Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan

79 Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium terhadap Ny. F .

2. Diagnosa Keperawatan

Pada kedua kasus post partum normal didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul yakni nyeri, menyusui tidak efektif dan hambatan mobilitas fisik. Namun pada kasus pertama terdapat diagnose keperawatan resiko infeksi dimana dari hasil pemeriksaan laboratorium Ny. M jumlah leukosit Ny. M adalah 19.10 3 mm 3 . Pada diagnose nyeri, dari data subjektif kedua klien pada kasus diatas mengeluhkan nyeri pada area perineum. Dari data objektif kedua klien tampak meringis saat bergerak, skala nyeri 6 dan terdapat luka episiotomy pada perineum. Diagnosa keperawatan yang juga muncul yakni menyusui tidak efektif. Karena dari hasil pengkajian melalui data subjektif didapat bahwa kedua klien tidak melakukan perawatan payudara saat kehamilan dan dari data objektif didapat bahwa dari hasil palpasi payudara kedua pasien teraba keras. Selain itu diagnosa keperawtan yang juga muncul yakni diagnosa hambatan mobilitas fisik dimana dari data subjektif didapat bahwa klien mengaku lemah dan dari data subjektif didapat kan data yang mendukung diagnosa ini. Namun pada pasien pertama yakni Ny. M didapatkan data objektif dari hasil pemeriksaan laboratorium jumlah leukosit Ny. M adalah 19.10 3 mm 3 sehingga muncul diagnosa keperawatan resiko infeksi dimana suhu tubuh klien masih normal yakni 37 o C. Universitas Sumatera Utara 80

3. Intervensi Keperawatan

Pada kedua pasien yakni Ny. M dan Ny. F intervensi yang dilakukan berdasarkan NIC NOC adalah : No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya luka episiotomy ditandai dengan… Hasil yang diharapkan : dapat mengontrol rasa nyerinya. Kriteria hasil : Mampu mengidentifikasika n cara mengurangi nyeri, mengungkapkan keinginan untuk mengontrol nyerinya, dan mampu untuk tiduristirahat dengan tepat. • Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, dan lamanya. • Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakan untuk mengatasi nyeri. • Ajarkan teknik relaksasi. • Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. • Anjurkan menggunakan kompres hangat. • Berikan obat sesuai indikasi. • Masukan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase. • Memberikan informasi untuk membantu memudahkan tindakan keperawatan. • Meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang di dalamnya. • Meningkatkan kenyamanan klien. • Tirah baring diperlukan pada awal selama fase reteksi akut. • Membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien. • Mengurangi nyeri. • Pengaliran kandung kemih menurunkan tegangan 2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka episiotpmy ditandai dengan Hasil yang diharapkan : mempertahankan posisi fungsi dibuktikan tidak adanya kontraktur, meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi, dan mendemonstrasik an teknikperilaku • Kaji fungsi motorik dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan gerakan. • Catat tipe anestesi yang diberikan pada saat intra partus pada waktu klien sadar. • Berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta • Mengevaluasi keadaan khusus. Pada beberapa lokasi trauma mempengaruhi tipe dan pemilihan intervensi • Pengaruh anestesi dapat mempengaruhi aktifitas klien • Membuat pasien memiliki rasa aman, dapat mengatur diri dan Universitas Sumatera Utara 81 yang memungkinkan melakukan kembali aktivitas. pertolongan, seperti bel atau lampu pemanggil. • Bantu lakukan latihan ROM pada semua ekstremitas dan sendi, pakailah gerakan perlahan dan lembut. • Anjurkan klien istirahat. • Tingkatkan aktifitas secara bertahap. mengurangi ketakutan karena ditinggal sendiri. • Meningkatkan sirkulasi, meningkatkan mobilisasi sendi dan mencegah kontraktur dan atrofi otot. • Mencegah kelelahan • Aktifitas sedikit demi sedikit dapat dilakukan oleh klien sesuai yang diinginkan, memberikan rasa tenang dan aman pada klien emosional. 3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadeku atan perawatan payudara ditandai dengan… Hasil yang diharapkan : dapat mengidentifikasi aktivitas yang menentukan atau meningkatkan menyusui yang berhasil. • Kaji isapan bayi, jika ada lecet pada putting. • Berikan penkes breast care dan anjurkan klien breast care dan menyusui yang efektif. • Anjurkan klien memberikan asi esklusif. • Berikan informasi untuk rawat gabung. • Anjurkan bagaimana cara memeras, menyimpan, dan mengirim atau memberikan ASI dengan aman. • Menentukan kermampuan untuk memberikan perawatan yang tepat. • Mendapatkan pengetahuan bagaimana cara breast care sehingga dapat mempelancar laktasi. • ASI dapat memenuhu kebutuhan nutrisi bagi bayi sehingga pertumbuhan optimal. • Menjaga meminimalkan tidak efektifnya laktasi. • menjaga agar ASI tetap bisa digunakan dan tetap higienis bagi bayi. 4. Resiko tinggi : infeksi berhubungan dengan adanya luka episiotomy Hasil yang diharapkan : tidak ada tanda- tanda infeksi rubor, kalor, dolor, tumor dan • Monitor tanda-tanda vital. • Kaji luka pada abdomen dan • Suhu yang meningkat, dapat menunjukkan terjadinya infeksi color. • Mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda Universitas Sumatera Utara 82 pada perineum ditandai dengan… fungsio laesa, tanda-tanda vital normal terutama suhu 36-370C, dan pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi. balutan. • Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan klien, rawat luka dengan teknik aseptik. • Dapatkan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi. • Catat nilai laboratorium pasien. • Berikan antibiotik pada praoperasi. infeksi adanya pus. • Mencegah kontaminasi silangpenyebaran organisme infeksius • Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan. • Risiko infeksi pasca melahirkan dan penyembuhan buruk meningkat bila kadar hemoglobin rendah dan kehilangan darah berlebihan. • Mencegah terjadinya proses infeksi.

4. Implementasi