Komponen Bahasa dan Keterbacaan

34

3. Komponen Bahasa dan Keterbacaan

Dalam menulis buku nonteks pelajaran, penggunaan bahasa dan ilustrasi jika jenis buku menuntut ilustrasi pun perlu diperhatikan. Aspek ilustrasi juga menunjang penyajian buku menjadi bahan ajar yang menyenangkan serta menarik perhatian siswa sehingga bersemangat untuk belajar Puskurbuk 2008: 65. Bahasa dipergunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain menggunakan simbol-simbol Sitepu 2012:109. Agar pikiran, gagasan, dan perasaan dapat tersampaikan dengan baik, bahasa yang digunakan harus tepat, lugas, dan jelas. Demikian pula dengan bahasa di dalam buku nonteks. Bahasa buku nonteks harus tepat, lugas, dan jelas. Penulisan buku nonteks harus sesuai dengan EYD. Penulis juga tidak boleh mengabaikan penggunaan kata atau istilah keilmuan atau asing serta pilihan kata diksi, baik sebagai bentuk serapan maupun sebagai istilah keilmuan. Pesan atau materi yang disajikan harus dikemas dalamparagrafyang mencerminkan kesatuan gagasan dan keutuhan makna sesuai dengan jenis buku nonteks yang ditulis Puskurbuk 2008: 65. Kemampuan memahami dan menggunakan bahasa dipengaruhi oleh kemampuan berpikir, pengalaman, dan lingkungan Sitepu 2012:109. Misalnya, bacaan yang diperuntukkan bagi remaja akan menggunakan bahasa yang berbeda dengan bacaan anak SD kelas rendah. Hal tersebut senada dengan pernyataan Sumardi 2012:110, bahasa yang digunakan di dalam buku anak hendaknya disesuaikan dengan perkembangan kognitif pembaca. Pada usia SD, penggunaan kalimat-kalimat yang ruwet dan panjang juga sebaiknya dihindari. Pernyataan 35 tersebut didukung oleh Muslich 2010:86 yang menyatakan bahwa kalimat yang terlalu panjang akan sulit dipahami pembaca. Siswa SD belum mampu memecahkan masalah verbal yang kompleks, hipotesis, atau persoalan-persoalan yang menyangkut masa akan datang. Di samping itu, anak-anak-umumnya masih kesulitan memahami kata-kata yang abstrak. Menurut Muslich 2010:87, bagi anak SD, harus dipilih kata-kata yang bermakna konkret, tidak sulit diucapkan, dan sering didengar. Dengan demikian, mereka dengan mudah berasosiasi dengan hal yang sedang diuraikan. Kandungan makna dan proses pembentukan kata pun perlu diperhatikan. Kandungan makna kata berkaitan dengan tingkat kesulitan makna. Artinya, mungkin saja kata itu mudah dilafalkan dan merupakan kata dasar, tapi memiliki makna yang sulit. Misalnya, habitat, posisi, dampak, dan wabah. Harus diperhatikan pula penggunaan kata-kata serapan, kata-kata bermetafor, dan frase- frase yang panjang Muslich 2010:87. Konteks bahasa, sosial, budaya, danatau kehidupan anak juga penting dipertimbangkan agar buku cerita dapat menjadi milik anak-anak, relevan, fungsional, menantang, dan menarik Sumardi 2012:112. Hal ini sesuai dengan teori skema yang menyatakan bahwa anak-anak hanya mampu menghidupkan dunia yang terkandung di dalam suatu teks jika memiliki bekal pengetahuan dan bahasa yang setara dengan gagasan dan bahasa di dalam teks tersebut. Penulisan buku nonteks juga memerhatikan aspek keterbacaan readability. Dalam konteks penyusunan buku, keterbacaan ditunjukkan oleh sejauh mana pembaca dapat memahami informasi yang disampaikan dalam ragam 36 bahasa tulis. Keterbacaan dipengaruhi oleh kemampuan membaca siswa, ketepatan kaidah bahasa, struktur bahasa, pilihan kata, dan gaya bahasa yang dipergunakan Sitepu 2012:120. Menurut Muslich 2010:87, tingkat keterbacaan materi dan bahasa yang digunakan dalam buku pendidikan memiliki indikator-indikator tertentu. Indikator-indikator tersebut yaitu komunikatif, dialogis dan