Uji Normalitas Uji Heteroskedastisitas Definisi Operasional Variabel

dengan : . = koefisien korelasi parsial antara variabel dengan , apabila variabel dianggap tetap. . = koefisien korelasi parsial antara variabel dengan , apabila variabel dianggap tetap. . = koefisien korelasi parsial antara variabel dengan , apabila variabel dianggap tetap. . = koefisien korelasi parsial antara variabel dengan , apabila variabel dan dianggap tetap.

2.12.2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas atau kenormalan digunakan untuk mendeteksi apakah distribusi variabel-variabel bebas dan terikat adalah normal. Uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat sebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik Normal P-Plot of Regression Standarized Residual. Suatu model dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal Santoso, 2001.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah uji untuk melihat apakah ada ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain. Apabila ≠ ≠ , hal ini disebut heteroskedastisitas. Satu asumsi penting dalam model regresi linier berganda adalah bahwa kesalahan pengganggu mempunyai varian yang sama, artinya = = untuk semua i, i = 1,2,3,...,n, asumsi ini disebut homoskedastisitas, Santoso, 2001. Universitas Sumatera Utara Untuk melihat apakah suatu data terjadi heteroskedastisitas atau tidak, dapat dilakukan dengan pendekatan grafik scatter plot, Gujarati, 1999, yaitu: 1. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar secara acak di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika ada pola tertentu serta titik-titik yang membentuk pola tertentu diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu y maka terjadi heteroskedastisitas. Contoh grafik scatter plot yang tidak terjadi heteroskedastisitas dan terjadi heteroskedastisitas, dapat dilihat pada gambar 2.1 dan 2.2. Gambar 2.1. Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Gambar 2.2. Terjadi Heteroskedastisitas

c. Uji Multikolinieritas

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas antara variabel bebas dengan melihat nilai Variance Inflation Factor VIF dan Tolerance dari masing-masing Universitas Sumatera Utara variabel bebas terhadap variabel terikat. Yang baik adalah tidak terjadi korelasi yang tinggi antara variabel bebas, hal in disebut non multikolinearitas. Rumus mencari Variance Inflation Factor VIF yaitu : = 1 1 − 2.4 Dengan adalah korelasi kuadrat dari dengan variabel bebas lainnya. Menurut Santoso 2001: 203 pedoman untuk mendeteksi multikolinearitas adalah : 1. Besar Variance Inflation Factor VIF dan Tolerance i. VIF 5 dipastikan terjadi multikolinieritas ii. VIF 5 tidak terjadi multikolinieritas iii. Tolerance 0,1 diduga mempunyai persoalan multikolinieritas iv. Tolerance 0,1 diduga tidak mempunyai persoalan multikolinieritas v. Atau Tolerance = 1VIF dan VIF = 1Tolerance. 2. Besar korelasi antar variabel independennya bebas multikolinearitas. i. Koefisien korelasi harus lemah 0,5. ii. Jika ada nilai r 0,5 harus dikeluarkan dari model.

2.12.3. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis Multivariat Multivariat Analysis merupakan salah satu jenis analisis statistik yang digunakan untuk menganalisis data. Data yang digunakan berupa banyak peubah bebas independent variabels dan juga banyak peubah terikat dependent variabels. Analisis Regresi Linear Ganda Multiple Linear Regression merupakan perluasan dari Simple Linear Regression Regresi Linear Sederhana. Pada analisis ini bentuk hubungannya adalah beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Regresi linier berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linier antar beberapa variabel bebas X 1 , X 2 , X 3, ..., X k terhadap variabel terikat Y. Persamaan umum regresi linier berganda model untuk populasi adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara = + + + + ⋯ + + 2.5 dengan : = variabel terikat = titik potong dengan sumbu tegak intercept , , , …, = koefisien regresi slope , , , …, = variabel bebas = nilai kesalahan error Persamaan umum tersebut dapat diestimasi dengan persamaan di bawah ini : = + + + + ⋯ + + 2.6 Untuk menghitung koefisien regresi persamaan 2.6 digunakan persamaan 1.3.

