31
2 Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa
dapat maju karena waktu terbatas. Jadi, model pembelajaran Tebak Kata merupakan salah satu model
pembelajaran Cooperative Lerning, dengan proses pembelajaran yang menarik dapat membuat siswa berminat atau tertarik untuk belajar, mempermudah dalam
menanamkan konsep-konsep dalam ingatan siswa. Selain itu siswa juga diarahkan untuk aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Setelah mengetahui beberapa manfaat model pembelajaran tebak kata, guru perlu mencoba model tebak kata dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan materi komponen pemerintahan di Indonesia.
2.1.7 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Menurut teori Piaget dalam Soewarso dan Widiarto 2007: 45-6 perkembangan manusia dibagi menjadi 4 tahap yaitu: 1 Tahap sensori motorik
0-2 tahun, pada tahap ini siswa mempelajari seperti apa benda-benda melalui alat inderanya. Jika benda tersebut tidak dapat diraba, dilihat, atau tidak dapat
ditangkap oleh inderanya maka benda itu dianggap tidak ada. 2 Tahap pra operasional 2-7 tahun, pada tahap ini, siswa berangsur dapat memikirkan lebih
dari satu benda pada satu saat, mulai mengenal lambang-lambang, penalaran dipengaruhi persepsi, pemakaian bahasa masih egosentrik, sehingga kemampuan
memandang pendapat orang lain terbatasi. 3 Tahap operasional konkret 7-12 tahun, pada tahap ini siswa mampu memikirkan lebih dari satu benda pada saat
bersamaan dan dapat memahami benda yang berbeda bentuknya mempunyai
32
volume yang sama, pemikirannya masih terbatas mengenai benda yang konkret, dan akan kesulitan apabila menggeneralisasikan lebih dari itu. 4 Tahap operasi
formal 12 tahun keatas, pada tahap ini, siswa mampu memandang benda yang sebenarnya tidak ada tetapi merupakan abstraksi mental, siswa bertambah
kemampuannya untuk berpikir secara rasional dan membentuk hipotesis. Usia anak sekolah dasar berada pada rentang usia 6-12 tahun yang termasuk
dalam tahap operasional konkret. Pada tahap operasional konkret seorang anak belum dapat berpikir abstrak Soeparwoto dkk. 2006: 85. Siswa sekolah dasar
masih belum dapat berpikir abstrak. Oleh karena itu, guru harus menggunakan bantuan media-media konkret untuk menyampaikan pelajaran. Jika benda yang
sebenarnya tidak dapat ditunjukan, guru dapat menggunakan benda tiruan yang dapat ditunjukan kepada siswa. Guru juga dapat menunjukan gambar benda yang
dibutuhkan untuk menyampaikan materi pelajaran, jika benda sebenarnya tidak ada.
Menurut Basset, Jacka, dan Logan 1983 dalam Juliyani 2009: 1 karakteristik siswa sekolah dasar adalah sebagai berikut: 1 Secara alamiah
memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang menglilingi dunia mereka sendiri. 2 Senang bermain dan lebih suka bergembira.
3 Biasannya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan. 4 Suka
mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan hal-hal baru. 5 Belajar secara efektif ketika mereka merasa puas
33
dengan situasi yang terjadi. 6 Belajar dengan cara, bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.
Pemahaman guru tentang karakter siswa sekolah dasar di atas akan sangat membantu dalam mengambil keputusan model pembelajaran dan media yang
sebaiknya digunakan. Guru tidak boleh mengecewakan siswa yang setiap mata pelajaran pasti berbeda dengan model pembelajaran yang sama dari waktu ke
waktu, guru dituntut untuk dapat memberikan inovasi yang berbeda kepada siswa yang dapat dimulai dengan menawarkan perhatian kepada siswa seperti
membawakan media-media yang belum atau bahkan asing bagi siswa tersebut, dengan demikian proses belajar mengajar akan menyenangkan dan berjalan
dengan baik.
2.1.8 Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan