12
nasehat kepada Direksi dijalankan dibawah pengawasan Dewan Komisaris.
8. Rapat Dewan Komisaris dan Direksi
Dewan Komisaris melakukan rapat rutin dan rapat non-rutin setiap kali diperlukan, sedangkan Direksi mengadakan rapat setiap minggu dan
sesuai dengan yang diperlukan. Rapat bersama Dewan Komisaris dan Direksi diadakan paling sedikit satu kali setiap bulan atau setiap kali
dibutuhkan.
9. Komite di bawah Dewan Komisaris
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dewan Komisaris dibantu oleh Komite Audit, Komite Pemantau Risiko serta Komite Remunerasi dan
Nominasi. a. Komite Audit
Komite Audit merupakan alat kelengkapan Dewan Komisaris yang berfungsi untuk melakukan pengawasan atas efektifitas sistem
pengendalian intern, internal audit dan proses pelaporan keuangan. Peraturan Bank Indonesia mewajibkan Bank untuk membentuk Komite
Audit sebagai bagian dari penerapan Good Corporate Governance GCG sehingga Bank dapat dikelola berdasarkan prinsip-prinsip
transparansi, akuntabilitas, pertangungjawaban, independensi, dan kewajaran.
Fungsi utama Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris memenuhi tugas dan tanggung jawabnya dengan mengkaji laporan
keuangan dan informasi keuangan lainnya sebelum diberikan Bank kepada stakeholders serta menelaah sistim pengendalian internal
bank, dan efektifitas fungsi audit internal.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, Dewan Komisaris telah membentuk Komite Audit, dengan berpedoman antara lain:
a
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117M-PBUMN2002 tanggal 1 Agustus 2002
tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara ;
b Surat Keputusan Dewan Komisaris PT. Bank Jabar Nomor : 04ASKDK2007 Tanggal 28 Juni 2007 Tentang Pembentukan
Komite Dan Pedoman Kerja Komite Dewan Komisaris PT. Bank Jabar.
Dalam periode 2012 terdapat perubahan susunan Komite Audit bank bjb, sehingga secara keseluruhan susunan Komite bank bjb adalah
sebagai berikut:
a Periode Januari 2012 sampai dengan Juli 2012
13
Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris PT. BPD Jawa Barat
dan Banten, Tbk. Nomor 02SKDK2011 tanggal 25 Agustus 2011 tentang Pembagian Tugas dan Pelaksanaan Jadwal
Kegiatan Dewan Komisaris serta Komite-Komite, Surat Keputusan Direktur Sumber Daya Manusia Nomor 456SKDIR-SDM2011
dan Nomor 596SKDIR-SDM2011. Adapun susunan Komite Audit adalah sebagai berikut :
Ketua : Klemi Subiyantoro Komisaris Independen Anggota : - Achmad Baraba Komisaris Independen
- Ramson Sinaga Independen - Erick Independen
b Periode Agustus 2012 sampai dengan September 2012 Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris PT. BPD Jawa
Barat dan Banten, Tbk. Nomor 02SKDK2011 tanggal 25 Agustus
2011 tentang Pembagian Tugas dan Pelaksanaan Jadwal Kegiatan Dewan Komisaris serta Komite-Komite dan Surat
Keputusan Direktur Sumber Daya Manusia Nomor 438SKDIR-
SDM2012 dan Nomor 439SKDIR-SDM2012
.
Adapun susunan Komite Audit adalah sebagai berikut :
Ketua : Klemi Subiyantoro Komisaris Independen Anggota : - Achmad Baraba Komisaris Independen
- Ramson Sinaga Independen - Memed Sueb Independen
- Suwarta Independen c Periode Oktober 2012 sampai dengan Desember 2012
Surat Keputusan Dewan Komisaris PT. BPD Jawa Barat dan Banten, Tbk. Nomor
06SKDK2012 tanggal 3 Oktober 2012 tentang Perubahan
Susunan Keanggotaan Komite Pada Dewan Komisaris
.