2.12.4. Menentukan Regresi Terbaik dengan Metode Backward

Pemodelan pada regresi linear ganda adalah untuk memperoleh kandidat variabel yang fit yang dapat menjelaskanmenggambarkan variabel dependen sesungguhnya dalam populasi. Salah satu metode pemilihan variabel independen yang dipakai pada aplikasi SPSS 17 adalah metode backward. Metode backward adalah metode dengan memasukkan semua variabel kedalam model tetapi kemudian satu persatu variabel independen dikeluarkan dari model berdasarkan kriteria kemaknaan statistik tertentu. Variabel yang pertama dikeluarkan adalah variabel yang memiliki korelasi parsial terkecil dengan variabel dependen. Kriteria pengeluaran P-OutPOT adalah 0,10 artinya variabel yang mempunyai nilai p ≥ 0,10 dikeluarkan dari model Santoso, 2001. Selain menggunakan korelasi parsial, pengujian dengan metode backward dapat dilakukan dengan membandingkan uji F parsial atau uji t parsial. Pemeriksaan tabel F dan tabel t akan menunjukkan hasil yang sama. Hal ini dikarenakan bahwa F 1, , 1 − = , 1 − untuk sembarang nilai dan . Beberapa program komputer seperti SPSS menggunakan uji t parsial Drapper dan Smith,1992. Universitas Sumatera Utara

2.12.5. Koefisien Determinasi Ganda

Koefisien korelasi ganda atau disebut juga koefisien determinasi ganda lebih banyak digunakan untuk menguji seberapa jauh garis regresi penaksir sesuai dengan pengamatan yang diperoleh. Menurut Drapper dan Smith 1992, hal: 87, adalah suatu ukuran besarnya keragaman amatan Y di sekitar rataanya yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi. Koefisien determinasi ganda dapat dihitung dengan menggunakan rumus yaitu : = ∑ − ∑ − = 1 − ∑ − ∑ − 2.7 dengan : ∑ − = jumlah kuadrat regresi JKR ∑ − = jumlah kuadrat total JKT ∑ − = jumlah kuadrat sisa JKS Pada analisis regresi estimasi cenderung tinggi overestimate, maka untuk memperoleh ketepatan digunakan nilai yang disesuaikan Adjusted dirancang untuk mengurangi bias tersebut, dihitung dengan cara : = − 1 − − − 1 = 1 − 1 − − 1 − 2.8 dengan : = koefisien determinasi ganda yang disesuaikan = koefisien determinasi ganda = jumlah variabel bebas n = jumlah sampel Universitas Sumatera Utara

2.12.6. Uji F Uji simultangabungan

Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat diuji dengan tingkat kepercayaan 95 atau α = 0,05. Kriteria pengujian hipotesis untuk uji serempak: H : = = = ⋯ = = 0, pendapatan kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, lamanya berumah tangga dan jumlah subsidi beras miskin raskin yang diterima secara bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga miskin. H 1 : tidak semua dari = 1,2,3, …, adalah nol, pendapatan kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, lamanya berumah tangga dan jumlah subsidi beras miskin raskin yang diterima secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga miskin. Rumus: F hitung = 1 − − − 1 k = − − 1 2.9 dengan : = koefisien determinasi ganda = jumlah variabel bebas = jumlah sampel = jumlah kuadrat regresi = jumlah kuadrat sisa Dalam hal ini, F hitung dibandingkan dengan F tabel dengan tingkat kepercayaan confidence interval 95 atau α = 5 dengan ketentuan, jika F hitung F tabel , maka H diterima dan H 1 ditolak. Dalam hal lain, tolak H . Universitas Sumatera Utara

2.12.7. Standar Eror Estimasi

Standar eror estimasi dapat memberikan gambaran seberapa baiknya persamaan regresi linier berganda yang dihasilkan. Standar eror estimasi dapat dihitung dengan rumus : = − − 1 2.10 dengan : = standar eror estimasi = jumlah kuadrat sisa = jumlah sampel = jumlah variabel bebas

2.12.8. Uji t Uji parsialindividual

Dilakukan untuk menguji secara parsial setiap variabel bebas apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Pengaruh parsial variabel bebas terhadap variabel terikat diuji dengan tingkat kepercayaan 95 atau α = 0,05 dan derajat kebebasan = − − 1 . Kriteria pengujian adalah sebagai berikut : H : pendapatan kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, lama berumah tangga dan jumlah subsidi beras miskin raskin yang diterima secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga miskin H 1 : pendapatan kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, lama berumah tangga dan jumlah subsidi beras miskin raskin yang diterima secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga miskin. Rumus: = 2.11 Universitas Sumatera Utara dengan : = koefisien regresi untuk variabel bebas ke k S b k = simpangan baku koefisien regresi untuk variabel bebas ke k = nilai t hitung untuk variabel bebas ke k Simpangan baku koefisien regresi dapat dihitung dengan rumus : = ∑ 1 − 2.12 dengan : = simpangan baku koefisien regresi untuk variabel bebas ke k = standar eror estimasi = korelasi kuadrat antara dengan variabel bebas lainnya Dalam hal ini, t hitung t k dibandingkan dengan t tabel dengan tingkat kepercayaan confidence interval 95 atau α = 5 dengan ketentuan, jika -t tabel t hitung t tabel , maka H diterima dan H 1 ditolak. Dalam hal lain, tolak H Sudjana, 2005. Universitas Sumatera Utara BAB 3 PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

