PENUTUP Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Perilaku Pencegahan Osteoporosis pada Mahasiswi di Universitas Singaperbangsa Karawang Tahun 2013

xv 5.20 Distribusi frekuensi responden dalam kegemaran melakukan jogging 67 5.21 Distribusi frekuensi responden dalam rutinitas mengonsumsi suplemen kalsium 67 5.22 Distribusi frekuensi berdasarkan perilaku pencegahan osteoporosis secara umum 68 5.23 Korelasi antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan osteoporosis 69 xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 2 Kuesioner penelitian Lampiran 3 Hasil pengolahan data Lampiran 4 Surat izin studi pendahuluan Lampiran 5 Surat izin validitas dan reabilitas Lampiran 6 Surat izin penelitian Lampiran 7 Surat pernyataan telah melakukan penelitian xvii DAFTAR SINGKATAN BUA Broadband Ultrasound Attenuation DMT Densitas Masa Tulang Dkk dan kawan-kawan DXA daul-energy x-ray absorptiometry g Gram KemenKes RI Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Km Kilometer mg miligram NIH National Institute of Health OA OsteoArthritis PTH Parathyroid Hormon QCT Quantitative Computed Tomography SERM Selective Estrogen Receptor Modulator WHO World Health Organization 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia yang hidup di dunia pasti akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik itu dari segi fisik maupun mental. Hal ini dikarenakan mereka akan mengalami proses penurunan fungsi tumbuh, seperti kulit, tulang, dan lain-lain. Proses penurunan fungsi tubuh ini dapat diartikatakan sebagai proses penuaan. Penuaan menurut Constantinindes yang dikutip dalam karangan Darmojo 2009 merupakan proses penurunan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri, mempertahankan struktur dan fungsi normal secara perlahan, sehingga dapat bertahan terhadap jejas termasuk infeksi dan dapat memperbaiki kerusakan yang diderita. Saat penuaan terjadi proses kepadatan tulang pun menurun. Penurunan kepadatan tulang tersebut dinamakan osteoporosis. Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya massa tulang sehingga apabila terkena benturan yang ringan saja tulang tersebut akan patah. Penyakit osteoporosis ini sering disebut dengan silent disease karena proses kepadatan tulang terjadi secara perlahan dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari tanda dan gejalanya. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa osteoporosis ini merupakan pembunuh tersembunyi silent killer Tandra, 2009. World Health Organization WHO 2009, osteoporosis menduduki peringkat kedua dibawah penyakit jantung sebagi masalah utama di dunia. Munculnya berbagai penyakit di dunia ini, akan mempengaruhi usia harapan hidup seseorang, termasuk dengan munculnya osteoporosis sebagai penyakit angka kejadian yang cukup tinggi. Menurut data Internasional Osteoporosis Foundation IOF 2009 lebih dari 30 wanita diseluruh dunia mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat osteoporosis, bahkan mendekati 40, sedangkan pada pria resikonya berada pada angka 13. Menopause dini meyebabkan wanita usia 20tahun, 30 tahun atau bahkan 40 tahun berisiko terkena osteoporosis Munch dan Shapiro, 2006. Wanita adalah kelompok yang paling berisiko terkena fraktur osteoporosis di masa tua. Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau pengeroposan tulang. Saat ini jumlah penderita osteoporosis di Indonesia pun kini jauh lebih besar dari data terakhir . Lima provinsi dengan risiko osteoporosis lebih tinggi adalah Sumatera Selatan 27,7, Jawa Tengah 24,02, Yogyakarta 23,5, Sumatera Utara 22,82, Jawa Timur 21,42, Kalimantan Timur 10,5 Departemen Kesehatan, 2005. Sementara data Sistem Informasi Rumah Sakit 2010 insiden patah tulang paha atas akibat osteoporosis adalah 200 dari 100 ribu kasus pada usia 40 tahun.Supari, 2008. Berdasarkan data yang diambil dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2008, menyatakan bahwa angka prevalensi osteopenia osteoporosis dini sebesar 41,7 dan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3. Ini berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko untuk terkena osteoporosis, dimana 41,2 dari keseluruhan sampel yang berusia kurang dari 55 tahun terdeteksi menderita osteopenia. Prevalensi osteopenia dan osteoporosis usia 55 tahun pada pria cenderung lebih tinggi dibanding wanita, sedangkan 55 tahun peningkatan osteopenia pada wanita enam kali lebih besar dari pria dan peningkatan osteoporosis pada wanita dua kali lebih besar dari pria. Research International Osteoporosis Foundation IOF 2009 memperkirakan sekitar 674.524 perempuan usia 35-39 tahun dan 591.911 perempuan usia 40-44 tahun di Jawa Barat beresiko osteoporosis. Data yang dihasilkan tersebut tidaklah sedikit, ini merupakan data yang cukup mengejutkan dalam dunia kesehatan. Berdasarkan data dari Puskesmas Karawang Kulon, dalam setiap bulannya terdapat 7 orang yang menderita Osteoarthritis OA sedangkan penderita yang mengeluh nyeri punggung bawah mereka klasifikasikan ke dalam penyakit tulang keropos osteoporosis. dimana data pada bulan Oktober 2012 di Puskesmas Karawang Kulon menerangkan bahwa dari 3 penderita yang diperiksa, terdapat 2 diantaranya yang terindikasi osteoporosis. Berdasarkan Journal of Clinical 2008 yang ditulis oleh Chang Shu- Fang menyebutkan bahwa warga Taiwan yang menjadi responden dalam penelitiannya, terdapat 44 responden memahami tentang osteoporosis, sedangkan sisanya belum memahami secara baik mengenai osteoporosis dan pencegahannya. Dengan demikian dari jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi yang didapat warga Taiwan mengenai osteoporosis dan pencegahannya itu masih kurang. Lakey, et al 2003 melakukan penelitian mengenai pencegahan osteoporosis, dalam penelitian yang berjudul “Osteoporosis Prevention: Knowledge and Behaviour in SouthWestern Community ” ini menjelaskan tentang bagaimana pengetahuan wanita usia 25-55 tahun di Marcopa Country, Arizona dalam mencegah osteoporosis. Adapun dalam penelitian tersebut terdiri atas pengetahuan mengenai definisi osteoporosis, faktor resiko osteoporosis, konsumsi kalsium dalam mencegah osteoporosis maupun diet dan aktifitas yang berkaitan terhadap pencegahan osteoporosis. Penelitian tersebut didaptkan hasil bahwa dari 200 responden wanita usia 25-35 tahun hanya 154 yang mengetahui osteoporosis, namun dari 154 tersebut hanya 117 yang mengetahui definisi osteoporosis. Lain halnya dengan perilaku dalam mencegah osteoporosis, terdapat 9 responden yang melakukan pencegahan osteoporosis dengan melakukan jalan kaki. Sinnathambi 2010 menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan wanita-wanita premenopause di Kecamatan Medan Selayang II terhadap osteoporosis dalam kategori baik telah mencapai 87 sedangkan untuk tindakan pencegahannya yang dalam kategori baik hanya mencapai 16 saja. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk tingkat pengetahuan wanita premenopause mengenai osteoporosis dalam kategori baik namun untuk tindakan pencegahannya masih kategori sedang. Sehingga perlu ada tindakan promosi kesehatan lanjutan lagi. Sedangkan berdasarkan data yang di dapat dari mahasiswi Universitas Singaperbangsa yaitu 5 dari 9 mahasiswi yang belum mengetahui tentang osteoporosis dan pencegahannya Berdasarkan studi pendahuluan tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitan mengenai hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku pencegahan osteoporosis pada mahasiswi Universitas Singaperbangsa.