Adapun susunan Komite Audit adalah sebagai berikut : Ketua : Klemi Subiyantoro Komisaris Independen
Anggota : - Achmad Baraba Komisaris Independen - Rudhyanto Mooduto Komisaris Independen
- Ramson Sinaga Independen - Memed Sueb Independen
- Suwarta Independen
Komite Audit secara kolektif mempunyai kompetensi dan pengalaman dalam bidang akuntansi, keuangan, dan perbankan. Semua anggota
Komite bertindak secara independen terhadap Direksi dan Auditor Ekstern, serta melaporkan kegiatannya kepada Dewan Komisaris.
Komite Audit mendukung Dewan Komisaris dalam hal :
14
1. Memastikan bahwa laporan keuangan Bank dapat dimengerti, transparan dan dapat diandalkan ;
2. Menilai Pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh Divisi Audit Internal maupun Audit Eksternal, sehingga dapat
mencegah pelaksanaan dan pelaporan yang tidak memenuhi standar ;
3. Melakukan evaluasi kebijakan Bank yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku, etika, benturan kepentingan dan investigasi akan adanya kesalahan maupun kecurangan, melalui Dewan Komisaris
memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian intern Bank serta pelaksanaannya;
4. Melakukan evaluasi Rencana Kerja Divisi Audit Internal, pelaporan dan temuan yang signifikan ;
5. Berkomunikasi dengan Direksi dan Satuan Kerja terkait tentang status, kemajuan dan perkembangan baru pada permasalahan
operasional yang dijumpai serta temuan Divisi Audit Internal ; 6. Memastikan bahwa Divisi Audit Internal dapat memiliki akses
langsung kepada Komite Audit dan mendorong adanya komunikasi di luar rapat komite yang telah dijadwalkan ;
7. Menciptakan jalur
komunikasi langsung
dengan External
AuditorPengawas Bank untuk membahas rencana audit, temuan maupun laporan.
Sehubungan dengan Tugas dan Tanggung Jawab tersebut di atas, Komite Audit memiliki wewenang sebagai berikut :
a Komite Audit berwenang untuk mendapatkan informasi, melalui Dewan Komisaris, mengenai operasional Bank, data karyawan,
dana, aset serta sumber daya Bank lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya ;
b Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta wewenang komite audit bekerja sama dengan Divisi Audit Internal ;
c Memberi masukan kepada Dewan Komisaris mengenai keperluan perbaikan dalam proses audit internal, audit eksternal, dan laporan
keuangan Bank ; d Melakukan evaluasi deskripsi mengenai internal controlaudit yang
akan dipublikasikan dalam laporan keuangan dan laporan pelaksanaan penerapan Good Corporate Governance ;
e Melakukan kajian atas independensi dan objektivitas auditor eksternal serta merekomendasikan auditor eksternal yang akan
dipilih oleh Bank untuk melakukan audit laporan keuangan Bank, unit bisnis maupun anak perusahaan;
f Secara garis besar, Komite Audit memberikan pendapat profesional yang independen kepada Komisaris dari hasil evaluasi dan semua
15
risiko yang penting dipertimbangkan. Identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian khusus dalam bidang laporan keuangan dari
Direksi, laporan dari auditor eksternal, serta ketaatan pada peraturan perundang-undangan dan pelaksanaan manajemen
risiko.
