5. Menurunkan penanaman modal pada peralatan

6. Menghemat pemakaian ruang bangunan 7. Meningkatkan kesangkilan tenaga kerja

3

Lebih spesifik lagi suatu tataletak yang baik akan dapat memberikan keuntungan-keuntungan dalam sistem produksi, yaitu antara lain sebagai berikut:

2 Sritomo Wignjosoebroto, “Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan”, hal 67 3 J. M. Apple Op. cit., hal. 5-8


(67)

1. Menaikkan output produksi. 2. Mengurangi waktu tunggu.

3. Mengurangi proses pemindahan bahan.

4. Penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang dan service.

5. Pendaya guna yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja, dan/atau fasilitas produksi lainnya.

6. Mengurangi Inventory in process.

7. Proses manufakturing yang lebih singkat.

8. Mengurangi risiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator. 9. Memperbaiki moral dan kepuasan kerja.

10. Mempermudah aktivitas supervisi.

11. Mengurangi kemacetan dan kesimpang-siuran.

12. Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas dari bahan baku ataupun produk jadi. 4

Hampir semua tujuan dalam studi tataletak fasilitas adalah bertujuan untuk meminimisasi total biaya, tapi total biaya adalah sesuatu yang sulit untuk didapatkan. Banyak elemen yang termasuk dalam total biaya sangat kompleks dan tidak jelas. Sebagai contoh, biaya konstruksi, biaya instalasi, perluasan dimasa yang akan datang, biaya downtown mesin, biaya pengawasan, dan lain-lain.


(68)

3.3. Jenis Persoalan Tataletak Pabrik

Jenis dari persoalan tataletak pabrik antara lain: 1. Perubahan rancangan

Perubahan rancangan mungkin hanya memerlukan penggantian sebagian kecil tataletak yang telah ada, atau berbentuk perancangan ulang tataletak. Hal ini bergantung kepada perubahan yang terjadi.

2. Perluasan departemen

Dapat terjadi bila ada penambahan produksi suatu komponen produk tertentu. Perubahan ini mungkin hanya berupa penambahan sejumlah mesin yang dapat diatasi dengan membuat ruangan atau mungkin diperlukan perubahan seluruh tataletak jika pertambahan produksi menuntut perubahan proses.

3. Pengurangan departemen

Jika jumlah peroduksi berkurang secara drastis dan menetap, perlu dipertimbangkan pemakaian proses yang berbeda dari proses sebelumnya. Perubahan seperti mungkin menuntut disingkirkannya peralatan yang telah ada dan merencanakan pemasangan jenis peralatan lain.

4. Penambahan produk baru

Jika terjadi penambahan produk baru yang berbeda prosesnya dengan produk yang telah ada, maka dengan sendirinya akan muncul masalah baru. Peralatan yang ada dapat digunakan dengan menambah beberapa mesin baru pada tataletak yang ada dengan penyusunan ulang minimum, atau mungkin memerlukan penyiapan departemen baru, dan mungkin juga pabrik baru. 5. Memindahkan satu departemen


(69)

Memindahkan satu departemen dapat menimbulkan masalah yang besar. Jika tataletak yang ada masih memnuhi, hanya diperlukan pemindahan ke lokasi lain. Jika tataletak yang ada sekarang tidak memenuhi lagi, hal ini menghadirkan kemungkinan untuk perbaikan kekeliruan yang lalu. Hal ini dapat berubah ke arah tataletak ulang pada wilayah yang baru.

6. Penambahan departemen baru

Masalah ini dapat timbul karena adanya penyatuan, seperti pekerjaan mesin bor dari seluruh departemen disatukan ke dalam satu departemen terpusat. Masalah ini dapat juga terjadi karena kebutuhan pengadaan suatu departemen untuk pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat terjadi untuk membuat suatu komponen yang selama ini dibeli dari perusahaan lain. 7. Perubahan metode produksi

Setiap perubahan kecil dalam suatu tempat kerja seringkali mempunyai pengaruh terhadap tempat kerja yang berdekatan. Hal ini menuntut peninjauan kembali atas wilayah yang terlibat.

8. Penurunan biaya

Hal ini merupakan akibat dari setiap keadaan pada masalah-masalah sebelumnya.

