Hakikat Pantun Menulis Pantun

43 Adapun sajak akhir ab-ab merupakan ciri yang pada umumnya ditemukan pada pantun biasa. Karmina, talibun, dan pantun berkait memiliki sajak yang berbeda dengan pantun biasa. Dahulu, pantun bersajak aa-aa memang jarang ditemukan. Pantun umumnya bersajak ab-ab Samidi 1962:89. Akan tetapi, wilayah Minang, masih ditemukan pantun biasa yang bersajak aa-aa. Hal tersebut tidak dapat serta-merta dianggap sebagai pantun yang salah karena daerah Minang merupakan salah satu daerah yang kental dengan budaya berpantun. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, pantun bersajak aa-aa pun bisa ditemukan di dalam program televisi. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang terdiri atas sampiran dan isi. Dalam konteks penelitian ini, jenis pantun yang akan dikaji adalah pantun biasa. Dengan demikian, aktivitas menulis pantun yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah kegiatan menuangkan gagasan atau perasaan dalam bentuk puisi lama yang terdiri atas sampiran dan isi, terdiri atas 4 baris sebait, serta umumnya bersajak ab-ab. Agar dapat menulis pantun dengan baik, ada beberapa hal harus dipahami. Hal-hal tersebut meliputi hakikatpantun, jenis-jenis pantun, dan cara menulis pantun.