Laporan Kegiatan Komite Audit Komite Audit melaporkan kegiatannya kepada Dewan Komisaris,
sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas Komite Audit. Komite Audit telah melakukan tugasnya, baik yang bersifat rutin
maupun yang non-rutin. Komite Audit selama tahun 2012 telah melaksanakan tugas sesuai Piagam Komite Audit sebagai berikut:
1. Penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Bank
seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya. Komite Audit melakukan penelaahan atas draft final
laporan keuangan publikasi triwulanan sesuai jadwal dengan memberikan beberapa saran perbaikan. Komite Audit telah secara
aktif melakukan diskusi dengan akuntan publik dan manajemen mengenai masalah yang perlu di diskusikan sesuai Standar Audit
Seksi 380 perihal komunikasi dengan Komite Audit ;
2. Evaluasi atas efektivitas pelaksanaan audit dari auditor eksternal termasuk menelaah independensi dan objektivitas auditor eksternal
serta menelaah kecukupan pemeriksaan yang dilakukannya untuk memastikan semua risiko yang penting dipertimbangkan ;
3. Penelaahan atas ketaatan Bank terhadap perundangundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan Bank. Pengujian dan
pemantauan kepatuhan yang dilakukan oleh Bank telah diupayakan secara optimal. Namun demikian, masih perlu dilakukan
peningkatan pengawasan secara efektif dan efisien oleh Divisi Audit Internal dan Divisi Kepatuhan baik secara sendiri-sendiri
maupun bersinergi.
4. Pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindaklanjut hasil audit dalam rangka
menilai kecukupan proses pelaporan keuangan. Selama tahun 2012, Komite Audit telah melakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap : a. Pelaksanaan tugas Divisi Audit Internal DAI. Dari hasil
evaluasi dapat disimpulkan bahwa perencanaan Divisi Audit In- ternal DAI telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
audit berbasis risiko, pelaksanaan audit dan pelaporan telah dilakukan sesuai dengan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit
Intern Bank SPFAIB.
b. Kesesuaian pelaksanaan audit oleh kantor akuntan publik dengan standar yang berlaku. Dari hasil pemantauan dan
16
evaluasi Komite
Audit, kantor
akuntan publik
telah melaksanakan sesuai dengan Standar Auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. c. Kesesuaian laporan keuangan dengan standar yang berlaku.
Komite Audit telah beberapa kali berdiskusi tentang kesiapan dan penerapan PSAK Nomor 50 dan Nomor 55 baik dengan
manajemen maupun dengan pihak Auditor dan Konsultan.
d. Pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan Divisi Audit Internal DAI, akuntan publik dan hasil pengawasan Bank
Indonesia. Selama tahun 2012 Komite Audit melakukan beberapa kali pertemuan dengan Divisi Audit Internal DAI
dalam rangka membahas temuan dan tindak lanjut temuan Divisi Audit Internal DAI. Komite Audit juga menjaga jalur
komunikasi langsung dengan Divisi Audit Internal DAI, baik yang terjadwal dalam rapat rutin maupun di luar jadwal rapat.
e. Pemberian rekomendasi mengenai penunjukkan akuntan publik dan kantor akuntan publik kepada Dewan Komisaris. Untuk
tahun buku 2012, Tim Pemilihan Akuntan Publik yang terdiri dari Komite Audit dan unsur manajemen telah melakukan proses
pemilihan akuntan publik untuk melakukan audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi bank bjb. Tim telah mengusulkan dan
Dewan Komisaris telah menetapkan Kantor Akuntan Publik Ernst and Young sebagai Independent Auditor.
Komite Audit juga melakukan beberapa tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris. Di tahun 2012, Komite Audit memperoleh beberapa
penugasan khusus oleh Dewan Komisaris, diantaranya memberikan masukan terhadap pembahasan Rencana Bisnis Bank RBB.
b. Komite Remunerasi dan Nominasi Komite Remunerasi dan Nominasi bank bjb dibentuk berdasarkan
Keputusan Dewan Komisaris PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Nomor 04ASKDK2007 tanggal 28 Juni 2007
tentang Pembentukan Komite dan Pedoman Kerja Komite Dewan Komisaris, Keputusan Dewan Komisaris Nomor 02SKDK2011
tanggal 25 Agustus 2011 tentang Pembagian Tugas dan Pelaksanaan Jadwal Kegiatan Dewan Komisaris serta Komite-komite. Berdasarkan
posisi 31 Desember 2012, susunan Komite Remunerasi dan Nominasi bank bjb adalah sebagai berikut :
a. Pada periode Januari 2012 sampai Oktober 2012 Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. Nomor 02SKDK2011 tanggal 25 Agustus 2011 tentang Pembagian
Tugas dan Pelaksanaan Jadwal Kegiatan Dewan Komisaris serta
17
Komite-Komite
.
