Latar Belakang Masalah Peran Orang Tua Asuh dalam Mendukung Perkembangan Kemandirian Remaja Putus Sekolah di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur

sekolah tahun 2011, peningkatan yang tajam dibandingkan angka 160,000 pada tahun 2010. 2 Ketika seorang anak memasuki usia remaja, anak mengalami peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa storm and stress, dimana remaja telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu yang memilki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik. 3 Dan ketika mereka mengalami putus sekolah maka mereka menjadi tidak terarah dengan baik, sehingga muncul berbagai masalah antara lain terlibat dalam kenakalan remaja, tawuran, minum-minuman, dan perkelahian, menjadi anak jalanan serta timbulnya perasaan minder dan rendah diri. Ketiadaan waktu khusus untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah membuat remaja putus sekolah lebih rentan masuk ke dalam pergaulan yang bebas. Mereka juga cenderung mudah terlibat interaksi dengan siapa saja, bahkan mungkin dengan pecandu narkoba. Ketiadaan aturan dan kesepakatan kemudian membuat remaja putus sekolah tidak lagi mau menerima masukan apapun, pulang semaunya, terlampau sering bermain, dan cenderung tidak memperhatikan norma kesusilaan dan norma agama. Tidak hanya itu, putus 2 ACDP INDONESIA, UNESCO: Semakin Banyak Anak Putus Sekolah di Indonesia. artikel diakses pada 23 oktober 2013 http:acdpindonesia.com20130610unesco-semakin-banyak-anak-putus-sekolah-di- indonesia 3 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004, h. 13 sekolah juga membuka ‘kran’ pengangguran dan menutup masa depan yang cerah bagi mereka yang mengalaminya. 4 Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa remaja yang mengalami putus sekolah terlantar perlu mendapat perhatian dan penanganan. Menurut Pasal 1 Undang-Undang nomor 23 tahun 2002, “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasanya sesuai dengan minat dan bakatnya” 5 . Berdasarkan undang-undang tersebut dapat dipahami bahwa remaja putus sekolah terlantar membutuhkan penanganan dan pelayanan sosial agar kelak tidak menimbulkan masalah bagi diri sendiri dan lingkungannya serta dapat mencapai kesejahteraan. Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. kesejahteraan anak merupakan “Suatu sistem kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar baik secara jasmani, rohani maupun sosial”. 6 Selain membantu pemenuhan kebutuhan baik dari segi fisik, mental dan sosial, bentuk perhatian yang juga diperlukan remaja putus sekolah adalah mendapatkan pengasuhan, perlindungan dan pendidikan sebagaimana hak yang dimiliki seorang anak. Dengan mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang baik, para remaja tersebut diharapkan dapat bersikap dan perilaku positif serta menjadi pribadi mandiri. 4 St Wardah Hanafie Das Abdul Halik, Masalah Putus Sekolah dan Pengangguran Tinjauan Sosiologi Pendidikan. Artikel diakses pada 23 Oktober 2013dari http:abdulhalik11.blogspot.com201110masalah-putus-sekolah-danpengangguran.html. 5 Undang-undang No. 23 tahun 2002 Pasal 9 ayat 1. 6 Undang-undang No.4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Sebagai instansi yang bertanggung jawab terhadap permasalahan remaja putus sekolah terlantar, Kementerian Sosial RI mendirikan Panti Sosial Bina Remaja PSBR sebagai Unit Pelaksana Teknis UPT di lingkungan Kementerian Sosial RI yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. PSBR bertugas memberikan pelayanan sosial secara profesional bagi remaja putus sekolah terlantar. Tujuan dari pelayanan sosial ini adalah agar mereka memiliki kemampuan dan kemandirian, serta dapat berkembang secara wajar ditengah masyarakat sehingga mereka dapat terampil dan aktif berpartisipasi dalam pembangunan. 7 Dengan Visi “Terwujudnya Kemandirian Remaja”, PSBR Bambu Apus memberikan bimbingan dan pelayanan bersiat preventif, rehabilitatif dan promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial pelatihan keterampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi remaja terlantar putus sekolah agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. PSBR juga memfasilitasi penerima manfaat yang ingin ikut sekolah kejar paket SLTP dan SLTA agar dapat sekolah kembali dan mendapatkan ijazah sebagai modal untuk melamar pekerjaan. 