bersifat sistematis dari peserta didik kelas VII SMP N 3 Ungaran dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.
2.4 Soal Pemecahan Masalah
Menurut Hudojo 2003: 148, memecahkan masalah itu merupakan aktivitas mental yang tinggi. Perlu diketahui bahwa suatu pertanyaan merupakan
masalah bergantung kepada individu dan waktu. Artinya, suatu pertanyaan merupakan suatu masalah bagi peserta didik, tetapi mungkin bukan merupakan
suatu masalah bagi peserta didik lain. Pertanyaan yang dihadapkan kepada peserta didik yang tidak bermakna akan bukan merupakan masalah bagi peserta didik
tersebut. Dengan perkataan lain, pertanyaan yang dihadapkan kepada peserta didik haruslah dapat diterima oleh peserta didik tersebut. Jadi, pertanyaan itu harus
sesuai dengan struktur kognitif peserta didik. Menurut Gagne, sebagaimana dikutip dalam Suherman 2003: 89
mengemukakan bahwa
keterampilan intelektual
tingkat tinggi
dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan tipe
belajar paling tinggi dari delapan tipe yang dikemukakan oleh Gagne, yaitu 1 belajar tanda signal learning; 2 belajar stimulu-respon stimulus-response
learning; 3 jalinan chaining; 4 jalinan verbal verbal chaining; 5 belajar membedakan descrimination learning; 6 belajar konsep concept learning; 7
belajar kaidah rule learning; 8 pemecahan masalah problem solving. Sebagaimana dikemukakan oleh Anni 2007: 80, proses pemecahan masalah
dilakukan dengan cara menghubungkan beberapa kaidah sehingga membentuk kaidah yang lebih tinggi higher order rule yang seringkali dilahirkan sebagai
hasil berpikir pada waktu pembelajar menghadapi masalah baru.
Menurut Gok Silay 2010: 7, suatu masalah terjadi ketika seseorang menghadapi suatu kesulitan untuk menemukan jawaban. Akan tetapi, kesulitan
pada hakikatnya bukanlah suatu karakteristik masalah karena tidak bergantung pada kemampuan maupun pengalaman seseorang yang memecahkan masalah
tersebut. Suatu masalah bagi seseorang belum tentu menjadi masalah bagi orang lain. Jadi, pemecahan masalah merupakan suatu usaha yang diperlukan untuk
menuju pencapaian tujuan atau mencari penyelesaian dengan cara yang tidak segera dapat dicapai.
Menurut Carson 2007: 14 pemecahan masalah akan lebih efektif jika pengetahuan dasar dan penerapan dari pengetahuan menjadi suatu prinsip yang
mendasari dari teori maupun praktek untuk memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu, pemecahan masalah membutuhkan kemampuan peserta didik dalam
menerapkan kemampuan dasar yang dimiliknya untuk dikembangkan berdasarkan
suatu masalah yang diberikan.
Departemen Matematika dan Ilmu Komputer di Saint Louis University dalam Department of Mathematics and Computer Science, 1993 mengemukakan
lima tipe soal matematika. 1
Soal-soal yang menguji ingatan memory. 2
Soal-soal yang menguji keterampilan skills. 3
Soal-soal yang membutuhkan penerapan keterampilan pada situasi yang biasa familiar.
4 Soal-soal yang membutuhkan penerapan keterampilan pada situasi yang tidak
biasa unfamiliar – mengembangkan strategi untuk masalah yang baru.
5 Soal-soal yang membutuhkan ekstensi perluasan keterampilan atau teori
yang kita kenal sebelum diterapkan pada situasi yang tidak biasa unfamiliar. Untuk pembahasan lebih lanjut, Thomas Butt 1980: 20-30 membuat
klasifikasi tipe soal sebagai berikut. 1
Tipe soal ingatan recognition Tipe ini biasanya meminta kepada peserta didik untuk mengenali atau
menyebutkan fakta-fakta matematika, definisi, atau pernyataan suatu teorema atau dalil. Bentuk soal yang dipakai biasanya bentuk soal benar salah, pilihan
ganda, mengisi yang kosong, atau dengan format menjodohkan. Contohnya meminta peserta didik menyebutkan jenis-jenis trapesium.