B. Rumusan Masalah

Begitu tingginya prevalensi osteoporosis pada wanita di usia lanjut. Pada wilayah Jawa Barat saja dari 1.686.312 sekitar 674.524 wanita usia produktif yang mengalami osteoporosis. Sedangkan untuk wilayah Karawang sendiri, berdasarkan data yang di dapat dari mahasiswi Universitas Singaperbangsa yaitu 5 dari 9 mahasiswi yang belum mengetahui tentang osteoporosis dan bagaimana pencegahannya. Berdasarkan data yang dihasilkan tersebut menyebabkan penulis tertarik sekali untuk mengamati sejauh mana mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang khususnya pada wanita usia subur dalam memahami osteoporosis dan pencegahannya.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan adapun pertanyaan penelitiannya, yaitu: 1. Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku mengenai osteoporosis pada mahasiswi Unversitas Singaperbangsa Karawang? 2. Apakah mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang dalam mengetahui perilaku apa saja yang dapat dilakukan dalam mencegah osteoporosis?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum a Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku pencegahan osteoporosis pada mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a Teridentifikasi pengetahuan mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang mengenai osteoporosis. b Teridentifikasi perilaku mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang dalam mencegah osteoporosis. c Teridentifikasi hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku pencegahan osteoporosis pada mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh mahasiswa keperawatan sebagai literatur tambahan untuk materi yang telah didapat dan juga sebagai bahan pertimbangan penelitian lebih lanjut tentang pengetahuan masyarakat tentang praktik pencegahan dan perawatan osteoporosis.