pemecahan masalah pada materi pokok Bilangan bulat dan lambangnya kelas VII SMP Negeri 13 Semarang yang diajar menggunakan model pembelajaran TS-TS
dengan model pembelajaran konvensional.
Tabel 4.8 Rangkuman Hasil t-test data test Akhir
Dari hasil perhitungan dengan uji t diperoleh t
hitung
=2,080 sedangkan t
tabel
yaitu t
0,05; 62
= 2,00. Karena t
hitung
t
tabel
yaitu 2,080 2,00 atau dengan tingkat signifikansi sebesar 0,042.maka secara statistik hipotesis penelitian yang berbunyi
“Ha : Hipotesis kerja kedua yang berbunyi : “Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah pada materi pokok Bilangan bulat dan
lambangnya kelas VII SMP Negeri 13 Semarang yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe Two Stay-Two Stray dengan model pembelajaran konvensional
”
diterima
. Dan Ho : Hipotesis nol tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah pada materi pokok Bilangan bulat dan lambangnya kelas VII
SMP Negeri 13 Semarang yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe Two Stay-Two Stray dengan model pembelajaran konvensional
”ditolak.
Perhitungan selengkapnya pada lampiran 19.
d. Uji Perbedaan Hasil belajar
Independent Samples Test
-2.080 62
.042 -4.68750
2.25322 -2.080
58.945 .042
-4.68750 2.25322
Equal v ariances assumed
Equal v ariances not assumed
Post Test t
df Sig.
2-tailed Mean
Dif f erence St d. Error
Dif f erence t-t est f or Equalit y of Means
Kelompok eksperimen
memiliki kemampuan
yang lebih
baik dibandingkan dengan kemampuan kelompok kontrol. Karena hasil dari rata-rata
untuk kelompok eksperimen penggunaan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray diperoleh rata-rata nilai sebesar 84,31 sedangkan pada
kelompok kontrol dengan model konvensional atau ceramahdiperoleh hasil rata- rata sebesar 79,62. Berdasarkan hasil rata-rata kemampuan pemecahan masalah
matematik peserta didik pada kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen tersebut diatas dimana kelompok eksperimen dengan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan kelompok kontrol, maka hipotesis ketiga yang berbunyi : “Pembelajaran melalui model kooperatif tipe tipe Two Stay-Two Stray lebih baik
dari pembelajaran konvensioal” diterima. Untuk lebih jelasnya dapat
digambarkan dalam grafik berikut ini.
Gambar 4.2. Grafik Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika Diagram batang Rata-rata Kemampuan pemecahan masalah matematika
peserta didik pada kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen. Perhitungan selengkapnya pada lampiran 20.
76.00 78.00
80.00 82.00
84.00 86.00
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol 84.31
79.63
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok kontrol dengan diterapkan model pembelajaran konvensional diperoleh hasil total rata-rata skor 79,63 dan
pada kelompok eksperimen dengan menggunakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay - Two Stray diperoleh rata-rata skor sebesar 84,31. Hasil
uji t menunjukkan bahwa dipeorleh hasil bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS lebih efektif atau lebih baik dibandingkan menggunakan
model pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik. Hal ini ditunjukkan oleh harga t
hitung
= 2,08 lebih besar jika dibandingkan t
tabel
= 2,00 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,042 maka secara statistik hipotesis kedua penelitian yang berbunyi “Terdapat perbedaan rata-rata
kemampuan pemecahan masalah pada materi pokok Bilangan bulat dan lambangnya kelas VII SMP Negeri 13 Semarang yang diajar menggunakan model
pembelajaran Two Stay-Two Stray dengan model pembelajaran konvensional”
diterima .
Sesuai dengan teori pembelajaran konstruktivistik, yaitu pada teori belajar Piaget, bahwa belajar aktif, belajar lewat interkasi sosial, belajar lewat
pengalaman sendiri, teori belajar Vygotsky tentang konsep ZPD dan scaffolding, maka untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dalam
pembelajaran diperlukan sebuah model yang dapat membantu peserta didik agar mereka dapat mengalami proses menggeluti, memikirkan dan mengkonstruk
pemikiran serta pembelajaran yang bermakna sehingga dapat belajar secara aktif dan bermakna sehingga pada akhirnya peserta didik dapat secara mandiri dapat
menyelesaikan permasalahan yang sama dikemudian hari. Berdasarkan teori-teori belajar yang telah disebutkan, model pembelajaran kooperatif dipandang punya
peran strategis dalam upaya mendongkrak keberhasilan proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan
berpengaruh terhadap prestasi belajar yang optimal. Sebaliknya, penggunaan metode pembelajaran yang tidak tepat akan mempengaruhi prestasi belajar peserta
didik yang akan dicapai. Penggunakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan pemecahan, hal ini memberikan
gambaran bahwa dengan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay- Two Stray dapat menjadi alternatif proses belajar mengajar yang menyenangkan
dan peserta didik dapat lebih aktif. Sesuai dengan penerapan model Two Stay-Two Stray, langkah pertama
yang dilakukan untuk memecahkan masalah yaitu dengan mendapatkan informasi dari teman satu kelompok. Setelah itu menuliskan permasalahan dan menuliskan
informasi-informasi yang terdapat dalam soal. Informasi ini meliputi apa yang diketahui dan yang tidak diketahui, serta yang ditanyakan dalam soal. Dalam
melaksanakan rencana, peserta didik harus memeriksa tiap langkah dalam rencana dan menuliskannya secara detail untuk memastikan bahwa tiap langkah sudah
benar. Langkah yang terakhir adalah melihat kembali. Dalam langkah ini peserta didik menyimpulkan hasil yang diperoleh dan melakukan pengecekan atas apa
yang telah dilakukan mulai dari langkah pertama sampai terakhir. Berdasarkan syarat dan indikator yang telah terpenuhi tersebut, maka soal evaluasi dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah yang berdasarkan
penerapan model pembelajaran koopreatif tipe Two Stay-Two Stray Pada penelitian ini pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay-Two Stray. Jika peserta didik kurang jelas, diberi kesempatan bertanya. Biasanya, pembelajaran konvensional menggunakan
metode ceramah berbeda dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay- Two Stray yang peserta didiknya lebih aktif, peserta didik mendapat banyak
manfaat dalam pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray antara lain peserta didik dalam kelompoknya mendapat informasi sekaligus dari kelompok
yang berbeda, peserta didik belajar untuk mengungkapkan pendapat kepada peserta didik lain, peserta didik dapat meningkatkan prestasinya dan daya ingat,
peserta didik dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, peserta didik dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dan meningkatkan hubungan
persahabatan. Hasil penelitian diperoleh bahwa dengan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay-Two Stray lebih efektiflebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini juga terlihat hasil analisis deskriptif
pada kelompok eksperimen dengan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray sebagian besar peserta didik termasuk dalam kategori
kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik yang tinggi. Hasil dari rata-rata untuk kelompok eksperimen penggunaan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay-Two Stray diperoleh rata-rata nilai sebesar 84,31 sedangkan pada kelompok kontrol dengan model pembelajaran konvensional
diperoleh hasil rata-rata sebesar 79,62. Hal ini memberikan gambaran bahwa
dengan menggunakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray lebih baik terhadap kemampuan pemecahan masalah.
BAB 5 PENUTUP
5.1. Simpulan