9. Perencanaan fasilitas baru

Merupakan persoalan tataletak terbesar. Perancangan umumnya tidak dibatasi oleh kendala fasilitas yang ada. Perancangan bebas merencanakan tataletak yang paling baik yang dapat dipakai. Bangunan dapat dirancang untuk


(70)

menampung tataletak setelah diselesaikan. Fasilitas dapat ditata untuk kegiatan manufaktur terbaik. 5

3.4. Jenis Tataletak

Dalam tataletak pabrik itu sendiri, sangat ditentukan oleh susunan mesin-mesin yang ada di pabrik, yang membentuk suatu aliran produksi. Perusahaan yang berorientasi pada industri yang menggunakan banyak mesin-mesin produksi umumnya menghadapi masalah dalam peletakan (susunan) mesin dan peralatannya, dimana semua mesin, fasilitas pendukung harus diatur atau disusun sedemikian rupa agar interaksinya terhadap karyawan, pemindahan bahan dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan hal ini ada 4 bagian besar tipe tataletak pabrik yang utama yaitu :

1. Process Layout (Functional Layout)

Tataletak proses atau dikenal juga sebagai tataletak fungsional adalah penyusunan tataletak di mana alat yang sejenis atau yang mempunyai fungsi sama ditempatkan dalam bagian yang sama. Model ini cocok untuk discret

production dan bila proses produksi tidak baku, yaitu jika perusahaan

membuat berbagai jenis produk yang berbeda atau suatu produk dasar yang diproduksi dalam berbagai macam variasi. Contoh pemakaian jenis tataletak ini adalah untuk pergudangan, rumah sakit, universitas, dan perkantoran.

5 J. M. Apple Op. cit., hal.16-18


(71)

Bubut Bubut Bor Las

Bubut Bubut Bor Las

Potong Potong Grinda Cat

Potong Potong Grinda Cat

GUDANG GUDANG

Gambar 3.1. Tataletak Proses

Adapun keuntungan yang dapat diperoleh dari tataletak berdasarkan proses adalah sebagai berikut :

a. Memungkinkan utilisasi mesin yang tinggi.

b. Memungkinkan penggunaan mesin-mesin yang multiguna sehingga dapat dengan cepat mengikuti perubahan jenis produksi.

c. Memperkecil terhentinya produksi karena kerusakan mesin. d. Sangat fleksibel dalam mengalokasikan personel dan perlatan. e. Investasi yang rendah karena dapat mengurangi duplikasi peralatan. f. Memungkinkan spesialisasi supervisi.

Kelemahan-kelemahan layout by process adalah sebagai berikut :

a. Meningkatnya kebutuhan material handling karena aliran proses yang beragam dan tidak dapat digunakannya ban berjalan.

b. Pengawasan produksi yang lebih sulit.

c. Meningkatnya persediaan barang dalam proses. d. Total waktu produksi per unit yang lebih lama. e. Memerlukan skill yang tinggi.


(1)

Besar faktor koreksi atau efisiensi material handling dengan menggunakan metode Travel Chart alternatif I dengan total momen perpindahan 729.561,84 meter/ tahun, yaitu:

efisiensi =

60 , 820568

729.561,84

-820568,60

x 100% = 11%

Besar faktor koreksi atau efisiensi material handling dengan menggunakan metode Travel Chart alternatif II dengan total momen perpindahan 772.615,44 meter/ tahun, yaitu:

efisiensi =

60 , 820568

772.615,44

-820568,60

x 100% = 6%

Besar faktor koreksi atau efisiensi material handling dengan menggunakan metode Travel Chart alternatif III dengan total momen perpindahan 705183.84 meter/ tahun, yaitu:

efisiensi =

60 , 820568

705183,84

-820568,60

x 100% = 14%

Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa efisiensi material handling yang didapat dengan menggunakan metode Graph Based Construction lebih rendah dibandingkan dengan metode Travel Chart. Karena itu, usulan rancangan yang dipilih adalah usulan rancangan alternatif III metode Travel Chart dengan total momen perpindahan 705183.84 meter/ tahun dan efisiensi material handling sebesar 14% . Block layout usulan rancangan tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.1. Sedangkan layout usulan PT. Morawa Electric Transbuana dapat dilihat pada lampiran L-2.