3.1.1. Profil Kelurahan Sidomulyo

Kelurahan Sidomulyo merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan. Luas wilayahnya sebesar 0,87 km 2 atau 4,03 terhadap luas Kecamatan Medan Tuntungan. Jumlah penduduk Kelurahan Sidomulyo pada tahun 2011 sebesar 1.934 jiwa dan pada tahun 2012 sebesar 2.152 jiwa. Berdasarkan profil kelurahan sidomulyo tahun 2011, batas wilayah Kelurahan Sidomulyo adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kelurahan Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan. Sebelah Selatan : Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu. Sebelah Timur : Desa Simalingkar A, Kecamatan Pancur Batu. Sebelah Barat : Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan.

3.1.2. Rasio Beban Tanggungan Dependency Ratio

Rasio beban tanggungan dapat dihitung berdasarkan kelompok umur. Kelompok penduduk umur 0-14 tahun dianggap belum produktif secara ekonomis, kelompok penduduk umur 15-64 tahun dianggap produktif dan kelompok penduduk umur 65 tahun ke atas sebagai kelompok penduduk yang tidak lagi produktif. Jumlah penduduk Universitas Sumatera Utara menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kelurahan Sidomulyo tahun 2011 adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kelurahan Sidomulyo tahun 2011 No. Kelompok Umur Tahun Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Laki-laki Perempuan 1. 0-4 185 219 404 2. 5-14 174 184 358 3. 15-44 426 384 810 4. 45-64 165 93 258 5. ≥ 65 67 37 104 Total 1.017 917 1.934 Sumber : Data Profil Kelurahan Sidomulyo Tahun 2011. Rasio beban tanggungan Kelurahan Sidomulyo dapat dihitung dengan rumus 2.1 : DR = Penduduk umur 0-14 th +Penduduk umur 65 th ke atas Penduduk umur 15-64 th ×k DR = 762+104 1.068 ×100 DR = 762+104 1.068 ×100 DR = 866 1.068 × 100 DR = 81,09 Kelurahan Sidomulyo memiliki DR sebesar 81,09 berarti 100 orang kelompok penduduk produktif harus menanggung 81,09 orang kelompok penduduk yang tidak produktif.

3.2. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional variabel di dalam penelitian sebagai berikut : 1. Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh semua anggota rumah tangga dalam 1 bulan. Universitas Sumatera Utara 2. Rumah tangga adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik, dan biasanya makan bersama dari satu dapur. Makan dari satu dapur adalah mengurus kebutuhan sehari- hari bersama menjadi satu BPS, 2010. 3. Pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga Y adalah total biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan pangan yang dibeli oleh rumah tangga, dinyatakan dalam uang rupiah pada periode waktu satu bulan. 4. Kepala rumah tangga adalah seorang dari sekelompok anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari- hari rumah tangga tersebut. 5. Pendapatan kepala rumah tangga X 1 adalah jumlah seluruh pendapatan yang dihasilkan oleh kepala rumah tangga dan istri apabila istri bekerja, yang dinyatakan dalam uang rupiah pada periode waktu satu bulan. 6. Jumlah anggota rumah tangga X 2 adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, terdiri dari kepala rumah tangga, istri, anak dan anggota keluarga lainnya yang masih menjadi tanggungan kepala rumah tangga, yang dinyatakan dalam satuan jiwa. 7. Pendidikan kepala rumah tangga X 3 adalah pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh seorang kepala rumah tangga, yang dinyatakan dalam satuan tahun. 8. Lamanya berumah tanggausia perkawinan X 4 adalah usia perkawinan dari awal terbentuk hingga pada saat penelitian, dinyatakan dalam satuan tahun. 9. Jumlah subsidi beras miskin raskin X 5 adalah jumlah beras subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada rumah tangga yang berhak perbulannya, yang dinyatakan dalam satuan Kg.

3.3. Metode Analisis Data