Adapun Komite Remunerasi dan Nominasi bank
bjb sebagai berikut:
Ketua Yayat Sutaryat
Anggota Agus Ruswendi
Anggota Klemi Subiyantoro
Anggota Pemimpin Divisi Sumber Daya Manusia
b. Pada periode Oktober 2012 sampai dengan Desember 2012 Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk., Nomor 06SKDK2012 tanggal 03 Oktober 2012 tentang Perubahan
Susunan Keanggotaan
Komite pada Dewan Komisaris sebagai berikut:
Ketua Yayat Sutaryat
Anggota Agus Ruswendi
Anggota Klemi Subiyantoro
Anggota Rudhyanto Mooduto
Anggota Pemimpin Divisi Sumber Daya Manusia
Program kerja Komite, secara garis besar, Komite Remunerasi dan Nominasi mempunyai tugas dan tanggung jawab paling kurang
sebagai berikut :
1. Melakukan evaluasi
terhadap kebijakan
remunerasi dan
memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris, mengenai kebijakan remunerasi bagi Dewan Komisaris dan Direksi untuk
disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham dan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi bagi Pejabat Eksekutif dan pegawai
secara keseluruhan untuk disampaikan kepada Direksi ;
2. Terkait dengan kebijakan Nominasi, Komite Remunerasi dan Nominasi mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menyusun
dan memberikan rekomendasi mengenai sistem serta prosedur pemilihan danatau penggantian anggota Dewan Komisaris dan
Direksi kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham RUPS ;
3. Disamping sistem dan prosedur pemilihan dan penggantian Pengurus, Komite Remunerasi dan Nominasi mempunyai tugas
dan tanggung jawab untuk memberikan rekomendasi mengenai calon anggota Dewan Komisaris danatau Direksi kepada Dewan
Komisaris untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham RUPS ;
4. Komite Remunerasi dan Nominasi mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk memberikan
rekomendasi mengenai
Pihak
18
Independen yang akan menjadi anggota Komite, untuk Komite Audit dan Komite Pemantau Risiko ;
5. Tugas dan tanggung jawab yang terkait dengan Sumber Daya Manusia SDM adalah melalui evaluasi pelaporan kebijakan SDM
dan memberikan saran untuk perbaikan peningkatanya ; 6. Tugas Komite Remunerasi dan Nominasi terkait dengan penilaian
kinerja, yaitu memfasilitasi penilaian kinerja anggota Dewan Komisaris dan Direksi dan menyampaikan saran serta evaluasi
terhadap Key Performance Indicator standarkunci Indikator Kinerja ;
7. Komite Remunerasi dan Nominasi mempunyai tugas melakukan self assessment dalam pelaksanaannya, serta melaksanakan
tugas khusus yang diberikan Dewan Komisaris.
Adapun kegiatan yang dilakukan Komite Remunerasi dan Nominasi dalam rapat sepanjang tahun 2012 telah melakukan pembahasan
terhadap hal-hal sebagai berikut : 1. Pembahasan mengenai remunerasi review formula gaji, tantiem,
kendaraan dinas ; 2. Pembahasan lanjutan mengenai remunerasi review formula, gaji,
tantiem, kendaraan dinas ; 3. Tindaklanjut Bank atas hasil konsekuensi tidak lulus fit and proper
test Calon Direksi atau Direksi terpilih RUPS ;
4. Pembahasan penetapan remunerasi Pengurus bank bjb ; 5. Pembahasan pedoman kerja Komite Remunerasi dan Nominasi ;
6. Pembahasan tugas Komite Remunerasi dan NominasiPenyusunan
Draft Sistem dan Prosedur Pemilihan atau penggantian anggota Dewan Komisaris ;
7. Laporan Triwulanan periode Januari - Maret 2012 ; 8. Pembahasan Surat Direksi No. 290Dir-KH2012 tanggal 22 Mei
2012 tentang laporan hasil fit and proper test pengurus bank bjb ; 9. Pembahasan Tenaga Kontrak bank bjb ;
10. Pembahasan Tenaga PKWT bank bjb ; 11. Pembahasan Draft Pedoman Penerimaan Calon Pengurus bank
bjb ;
12. Pembahasan calon anggota Komite Audit dari pihak independen ; 13. Pembahasan time schedule proses seleksi calon pengurus oleh
Komite Remunerasi dan Nominasi ; 14. Pembahasan TOR untuk pemilihan konsultan ;