2 Tipe soal prosedural atau algoritma algorithm
Tipe ini menghendaki penyelesaian berupa sebuah prosedur langkah demi langkah, dan seringkali berupa algoritma hitung. Pada soal tipe ini, umumnya
peserta didik hanya memasukkan angka atau bilangan ke dalam rumus, teorema, atau algoritma.
Contohnya meminta peserta didik untuk menghitung luas persegi panjang. 3
Tipe soal terapan aplication Soal aplikasi memuat penggunaan algoritma dalam konteks yang sedikit
berbeda. Soal-soal cerita tradisional umumnya termasuk kategori soal aplikasi, dimana penyelesaiannya memuat: a merumuskan masalah ke
dalam model matematika, dan b memanipulasi simbol-simbol berdasarkan satu atau beberapa algoritma. Pada soal tipe ini umumnya peserta didik
mudah mengenal rumus atau teorema yang harus dipergunakan. Satu-satunya
keterampilan baru yang harus mereka kuasai adalah bagaimana memahami konteks masalah untuk merumuskannya secara matematis.
Contoh. Pak Asep ingin membeli sebidang tanah untuk dibangun sebuah mushola.
Tanah yang ingin ditawarkan kepada Pak Asep berbentuk persegi panjang dengan panjang 5 m kurangnya dari 2 kali lebarnya. Penjual tanah hanya
memberitahukan bahwa keliling tanah tersebut adalah 68 m. Jika harga tanah adalah Rp 350.000
. Berapa rupiah uang yang harus dikeluarkan Pak Asep untuk membayar tanah tersebut?
4 Tipe soal terbuka open search
Berbeda dengan tiga tipe soal sebelumnya, maka pada tipe soal terbuka ini strategi pemecahan masalah tidak tampak pada soal. Soal-soal tipe ini
umumnya membutuhkan kemampuan melihat pola dan membuat dugaan. Termasuk pada tipe soal ini adalah soal-soal matematika yang berkaitan
dengan teka-teki dan permainan. Contoh.
Gambarlah sebuah segiempat ABCD yang mempunyai tepat satu sumbu simetri. Jelaskan mengapa segiempat yang kamu buat memenuhi kondisi
tersebut? 5
Tipe soal situasi situation Salah satu langkah krusial dalam tipe ini adalah mengidentifikasi masalah
dalam situasi tersebut sehingga penyelesaian dapat dikembangkan untuk situasi tersebut. Pertanyaan-
pertanyaan dalam soal ini antara lain: “Berikan masukan atau pendapat kamu”, “Bagaimana seharusnya?”, “Apa yang mesti
dilakukan?”. Soal-soal dengan tipe ini jarang dinyatakan secara tuntas dalam sebuah kalimat soal. Dalam matematika, umumnya soal-soal tipe ini
berkenaan dengan kegiatan mandiri atau soal proyek, di mana peserta didik dituntut untuk melakukan suatu percobaan, penggalian atau pengumpulan
data, pemanfaatan sumber belajar baik berupa buku, media, maupun ahli expert.
Sebuah soal dikatakan bukan “masalah” bagi seseorang umumnya bila soal tersebut terlalu mudah baginya. Suatu soal bersifat mudah, biasanya karena
soal tersebut telah sering rutin dipelajari dan bersifat teknis. Umumnya, tipe soal ingatan dan tipe soal prosedural termasuk kelompok soal-soal rutin routine
problems, yaitu soal-soal yang tergolong mudah dan kurang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hal pemecahan masalah. Sementara soal tipe
terapan umumnya masih sebatas melatih kemampuan peserta didik menerjemahkan situasi masalah ke dalam model matematika. Sedangkan soal-soal
yang dapat digolongkan kedalam soal pemecahan masalah biasanya adalah soal- soal dengan tipe terbuka dan tipe situasi.
Sebagai simpulannya, Suyitno 2004: 31 menyatakan bahwa suatu soal hanya dapat dikatakan sebagai soal pemecahan masalah apabila memenuhi
persyaratan-persyaratan berikut. a Peserta didik memiliki pengetahuan atau materi prasyarat untuk mengerjakan
soal tersebut. b Peserta didik memiliki kemampuan untuk menyelesaikan soal tersebut.
c Peserta didik belum mempunyai algoritma atau prosedur untuk menyelesaikan soal tersebut.
d Peserta didik mempunyai keinginan untuk menyelesaikan soal tersebut.
2.5 Prosedur Newman