interaktif, lugas, keruntutan alur pikir, koherensi, kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, serta kesesuaian istilah, simbol, dan lambang dengan perkembangan peserta didik. Indikator-indikator tersebut dijelaskan di dalam Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Indikator Bahasa dan Keterbacaan Buku Teks Indikator Implementasi Komunikatif Kalimat yang digunakan mudah dipahami siswa Dialogis dan interaktif Gaya penulisan buku teks menempatkan penulis sebagai orang pertama dan pembaca sebagai orang kedua Lugas Diksi yang digunakan harus memiliki makna yang jelas, tidak ambigu, dan sesuai konteks Keruntutan alur pikir Menggunakan pola penalaran induktif atau penalaran deduktif Koherensi Tampak adanya keterkaitan antarkonsep, kegiatan, dan informasi yang terdapat di dalam buku teks Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar Ketepatan penggunaan ejaan, tanda baca, istilah, dan struktur kalimat Kesesuaian istilah, simbol, dan lambang dengan perkembangan peserta didik Keberterimaan siswa terhadap istilah, simbol, atau lambang yang digunakan. Menurut Puskurbuk 2008:65, keterbacaan sebuah buku bergantung pada penggunaan unsur bahasa kata, kalimat, paragraf, dan wacana. Pemilihan kata, kalimat, paragraf, atau wacana disesuaikan dengan pembaca sasaran. 37 Siswa SD masih berada pada tahap pembaca pemula. Di dalam Pedoman Penulisan Buku Nonteks, diuraikan unsur-unsur bahasa yang sesuai dengan tahap tersebut. .... Bagi pembaca pemula, keterbacaan buku menjadi tinggi apabila materi ditulis menggunakan kosakata sederhana dan sesuai dengan konteks sosial pembaca, serta harus menghindari penggunaan istilah khusus teknis, asing, dan bermakna konotatif kecuali buku pengayaan kepribadian yang disusun dalam bentuk fiksi atau jenis puisi.... Penggunaan kalimat yang memiliki keterbacaan tinggi bagi pembaca pemula adalah kalimat-kalimat yang memiliki susunan sederhana. Kehadiran setiap unsur kalimat akan semakin meningkatkan keterpahaman kalimat tersebut.... Penggunaan paragraf yang memiliki keterbacaan tinggi bagi pembaca pemula adalah paragraf jenis deduktif.... Wacana yang memiliki keterbacaan tinggi bagi pembaca pemula adalah jenis narasi....Puskurbuk 2008:65 Dalam kurikulum, tidak jelas disebutkan jumlah kata yang ideal dalam satu kalimat Muslich 2010:87. Pencantuman jumlah kata yang jelas hanya ada di kelas 1 dan 2, yaitu 3-5 kata dalam satu kalimat. Tabel 2.2 Penggunaan Kalimat Berdasarkan Jenjang Kelas Kelas Panjang Kalimat Menurut Kurikulum Kelas 1 Satu kalimat berisi 3-5 kata Kelas 2 Satu kalimat berisi 3-5 kata Kelas 3 Kalimat sederhana Kelas 4 Kalimat majemuk setara Kelas 5 Kalimat majemuk setara Kelas 6 Tidak disebut jumlah kata maupun jenis kalimat Sebagai pembanding, Flesch dalam Sulistyoningrum 2012:44 membuat daftar rata-rata panjang kalimat untuk mengukur keterbacaan sebuah teks. Daftar tersebut dijabarkan di dalam Tabel 2.3. Tabel 2.3 Formula keterbacaan Flesch 38 Jenis Rata-Rata Panjang Kalimat Perkiraan Kelas di Sekolah Sangat Mudah ≤ 8 Kelas 4 Mudah 11 Kelas 5 Agak Mudah 14 Kelas 6 Baku 17 Kelas 7 8 Agak Sukar 21 SMA Sukar 25 SMA PT Sangat Sukar ≥ 29 PT Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa komponen bahasa dan keterbacaan di dalam buku pengayaan menulis pantun berbasis nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan memiliki kriteria 1 komunikatif 2 dialogis dan interaktif, 3 lugas, 4 keruntutan alur pikir, 5 koherensi, 6 kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, serta 7 kesesuaian istilah, simbol, dan lambang dengan perkembangan peserta didik.

4. Komponen Grafika