15. Pembahasan Pedoman Penerimaan Calon Pengurus PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk.
16. Pembahasan persyaratan pendaftar Calon Pengurus ;
19
17. Pembahasan Persiapan dan Pelaksanaan Seleksi Administrasi Calon Direksi PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
Banten, Tbk. Tahun 2012 oleh Komite Remunerasi dan Nominasi ; 18. Pembahasan Hasil Assessment Calon Anggota Direksi PT. Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk.; 19. Pelaksanaan Assessment Calon Anggota Komisaris PT. Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk., tahun 2012 oleh Komite Remunerasi dan Nominasi ;
20. Pembahasan penyusunan Rencana Kerja Komite Remunerasi dan Nominasi tahun 2013.
c. Komite Pemantau Risiko KPR Komite Pemantau Risiko KPR bank bjb merupakan salah satu
Komite yang dibentuk Dewan Komisaris Bank dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya,
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 84PBI2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance
GCG bagi Bank Umum.
Komite Pemantau Risiko KPR dibentuk berdasarkan
Keputusan Dewan komisaris PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. Nomor 04ASKDK2009, tanggal 28 Juni 2007
tentang Pembentukan Komite dan Pedoman Kerja Komite Dewan Komisaris, Keputusan Dewan Komisaris Nomor 02SKDK2011,
Tanggal 25 Agustus 2011 tentang Pembagian Tugas dan Pelaksanaan Jadwal Kegiatan Dewan Komisaris serta Komite-Komite.
Adapun susunan ketua dan anggota Komite Pemantau Kredit sebagai berikut :
a Periode Januari 2012 sampai dengan Oktober 2012 Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris PT. BPD Jawa
Barat dan Banten, Tbk. Nomor 02SKDK2011 tanggal 2 Agustus 2011 tentang Pembagian Tugas dan Pelaksanaan Jadwal Kegiatan
Dewan Komisaris serta Komite-Komite. Adapun Susunan ketua dan anggota Komite Pemantau Risiko
adalah sebagai berikut :
Ketua : Achmad Baraba
Anggota : Muhadi
Nurry Effendi Poppy Sofia Koeswayo
b Periode Oktober 2012 sampai dengan Desember 2012 Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris PT. BPD Jawa
Barat dan Banten, Tbk. Nomor 06SKDK2011 tanggal 3 Oktober 2012 tentang Perubahan Susunan Keanggotaan Komite pada
Dewan Komisaris.
20
Adapun susunan ketua dan anggota Komite Pemantau Risiko adalah sebagai berikut :
Ketua : Achmad Baraba
Anggota : Yayat Sutaryat
Rudhyanto Mooduto Nurry Effendi
Poppy Sofia Koeswayo Komite Pemantau Risiko melaksanakan rapat mingguan yang
merupakan rapat internal Komite Pemantau Risiko, rapat koordinasi dengan Divisi Manajemen Risiko, Komite Audit, atau rapat gabungan
dengan bagian lain sesuai program kerja dan kebutuhan.