(2)

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60 O

2 4 6 8 1

0 1

2 14 16 18 20 22 24 26 28 30

G

H B

A C F D I K N L M E J

Skala 1 : 400

J K L M N Pengeringan Gulungan Kumparan

Area Penumpukan Casing Trafo

Turn Ratio Test Pemasangan terminal, Penyatuan dengan tangki trafo

Pengisian Minyak ke dalam Trafo Routine Test Pemasangan Nameplate, Merek, Pengecatan Area Penumpukan Produk Jadi Penghubungan/Koneksi Kumparan Penggulungan Kumparan Pemotongan Kertas Isolasi Pengujian Rugi-rugi Inti Pemanggangan Inti Penggulungan Inti Pemotongan Core (Inti)

I H G F E D C B A KETERANGAN KODE O

Penimbangan Berat Inti


(3)

6.3. Evaluasi Hasil Rancangan

Dari hasil analisis, maka didapat bahwa rancangan alternatif III dari metode Travel Chart yang terpilih sebagai rancangan tataletak usulan. Dari rancangan yang terpilih dapat dilihat bahwa rancangan tersebut memiliki aliran bahan yang lebih efektif dibandingkan dengan rancangan awal sehingga jarak pemindahan bahan menjadi lebih efektif dan rancangan ini juga memiliki efisiensi lebih baik dengan besar efisiensi rancangan usulan dibanding rancangan awal yaitu 14%.

Dari perbandingan yang dilakukan maka dapat dilihat bahwa metode

graph based construction memiliki kelebihan yaitu pengalokasian dari

departemen yang memiliki frekuensi perpindahan yang lebih besar lebih diutamakan berdekatan. Sedangkan untuk metode travel chart memiliki kelebihan yaitu pengalokasian setiap departemen mempertimbangkan urutan proses produksi dan frekuensi perpindahan. Selain itu metode ini juga memiliki banyak alternatif yang dapat digunakan (tidak terbatas) karena mengunakan metode trial and error.

Dari rancangan yang terpilih tidak terdapat kesulitan pemindahan mesin saat dilakukan perancangan ulang kecuali pada departemen Routine Test yang memiliki ukuran mesin yang terlalu besar.


(4)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Dari hasil pengumpulan dan pengolahan data dengan menggunakan metode Graph Based Construction dan metode Travel Chart, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Total momen perpindahan material awal pada lantai produksi PT. Morawa Electric Transbuana adalah 820568.60 meter/tahun.

2. Perancangan dengan menggunakan metode Graph Based Construction menghasilkan 3 rancangan alternatif, yaitu rancangan alternatif I dengan total momen perpindahan material 764723.52 meter/ tahun, rancangan alternatif II dengan total momen perpindahan material 736731.84 meter/tahun, dan rancangan alternatif III dengan total momen perpindahan 756841.44 meter/tahun.

3. Perancangan dengan menggunakan metode Travel Chart menghasilkan 3 rancangan alternatif, yaitu rancangan alternatif I dengan total momen perpindahan material 729561.84 meter/ tahun, rancangan alternatif II dengan total momen perpindahan material 772615.44 meter/tahun, dan rancangan alternatif III dengan total momen perpindahan 705183.84 meter/tahun.

4. Tataletak usulan yang dipilih yaitu yang memiliki total momen perpindahan material lebih kecil dibandingkan dengan tataletak awal yaitu tataletak alternatif III metode Travel Chart dengan total momen perpindahan material sebesar 705183.84 meter/ tahun tingkat efisiensi sebesar 14 %.


(5)

5. Aliran bahan yang diperoleh dari tataletak usulan lebih teratur dan jarak perpindahan lebih efektif dibanding aliran bahan pada tata letak awal.

7.1. Saran

Saran yang dapat diberikan yaitu:

1. Penelitian dengan menggunakan metode Graph Based Construction dan metode Travel Chart hanya meninjau luasan departemen dan letak dari setiap departemen. Karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menghitung atau merancang setiap daerah kerja.

2. Dalam pemilihan rancangan yang lebih baik, penelitian ini hanya melihat dari satu kriteria kuantitatif yaitu momen perpindahan material. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang lebih lanjut dengan mempertimbangkan kriteria lainnya seperti aliran yang lancar, bentuk material, ukuran, bobot material, waktu pemindahan bahan, dan ongkos produksi.

3. Diharapkan agar perusahaan dapat menerapkan rancangan usulan yang telah dihasilkan dengan melakukan penyesuaian kembali sebelum diterapkan dalam perusahaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Apple, J. M. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Penerjemah: Nurhayati Mardiono. Bandung: ITB. 1990.

Hari Purnomo. Perencanaan dan Perancangan Fasilitas. Edisi Pertama. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. 2004.

Moore, James. Plant Layout and Design. New York: The Macmillan Company. 1959.

Rika Hadiguna A. Tata Letak Pabrik. Yogyakarta : Penerbit Andi. 2008.

Sritomo Wignjosoebroto. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya: Penerbit Guna Widya. 1996.