8 PSBR melakukan bimbingan dan pelayanan yang bersifat holistik dengan menggunakan sistem asuhan keluarga berbeda dengan sistem di panti sosial lain yang menggunakan asrama sebagai tempat tinggal dan tempat sosialisasi para penerima manfaat. Dengan keluarga asuh, setiap penerima 7 Profil PSBR Bambu Apus Jakarta Timur. Artikel diambil dari http:bambuapus.kemsos.go.idmodules.php?name=Newsfile=articlesid=13 8 Profil PSBR Bambu Apus Jakarta Timur manfaat dikelompokan dan dan ditempatkan dalam satu rumah asuh yang terdiri dari orang tua asuh dan anak-anaknya. Mereka membaur sebagaimana layaknya anak dengan orangtuanya sendiri. Dengan demikian, orang tua asuh ini diharapkan dapat memberikan arahan dan bimbingan kepada remaja agar menjadi remaja yang mandiri. 9 Dari sisi remaja penerima manfaat, mereka diharapkan dapat mengikuti pembinaan dengan baik. Penekanan yang dilakukan oleh lembaga PSBR bagi penerima manfaat adalah adanya perubahan sikap dan perilaku bagi remaja agar menjadi mandiri. Kemandirian itu sendiri merupakan salah satu tugas perkembangan remaja sehingga kegagalan dalam usaha mencapai kemandirian akan menimbulkan kesulitan dalam sebagian besar bidang kehidupan. Dengan kata lain, untuk menjadi dewasa, kematangan fisik saja tidaklah cukup, seorang remaja harus matang secara sosial, salah satunya memiliki perilaku mandiri. 10 Setelah keluar dari lembaga, remaja atau penerima manfaat diharapkan dapat bersikap lebih baik agar dapat diterima oleh masyarakat, dapat tumbuh dan berkembang secara wajar, serta dapat melaksanakan fungsinya sebagai anggota masyarakat yang mandiri, aktif dan produktif. Atas dasar pemaparan tersebut, muncul ketartarikan peneliti untuk mengatahui bagaimana orang tua asuh berperan dalam mendukung perkembangan kemandirian bagi remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus 9 Profil PSBR Bambu Apus Jakarta Timur Tahun 2013 10 Yunni Rizkiani, Hubungan Antara Kemandirian Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Remaja,.Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, h. 13 Jakarta Timur. Adapun, judul yang diangkat dalam penelitian ini adaah ”Peran Orang tua Asuh Dalam Mendukung Perkembangan Kemandirian Remaja Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur.”

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah Untuk memfokuskan pembahasan maka penulis membatasi masalah pada peran orang tua asuh dalam mendukung perkembangan kemandirian remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur. Maka masalah yang akan diteliti akan dirumuskan sebagai berikut: 2. Perumusan Masalah Sesuai dengan batasan masalah maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua asuh di PSBR Bambu Apus? b. Bagaimana peran orang tua asuh dalam mendukung perkembangan kemandirian remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan permasalahan maka tujuan penelitian skripsi ini adalah : a. Untuk mengetahui pola asuh yang diterapkan orang tua asuh di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur b. Untuk mengetahui bagaimana peran orang tua asuh dalam mendukung perkembangan kemandirian remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus Jakarta Timur. 2. Manfaat penelitian a. Manfaat Akademis 1 Untuk pengembangan ilmu pengetahuan diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi dan meningkatkan wawasan akademik dalam bidang kesejahteraan sosial. 2 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur dalam merancang dan memperbaiki program dan pelayanan yang sedang berjalan untuk kedepan yang lebih baik. b. Manfaat praktis 1 Menginformasikan tentang peran orang tua asuh dalam mendukung perkembanga kemandirian remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus, Jakarta Timur. 2 Penelitian ini juga sebagai bahan pembelajaran untuk perlindungan bagi anak, khususnya anak remaja putus sekolah. 3 Penelitian ini juga memberikan pemahaman dan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut dan juga praktisi di lembaga.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang dihasilkan dari suatu data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, dan merupakan suatu penelitian ilmiah. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 11 2. Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mencoba memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. 12 11 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009, cet ke-26, h. 4. 12 Meely G.Tan, Masalah Perencanaan Penelitian dalam Koentjaraningrat Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 1990, h. 9-30