Tugas utama Komite Pemantau Risiko KPR adalah sebagai berikut : 1. Mengevaluasi Implementasi kebijakan manajemen risiko termasuk
memantau pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko SKMR ;
2. Memantau pelaksanaan manajemen risiko pada risk taking unit ; 3. Mengkaji Rencana Bisnis Bank RBB sebelum mendapat
persetujuan Dewan Komisaris, khususnya yang terkait dengan risiko-risiko yang akan dihadapi oleh Bank ;
4. Memantau dan memberikan tanggapan atas laporan realisasi rencana bisnis;
5. Memonitor risiko yang dihadapi Bank dan memastikan bahwa Direksi telah memitigasi risiko tersebut ;
Evaluasi atas
pelaksanaan kebijakan
pengelolaan risiko
merekomendasikan penyempurnaan infrastruktur dan metodologi pengukuran risiko. Secara berkala, Komite Manajemen Risiko KPR
melakukan penyempurnaan kebijakan dan pedoman pengelolaan risiko agar dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan bisnis bank
bjb.
Sesuai pedoman kerja Komite Pemantau Risiko, maka pada tahun 2012 disusun rencana kerja sebagai berikut :
Kegiatan sesuai program kerja Komite Pemantau Risiko Tahun 2012
1. Menyusun rencana kerja tahunan Komite sesuai arahan Dewan
Komisaris dan ketentuan yang berlaku : a. Rencana kerja Komite Pemantau Risiko tahun 2012
diselesaikan bulan Januari tahun 2012 ; b. Pembahasan laporan realisasi kegiatan Komite Pemantau
Risiko semester II tahun 2011 diselesaikan bulan Februari
21
2012 ; c. Pembahasan dan laporan realisasi kegiatan Komite Pemantau
Risiko semester I tahun 2012 diselesaikan bulan September 2012 ;
d. Pembahasan Komite Pemantau Risiko dengan Dewan Komisaris tentang rencana kerja Komite Pemantau Risiko
yang masih harus dilaksanakan sampai dengan akhir tahun 2012.
2. Mengevaluasi implementasi kebijakan manajemen risiko dan
pelaksanaannya sesuai Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1323DNPN serta melaporkan dan memberikan rekomendasi
berdasarkan hasilevaluasi kepada Dewan Komisaris dengan hasil sebagai berikut :
a. Profil risiko triwulanan bank bjb baik individual, maupun
konsolidasi selama tahun 2011 dan triwulan berjalan tahun 2012 ;
b. Profil risiko bank bjb pada triwulan IV tahun 2011 adalah low
dengan trend stabil sampai dengan triwulan III tahun 2012 ;
c. Risiko kredit bank bjb triwulan IV tahun 2011 adalah 1,2 ; d. Risiko kredit, risiko pasar, risiko strategi, risiko kepatuhan, dan
risiko reputasi adalah low ; e. Risiko likuiditas, risiko operasional, dan risiko hukum adalah
low to moderate. 3.
Melakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan tugas Satuan Kerja yang menjalankan fungsi Manajemen Risiko
melalui : a. Rapat koordinasi sesuai kebutuhan yaitu bulan Februari, Mei,
Juni, September, dan Oktober tahun 2012 ; b. Diskusi dan telaahan atas program kerja Satuan Manajemen
risiko; c. Diskusi dan telaah mendesain mekanisme risk tolerance dan
risk culture ; d. Diskusi pengembangan metode dan tools pengukuran risiko
pasar pada dealing room ; e. Diskusi dan pengembangan metode perhitungan limit setiap
sektor industri ; f. Knowledge sharing : dampak krisis Eropa terhadap perbankan
Indonesia. 4.
Mengkaji dan mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi atas pelaksanaan manajemen risiko yang dilakukan melalui :
a. Rapat koordinasi dengan Komite Audit membahas temuan
hasil pemeriksaan Bank Indonesia dan progress tindaklanjut ; b. Pembahasan laporan pengawasan Dewan Komisaris setiap
22
semester. 5.
Mengkaji dan mengevaluasi atas usulan Direksi yang terkait dengan pelaksanaan manajemen risiko yang memerlukan
persetujuan Dewan Komisaris a. Evaluasi risiko produk baru yaitu derivative cross currency
swap dan interest rate swap bulan Juni tahun 2012 ; b. Evalusi risiko produk baru e-banking, sampai akhir tahun 2012
dinyatakan masih harus melengkapi. 6.
