berkomunikasi. Jika hanya menggunakan bahasa tanpa pengalaman sendiri, perkembangan kognitif peserta didik cenderung mengarah ke verbalisme
Sugandi dan Haryanto, 2008: 35-36. Dengan demikian, teori Piaget yang penting dalam penelitian ini adalah mengajak peserta didik untuk dapat
belajar aktif sehingga peserta didik mampu menerima materi pelajaran secara optimal.
2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TS-TS Two Stay
–Two Stray
Model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS Two Stay-Two Stray ini dikembangkan oleh Spencer Kagan Lie, 2002: 61 menyatakan bahwa
teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe TS-TS adalah sebagai berikut Lie, 2002: 63:
Gambar 2.1 Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TS-TS keterangan:
1. Peserta didik bekerja sama dalam kelompok dengan anggota kelompok empat orang.
2. Setelah selesai diskusi, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok
lain. 3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil
diskusikerja dan informasi mereka ke tamu mereka dari kelompok lain. 4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain. 5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. Akan tetapi
apabila dalam kelas tersebut jumlah peserta didik tidak sama dengan kelipatan empat maka ada beberapa kelompok yang anggotanya lima orang
hal ini didasarkan pada setiap peserta didik berhak mendapatkan pembelajaran.
Dengan melihat langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS, peserta didik mendapat banyak
manfaat antara lain : Peserta didik dalam kelompoknya mendapat informasi sekaligus dari kelompok yang berbeda, peserta didik belajar untuk
mengungkapkan pendapat kepada peserta didik lain, peserta didik dapat meningkatkan prestasinya dan daya ingat, peserta didik dapat meningkatkan
kemampuan berfikir kritis, peserta didik dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dan meningkatkan hubungan persahabatan.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Lord Yusuf, 2003:20 bahwa pembelajaran kooperatif menghasilkan prestasi akademik ya ng lebih tinggi,
mendorong peserta didik berfikir kritis, meningkatkan daya ingat,
meningkatkan rasa percaya diri, serta pemenuhan rasa lebih menerima dan diterima orang lain.
Teknik TS-TS ini membentuk kelompok –kelompok kecil, Kelompok
yang dibentuk dalam model pembelajaran kooperatif berbeda. Terdapat ciri khas dalam pembentukan kelompoknya yaitu anggota-anggota kelompoknya
bersifat heterogenitas bermacam-macam. Namun, pengelompokan dengan orang lain yang sepadan dan serupa ini bisa menghilangkan kesempatan
anggota kelompoknya untuk memperluas wawasan dan memperkaya diri karena dalam kelompok homogen tidak terdapat banyak perbedaan yang
bisa mengasah proses berfikir, bernegosiasi, berargumentasi, dan berkembang. Oleh karena itu, pengelompokan heterogenias merupakan ciri
– ciri
menonjol dalam
model pembelajaran
kooperatif. Kelompok
heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosio-ekonomi, dan etnik serta kemampuan
akademis. Dalam hal kemampuan akademis, dalam model pembelajaran kooperatif biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi,
dua orang berkemampuan akademis sedang dan satu orang berkemampuan akademis kurang.
Selain itu, harus diperhatikan juga penataan ruang kelas. Penataan ruang kelas sangat dipengaruhi oleh falsafah dan model pembelajaran yang
dipakai di kelas. Dalam model pembelajaran kooperatif, peserta didik dapat belajar dari sesama teman. Guru lebih berperan sebagai fasilitator. Tentu
saja ruang kelas juga perlu diperhatikan sedemikian rupa, sehingga menunjang pembelajaran koopeatif.
Keputusan guru dalam penataan ruang kelas harus sesuai dengan dengan kondisi dan situasi di ruang kelas dan sekolah. Beberapa faktor
yang perlu dipertimbangkan menurut Lie, 2002: 51 adalah ukuran ruang kelas, jumlah peserta didik, tingkat kedewasaan peserta didik, toleransi
guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu lalangnya peserta didik lain, pengalaman guru dalam melaksanakan model pembelajaran
kooperatif, pengalaman peserta didik dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif.
Dalam model pembelajaran kooperatif, Penataan ruang kelas perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu. Bangku perlu ditata sedemikian
rupa sehingga semua peserta didik dapat melihat gurupapan tulis dengan jelas, bisa melihat rekan-rekan kelompoknya dengan baik dan dalam
jangkauan kelompoknya dengan rata. Kelompok bisa dekat satu sama lain, tidak mengganggu kelompok lain dan guru bisa menyediakan sedikit ruang
kosong di salah satu bagian kelas untuk kegiatan lain. Bila guru sudah menata ruang kelas dengan baik maka dapat mengefektifkan jalannya kerja
kelompok. Dalam kerja kelompok biasanya akan menimbulkan sedikit kegaduhan karena melibatkan setiap peserta didik, akan tetapi dalam
pembelajaran TS-TS setiap kelompok hanya dua orang saja yang mencari informasi dan dua orang lagi diam di tempat sehingga dapat mengurangi
kegaduhan.
2.1.5. Model Pembelajaran Konvensional