Pola Pengasuhan Orang Tua Asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur
                                                                                “Ketika mereka melanggar peraturan yang tidak berat, anak asuh diberikan  teguran  dan  nasehat  untuk  memberikan  penjelasan
bahwa  apa  yang  telah  dilakukannya  tidak  baik.  Tetapi  kalau melanggar  aturan  yang  berat  anak  asuh  diharuskan  untuk
membuat surat pernyataaan”.
10
Dalam  hal  memahami  perkembangan  anak  asuhnya,  orang  tua  asuh sangat ekstra dalam memahami karakter setiap anak asuhnya dengan karakter
anak  yang  berbeda-beda.  Ada  yang  emosinya  tinggi,  emosinya  sedang, bahkan masih labil. Semua ini dapat dilihat dari bahasa tubuh apabila remaja
sedang  ada  masalah  biasanya  orang  tua  asuh  berusaha  mencari  tahu  apa masalah yang sedang dihadapi.
11
Hal ini disampaikan oleh ibu Sriyanti : “Iyaa  masa  remaja  kan  dianggap  sebagai  masa  badai  dan  stres
storm  and  stress,  karena  mereka  telah  memiliki  keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Kalau terarah dengan
baik, maka ia akan menjadi seorang individu yang memilki rasa tanggung  jawab,  tetapi  kalau  tidak  terbimbing,  maka  bisa
menjadi  seorang  yang  tak  memiliki  masa  depan  dengan  baik. Untuk  itu  saya  berusaha  untuk  memahami dan  megarahkan
emosinya ini agar terarah dengan positif”.
12
Hal ini juga disampaikan oleh penerima manfaat AIH bahwa : “Dalam memahami perkembangan anak asuhnya biasanya orang
tua  asuh  memehaminya  dengan  cara  mendekatkan  diri  pada anak-anak,  terus  ditanya ada  apa?  kenapa?  terus  dinasehatin
sampe masalahnya selesai”.
13
Hal  yang  sama  juga  disampaikan  oleh  ibu  Habibi,  beliau  selalu berusaha  untuk  mendekatkan  diri  kepada  anak  asuh  agar  anak  asuh  merasa
10
Wawancara pribadi dengan ibu Sriyanti, S.Sos selaku orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 11 November 2013
11
Observasi pada tanggal 4 September 2013
12
Wawancara pribadi dengan ibu Sriyanti, S.Sos selaku orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 4 November 2013
13
Wawancara pribadi dengan AIH selaku penerima manfaat di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 2 November
nyaman  tinggal  di  rumah  asuh,  dan  juga  untuk  mengetahui  atau  memantau perkembangan dari setiap anak asuh.
14
Bapak Suroso berusaha mendekatkan diri kepada anak asuh agar anak asuh merasa nyaman tinggal di rumah asuh, dan juga untuk mengetahui atau
memantau perkembangan dari setiap anak asuh. “Saya  berusaha  untuk  selalu  berkumpul,  berinteraksi  dengan
anak asuh saya untuk membuat suasana di rumah asuh menjadi nyaman  bagi  mereka.  Dan  hal  ini  saya  lakukan  juga  untuk
memantau  perkembangan  dari  setiap  anak  asuh  saya  dan berusaha untuk memahami emosinya”
15
Melalui  pengamatan  yang  penulis  lakukan  terhadap  orang  tua  asuh dalam  hal  mengetahui  pola pengasuhan  yang  diterapkan  di  rumah  asuh,
penulis  melihat  adanya  komunikasi  terbuka  dari  dua  arah  antara orang  tua asuh  dan  anak  asuh.  Misalnya  antara  orang  tua  asuh  selalu  memberikan
contoh berupa penjelasan dengan menerangkan alasan-alasan dari aturan yang dibuat  sehingga  anak  asuh  menjadi  mengerti  dan  paham.  Kemudian  dalam
memberikan  tugas  atau  pekerjaan  yang  ada  di  rumah  asuh,  orang  tua  asuh tidak memberikan tugas tersebut secara langsung, tetapi anak asuh diberikan
kebebasan  untuk  berdiskusi  dengan  anak  asuh  lainnya  untuk  mengerjakan tugas  atau  pekerjaan  tersebut.  Hal  ini  dilakukan  agar  anak  asuh  dalam
mengerjakan  tugas  yang  diberikan  tidak  merasa  tertekan,  dan  hal inidi
14
Wawancara pribadi dengan ibu Dra. Habibi Tamher, M.Si selaku orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur  pada tanggal 4 November 2013
15
Wawancara pribadi dengan bapak Suroso, S.Sos selaku orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 31Oktober 2013
lakukan  juga  agar  selama  di  rumah  asuh  orang  tua  dan  anak  asuh  selalu mengedepankan sikap yang demokratis.