Mengevaluasi, mengkaji dan memberikan rekomendasi atas rencana bisnis dan rencana kerja sebelum mendapat persetujuan
Dewan Komisaris, khususnya yang terkait dengan risiko-risiko yang akan dihadapi oleh Bank melalui telaahan draft Rencana
Bisnis Bank tahun 2013 pada bulan Oktober 2012;
7. Mengevaluasi, mengkaji dan memberikan rekomendasi atas
rencana bisnis dan rencana kerja sebelum mendapat persetujuan Dewan Komisaris, khususnya yang terkait dengan risiko-risiko
yang akan dihadapi oleh Bank melalui telaahan draft Komite Pemantau Risiko tahun 2013 pada bulan Oktober 2012 ;
8. Mengevaluasi perkembangan portofolio pinjaman melalui
koordinasi dengan Komite Audit bulan Juli dan Desember 2012 ; 9.
Memantau restrukturisasi pinjaman, penghapusbukuan pinjaman dan recovery pinjaman melalui koordinasi dengan Komite Audit
bulan Juli dan Desember 2012 ;
10. Memonitor risiko bank wide yang dihadapi Bank dan memastikan bahwa Direksi telah melakukan mitigasi risiko-risiko tersebut
melalui pembahasan profil risiko triwulanan ; 11. Mengkaji ulang secara berkala terhadap kebijakan dan strategi
usaha Bank dan memastikan bahwa Direksi telah memantau efektifitas pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern melalui :
a. Pembahasan dan diskusi laporan hasil pemeriksaan Satuan
Kerja Audit Internal ke cabang-cabang maupun Divisi tentang pelaksanaan kepatuhan SOP dan IT bulan November 2012 ;
b. Pembahasan tentang laporan pemeriksaan oleh Bank Indonesia dan tindak lanjut yang belum diselesaikan,
dilaksanakan pada bulan Oktober, November, dan Desember 2012.
12. Melakukan penelaahan atas informasi yang berkaitan dengan manajemen
risiko dalam
laporan-laporan yang
akan dipublikasikan Bank, berkoordinasi dengan Satuan Kerja Internal
Audit dan Komite Audit : a. Laporan Keuangan akhir tahun 2011, pada bulan Februari
dan Maret tahun 2012; b. Laporan Keuangan semester I tahun 2012, pada bulan
23
Agustus tahun 2012; c. Diskusi dan telaahan hasil audit internal ke Divisi Mikro,
bulan Juni 2012. 13. Melakukan penelaahan atas pengelolaan manajemen risiko dan
kepatuhan atas peraturan dan perundang-undangan yang berlaku bersama dengan manajemen, auditor eksternal, Divisi
Audit Internal serta Satuan Kerja yang menjalankan fungsi Manajemen Risiko
a. Telaah profil risiko dan RCCR triwulan IV tahun 2011, bulan
Maret tahun 2012; b. Telaah profil risiko dan RCCR triwuan I tahun 2012, bulan
Mei 2012; c. Telaah profil risiko triwulan dan RCCR II tahun 2012, bulan
Agustus 2012; d. Telaah profil risiko triwulan III dan RCCR tahun 2012, bulan
Oktober 2012. 14. Mengkaji risk philosophy yang telah ditetapkan Bank dan
memastikan bahwa risk philosophy tersebut telah direfleksikan pada tiap kebijakan Bank dan dikomunikasikan kepada seluruh
Pegawai Bank sehingga dapat terbentuk budaya risiko risk culture yang kondusif melalui :
a. Pembahasan strategi penetapan risk philosophy dan risiko
risk culture melalui penggunaan jasa konsultan manajemen risiko ;
b. Pembahasan rencana survey pemahaman Pimpinan Cabang terhadap risiko Cabang bulan Oktober 2012.