2.2.2.1 Hakikat Pantun

Pantun tergolong salah satu puisi lama asli Indonesia. Keaslian tersebut tampak pada persebaran pantun di wilayah Indonesia dengan nama yang berbeda. Di daerah Melayu biasa disebut dengan pantun, di Batak Mandailing disebut ende-ende, di Jawa Tengah disebut parikan dan wawangsalan, di Jawa Timur 44 disebut lagu lodrug, dan di Sunda disebut paparikan Muljana 1953:132 dan Supardo 1969:42. Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, tetapi sekarang dijumpai juga pantun tertulis Nursisto 2000:11. Pengaruh Melayu di dalam pantun juga membedakannya dengan syair yang mendapat pengaruh Arab maupun gurindam yang mendapat pengaruh IndiaHindu Semi 1988:149 serta Fatoni dan Fatimah 1986:58. Kata pantun diambil dari bentuk basa krama bahasa Jawa, pari yang sama dengan kata pari dalam bahasa Sansekerta paribhasya peribahasa yang artinya susunan atau aturan Semi 1988:146. Adapun Dr. Bransetter mencoba menguraikan bahwa kata pantun berasal dari akar kata tun yang kemudian menjadi tuntun yang artinya menyusun atau teratur. Dalam bahasa Tagalog, kata tersebut menjadi tonton yang artinya berbicara menurut aturan tertentu. Semi 1988:147. Samidi 1962:89 menambahkan beberapa pendapat ahli tentang asal mula istilah pantun. Menurut Pynappel dan Djajadiningrat, kata pantun berasal dari bahasa Jawa paribasan yang berarti umpama atau ibarat. Ophuiysen, pantun sama dengan istilah ende di dalam bahasa Mandailing yang berarti umpama atau ibarat. Mozasa beranggapan bahwa kata pantun berasal dari kata tun yang artinya mengatur, merangkai, dan menyusun. Adapun menurut Suseno 2008:43-44, pantun berasal dari akar kata tun yang berarti arah, pelihara, dan bimbing, seperti yang ditunjukkan oleh kata tuntun dan tunjuk. 45 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pantun diartikan sebagai puisi lama asli Indonesia yang dapat dijadikan ibarat, memberi petunjuk, tuntunan, atau bimbingan, serta menyampaikan suatu aturan. Struktur pantun dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas pantunseparuh bait di awal pantun disebut sampiran sedangkan bagian bawah pantunseparuh bait di akhir pantun disebut isi atau maksud pantun Muljana 1953:125. Sampiran memuat hal-hal yang berkaitan dengan alam. Lebih luas lagi, sampiran juga berisi gambaran tentang hal-hal konkret dan pengalaman. Adapun isi atau maksud memuat tujuan dari pantun tersebut Agni 2009:6. Keberadaan sampiran dan isi juga menjadi pembeda pantun dengan puisi lama yang lain seperti syair dan mantra. Ada berbagai pendapat tentang keterkaitan makna antara sampiran dan isi. Amir Hamzah dalam Semi 1988:147 berpendapat bahwa sampiran memuat pikiran dan perasaan yang memiliki kaitan makna dengan bagian isi. bagian sampiran tidak sekadar dibuat sebagai pembentuk bunyi yang akan diikuti oleh bagian isi pantun, tetapi keduanya diciptakan dalam suatu kesatuan berpikir. Pendapat ini disangkal oleh Ophuysen dalam Supardo 1951:18. Menurut Ophuysen, hubungan antara sampiran dan isi bukanlah hubungan makna, melainkan hubungan bunyi. Keduanya saling mengisi dalam kesamaan rima. Pantun merupakan gubahan yang diuntai atau diikat oleh ikatan-ikatan tertentu. Ikatan-ikatan inilah yang merupakan ciri khas yang mudah dikenali Sugiarto 2009:12. Pantun yang dikembangkan di dalam penelitian ini adalah pantun yang sampiran dan isinya memiliki keterkaitan bunyi tanpa keterkaitan makna. 46 Ciri lain yang membedakan pantun dengan puisi lama yang lain adalah kelengkapan informasi yang disampaikan. Di dalam pantun, informasi yang disampaikan selesai dalam satu bait. Hal ini dapat dipahami karena pantun semula disampaikan secara lisan. Ketika satu bait pantun selesai, pantun tersebut dibalas oleh lawan bicara dengan informasi yang berbeda.Pantun tidak dapat dipakai untuk bercerita karena pantun dalam sebait sudah memuat “cerita” yang lengkap. Berbeda dengan syair yang tiap-tiap baitnya masih memiliki keterkaitan informasi. Syair dapat dibuat berpuluh-puluh bait sesuai panjang pendeknya cerita yang dibuat Supardo 1969:56 serta Fatoni dan Fatimah 1986:58. Meminjam istilah Suseno 2010:179, pantun adalah jiwa Melayu. Budaya Melayu memiliki pengaruh yang besar di Indonesia. Bahasa Melayu merupakan cikal bakal bahasa Indonesia . Karena dipengaruhi oleh budaya Melayu, pantun pun mencerminkan karakter masyarakat Melayu. Dengan demikian, pantun juga mencerminkan karakter masyarakat Indonesia. Pantun mencerminkan karakter Melayu yang sangat santun dalam berkomunikasi demi tidak menyinggung lawan bicara. Dari segi estetik, pantun menunjukkan keindahan rangkaian kata-kata yang diucapkan dengan irama tertentu. Irama tersebut dapat merangsang sensitivitas sehingga bisa menyadarkan penikmatnya terhadap indahnya kehidupan. Dari segi moralitas, pantun berisi norma-norma kehidupan. Pantun bisa berguna bagi semua umur karena berisi norma-norma moral panduan hidup. Dari sisi linguistik, pantun membantu penuturnya merangkaikan kata-kata dengan irama tertentu dan memiliki makna. 47 Di dalam pantun terkandung logika. Dengan kata lain, pantun mengajarkan kecerdasan tertentu bagi penuturnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pantun adalah puisi lama asli Indonesia termasuk dalam sastra lisan dan sastra tertulis yang dapat dijadikan ibarat, sarana untuk menyampaikan petunjuk, tuntunan, atau bimbingan, aturan dengan ciri-ciri: 1 terdiri atas sampiran dan isi; dan 2 memuat informasi yang lengkap di dalam satu bait.

2.2.2.2 Jenis-Jenis Pantun