16
Hal  ini juga  dijelaskan  oleh ibu  Habibi,  misalnya dalam  menentukan kelompok piket bu Habibie tidak menunjuk anak asuh secara langsung, tetapi
anak dibolehkan untuk musyawarah untuk menentukan kelompok piket. “Saya  tidak  menunjuk  petugas  piket  secara  langsung,  namun
saya  memberikan  kebebasan  kepada  mereka  untuk  memilih sendiri siapa yang mau piket dalam rumah atau halaman karena
anak  juga  mempunyai  hak  untuk  berpendapat,  kita  harus menghormati  hak-hak  anak,  dalam  upaya  untuk  melaksanakan
undang-undang perlindungan anak.”
17
Hal  ini  juga  disampaikan  oleh  ibu  Sriyanti  dalam  memberikan tugas-tugas  kepada  anak  asuh dengan  tidak  menunjuk  langsung  akan
tetapi  ibu  Sriyanti hanya  memberikan  jadwal  kepada  anak  asuh  dan anak asuh lah yang menentukan untuk pembagian tugas-tugas tersebut.
“Saya  tidak  memberikan  tugas  langsung  kepada  setiap  anak asuh atau penerima manfaat, tetapi saya hanya membuat jadwal
kegiatan  apa yang harus dilakukan  oleh anak-anak,  dan  mereka lah yang menentukannya sendiri”
18
Hal yang sama juga disampaikan oleh bapak Suroso bahwa: “Saya  berusaha  untuk  melibatkan  anak  asuh  saya  ketika  ada
kegiatan  yang  harus  dilakukan  di  rumah  asuh,  jadi  saya  tidak memaksakan  kehendak saya  untuk  menentukan  siapa saja  yang
harus  melakukan  kegiatan  tersebut,  tetapi  itu  ditentukan  atas dasar  kesepakatan anak  asuh  namun  saya masih  memberi  batas
kepada mereka.”
19
16
Observasi pada tanggal 4 September 2013
17
Wawancara pribadi dengan ibu Dra. Habibi Tamher, M.Si selaku orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 4 November 2013
18
Wawancara pribadi dengan ibu Sriyanti, S.Sos selaku orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 11 November 2013
19
Wawancara pribadi dengan bapak Suroso, S.Sos selaku orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur pada tanggal 31 Oktober 2013
Pendapat lain juga disampaikan oleh AB, bahwa : “Ya  bila  mau  piket  orang  tua  asuh  tidak  menyuruh  atau
menunjuk  anak-anak  langsung,  tetapi  orang  tua  asuh membebaskan  anak-anak  untuk  mendiskusikannya.  Dan  kalau
ada  peraturan  yang  dilanggar  oleh  anak  asuh,  orang  tua  asuh tidak  menghukum  dengan  berat,  tetapi  dinasehati  dengan
memberikan  penjelasan  bahwa  aturan  yang  dilanggar  itu  tidak baik.”
20
Berdasarkan  pemaparan  di  atas penulis  dapat  menyimpulkan  bahwa pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua asuh adalah pola pengasuhan
otoritatif. Dimana  pada teori yang dijelaskan di bab II oleh Diana Baumrind dan berdasarkan indikator-indikator kemandirian, pola asuh otoritatif ditandai
dengan adanya  komunikasi terbuka  dari dua arah,  misalnya antara  orang tua asuh dan anak asuh selalu memberikan contoh, penjelasan yang menerangkan
alasan-alasan  dari  aturan  yang  dibuat  sehingga  anak  asuh  menjadi  mengerti dan paham. Namun  tidak ada standar yang baku  tentang pola  pengasuhan di
PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur. Ini tentunya menjadi bahan temuan baru yang penulis dapatkan selama melakukan penelitian.
                