perhatian, karena perhatian sifatnya sementara tidak dalam kurun waktu yang lama dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh
kepuasan. Menurut Depdiknas 2004 beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
membangkitkan minat belajar siswa adalah: 1 Mengaitkan topik yang dibahas dengan kegunaannya di masyarakat, di
tempat kerja, dan di bidang IPTEK. 2 Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
3 Menggunakan variasi metode dalam proses pembelajaran. 4 Mengaitkan materi baru dengan materi lama.
Dalam penelitian ini minat belajar yang dimaksud adalah minat belajar matematika. Minat belajar matematika adalah rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada hal atau aktivitas tentang pelajaran matematika, tanpa ada yang menyuruh.
2.7 Kriteria Ketuntasan Minimal
Kriteria ketuntasan minimal KKM adalah kriteria paling rendah yang dimiliki siswa untuk dinyatakan mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan
sebelum awal tahun ajaran dimulai. KKM ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah suatu mata pelajaran di satuan pendidikan atau
beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. KKM menjadi acuan bersama antara guru dan siswa. Apabila setelah dilakukan
suatu tes, ternyata masih ada siswa yang nilainya belum mencapai KKM, maka
guru harus mengadakan layanan remidial, dan siswa yang telah memenuhi KKM mendapatkan layanan pengayaan Depdiknas, 2008: 3.
Kriteria ketuntaasan minimal KKM menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi, sehingga dinyatakan dengan angka. Angka maksimal yang dapat
diperoleh adalah 100 seratus. Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. KKM pada masing-masing mata pelajaran berbeda-beda, dan
KKM tiap satuan pendidikan bisa berbeda. Bahkan KKM pada satuan pendidikan yang sama belum tentu sama bagi sekolah yang berbeda.
KKM dalam penelitian ini disesuaikan dengan objek penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Songgom. KKM untuk
mata pelajaran matematika yang ditentukan di SMP Negeri 1 Songgom adalah 65. Sehingga untuk mencapai tuntas belajar, hasil belajar siswa khususnya pada
materi pecahan harus lebih dari atau sama dengan 65 dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah lebih dari 75.
2.8 Uraian Materi
Pecahan merupakan salah satu materi pokok yang diberikan pada kelas VII semester 1. Materi pecahan meliputi jenis-jenis pecahan dan operasi hitung pada
pecahan.
a. Jenis-jenis Pecahan 1 Definisi Pecahan
Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk dengan a dan b adalah
bilangan bulat, b ≠ 0, dan b bukan faktor dari a Wintarti, 2008: 27.
2 Jenis-jenis Pecahan a Pecahan Biasa
Pecahan biasa berbentuk dengan a dan b bilangan bulat, dan b ≠ 0.
Contoh: b Pecahan Campuran
Pecahan campuran merupakan pecahan yang terdiri dari gabungan bilangan bulat dan pecahan.
Contoh: c Bilangan Desimal
Bilangan desimal merupakan bilangan pecahan yang ditulis dengan angka di belakang koma.
Contoh: satu angka di belakang koma;
dua angka di belakang koma; d Persen
Persen merupakan pecahan dengan penyebut seratus dan dinotasikan dengan tanda .
Contoh: 2 = ; 40 =
; 120 = .
e Permil Permil merupakan pecahan dengan penyebut seribu dan dinotasikan dengan
ta nda ‰.
Contoh: 2‰ = ; 40‰ =
; 120‰ = .
3 Pecahan Senilai Pecahan senilai merupakan pecahan yang mempunyai nilai yang sama. Suatu
pecahan dikatakan senilai jika pada pecahan berlaku:
a dengan n ≠ 0 dan b ≠ 0.
b dengan b ≠ 0, d ≠ 0 dan n ≠ 0.
Contoh: 4 Mengubah Bentuk Pecahan
a Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Campuran Pecahan dalam bentuk
diubah menjadi �
. Contoh:
b Mengubah Pecahan Campuran Menjadi Pecahan Biasa Pecahan dalam bentuk
� diubah menjadi
. Contoh:
c Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Desimal Pecahan dalam bentuk
diubah menjadi bilangan dengan angka di belakang koma.
Contoh: d Mengubah Pecahan Desimal Menjadi Pecahan Biasa
Pecahan dalam bentuk bilangan dengan angka di belakang koma diubah menjadi
. Contoh:
e Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Bentuk Persen Pecahan dalam bentuk
diubah menjadi c. Contoh:
f Mengubah Bentuk Persen Menjadi Pecahan Biasa Pecahan dalam bentuk a diubah menjadi
Contoh:
g Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Bentuk Permil Pecahan dalam bentuk
diubah menjadi c ‰.
Contoh:
h Mengubah Bentuk Permil Menjadi Pecahan Biasa Pecahan dalam bentuk a
‰ diubah menjadi Contoh:
b. Operasi Hitung pada Pecahan 1 Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan
dengan b ≠ 0 dan d ≠ 0 dengan b ≠ 0 dan d ≠ 0
Pada penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal, yang menjadi acuan adalah tanda koma. Misalnya selisih dari 4,825 dan 2,37 dapat
dilakukan dengan cara bersusun berikut: 4,825
2,37 tanda komanya sejajar satu kolom
2,455 2 Perkalian Pecahan
dengan b ≠ 0 dan d ≠ 0 Untuk perkalian bilangan desimal, pada saat melakukan perhitungan
tanda koma diabaikan terlebih dahulu dan akan dibubuhkan kembali setelah selesai dikalikan. Misalnya hasil kali dari 32,54 dan 2,4 dengan
cara bersusun seperti contoh berikut:
3254 diperoleh:
24 32,54 x 2,4 = 78,096
13016 6508
2 angka + 1 angka = 3 angka 78096
Pada bilangan 32,54 ada dua angka di belakang tanda koma dan pada bilangan 2,4 ada satu angka di belakang tanda koma sehingga hasilnya
tiga angka di belakang tanda koma yaitu 78,096. 3 Pembagian Pecahan
dengan b ≠ 0, d ≠ 0, dan c ≠ 0 4 Perpangkatan Pecahan
dengan b ≠ 0, n bilangan riil
√
√ √
dengan b ≠ 0.
2.9 Kerangka Berpikir