Jenis Data Sumber Data

BAB III mengurai tentang: pendapat ulama tentang poligami, poligami

menurut Undang-Undang no.1 Tahun 1974 tentang perkawinan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan, dan poligami menurut Kompilasi Hukum Islam.

BAB IV menjelaskan tentang alasan pemberian izin poligami di pengadilan

agama jakarta selatan yang didalamnya terdiri dari: deskripsi putusan pengadilan agama jakarta selatan, berapa banyak izin poligami pada Tahun 2013 di pengadilan agama jakarta selatan, motif penyebab terjadinya pemohon melakukan izin poligami, alasan majelis hakim dalam memberikan izin poligami, dan analisis penulis tentang alasan pemberian izin poligami.

BAB V adalah penutup yang merupkan kesimpulan dari keseluruhan bab

terdahulu yang mana didalamnya juga dikemukakan saran-saran sebagai jalan pemikiran penulis dalam rangka membantu mengemukakan jalan keluar dari permasalahan yang ditemukan dalam penulis skripsi.

BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG POLIGAMI

A. Pengertian Poligami

Poligami berasal dari bahasa Yunani. Kata ini merupakan penggalan dari dua kata yakni “poli” atau “polus” yang artinya banyak, dan kata “gamein” atau “gamos” yang artinya kawin atau perkawinan. Jika digabungkan akan berarti suatu perkawinan yang banyak. Kalau dipahami dari definisi ini, maka sah untuk mengatakan bahwa arti poligami adalah perkawinan banyak, dan bisa jadi dalam jumlah yang tidak terbatas. Dari uraian di atas dapat disimpulkan poligami adalah suatu sistem perkawinan di mana seorang pria mengawini lebih dari seorang istri dalam waktu yang bersamaan. 15 Menurut Sayyid Sabiq, poligami adalah satu ajaran Islam yang sesuai dengan fitrah kaum laki-laki. Laki-laki adalah makhluk Allah yang memiliki kecenderungan seksual lebih besar dibandingkan dengan kaum perempuan, dengan adanya poligami dapat menghindarkan kaum laki-laki melakukan perzinaan, melatih menjadi pemimpin yang adil dalam kehidupan dan pengelolaan keluarga dan rumah tangganya. Keadilan terhadap istri-istri adalah barometer pertama pemimpin yang akan berlaku adil atas rakyat yang dipimpinnya. 16 15 Yayan Sopyan, ISLAM NEGARA Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional, Jakarta: Pt Wahana Semesta Intermedia, 2012, Cet Ke 2, hal 139-140. 16 Beni Ahmad Saebani, Fiqih Munakahat, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010, Cet VI, hal 153-154.