15. Memastikan bahwa Bank telah memiliki risk appetite dan risk tolerance serta telah dijabarkan ke dalam kebijakan pada tiap
unit kerja, unit bisnis dan Bank secara keseluruhan. 16. Memberi masukan atas penetapan strategi dan objektif tiap unit
kerja, unit bisnis dan Bank secara keseluruhan agar sejalan dengan risk appetite dan risk tolerance yang telah ditetapkan
sebelumnya, melalui diskusi dan sharing knowledge tentang rencana penggunaan bantuan konsultan manajemen risiko.
17. Memberi masukan atas struktur organisasi, pendelegasian tanggung jawab dan kewenangan serta kebijakanpraktek
manajemen Sumber Daya Manusia agar mendukung risk culture yang dikehendaki Bank melalui rapat koordinasi dan diskusi
dengan Komite Remunerasi dan Nominasi tentang : a. Analisis gap kuantitas dan kompetensi SDM cabang ;
b. Analisis kualitas dan kuantitas pelatihan SDM ; c. Analisis kebijakan SDM yang masih harus diperbaiki.
24
18. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku : a. Melakukan
kajian atas
rencana perubahan
produk Bancassurance, semula merupakan kerja sama distribusi
menjadi kerja sama referensi pada bulan Januari 2011 sesuai Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1235DPNP
tanggal 23 Desember 2010, dengan hasil bahwa Bank telah memenuhi
semua persyaratan
dan dengan
kajian manajemen risiko yang memadai dari Satuan Kerja
Manajemen Risiko; b. Melakukan self-assessment untuk menilai kualitas Good
Corporate Governance dan memastikan bahwa Direksi bank bjb telah menerapkan manajemen risiko melalui instrumen
kuesioner berkoordinasi dengan Satuan Kerja Manajemen Risiko pada bulan Februari 2012. Hasil self assessment
menunjukakan nilai penerapan Good Corporate Governance dan manajemen risiko pada nilai sangat baik dan baik.
19. Memutahirkan secara periodik Pedoman Kerja Komite Pemantau Risiko. Draft Pedoman Kerja Komite Pemantau Risiko
diselesaikan dan didiskusikan pada bulan November dan Desember 2012.
10.
Komite Eksekutif
Saat ini Direksi dibantu oleh beberapa Komite Eksekutif dalam menjalankan tugasnya, yaitu :
a. Komite Manajemen Risiko
Komite Manajemen Risiko yang terdiri dari anggota Direksi dan Para Pemimpin Divisi terkait terdiri dari :
Ketua : Direktur Utama
Wakil Ketua : Direktur Kepatuhan Manajemen Risiko Sekretaris
: Pemimpin Divisi Manajemen Risiko Anggota Permanen :
1. Direktur Operasi 2. Direktur Konsumer
3. Direktur Komersial 4. Direktur Treasury International
5. Pemimpin Divisi Perencanaan Strategis 6. Pemimpin Divisi Kepatuhan dan Hukum
7. Pemimpin Divisi Audit Internal 8. Pemimpin Divisi Keuangan dan Akuntansi
9. Pemimpin Divisi Credit Risk Reviewer Anggota Tidak Tetap :
25
1. Pemimpin Divisi KPR Mortgage 2. Pemimpin Divisi Jaringan dan Layanan
3. Pemimpin Divisi SDM 4. Pemimpin Divisi Treasury
5. Pemimpin Divisi Internasional 6. Pemimpin Divisi Korporasi Komersial
7. Pemimpin Divisi Konsumer 8. Pemimpin Divisi Dana Jasa Konsumer
9. Pemimpin Divisi Mikro
10. Pemimpin Divisi Umum 11. Pemimpin Divisi Change Management Office
12. Pemimpin Divisi Pendidikan Pelatihan 13. Pemimpin Divisi Manajemen Anak Perusahaan
14. Pemimpin Divisi Corporate Secretary 15. Pemimpin Divisi Institutional Banking
16. Pemimpin Divisi Teknologi Informasi 17. Pemimpin Unit Card Center
18. Pemimpin Unit Electronic Banking 19. Kesatuan Satuan Kerja Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit
Dewan Komisaris
Dewan Direksi Direktur
Kepatuhan Manajemen Risiko
Komite Manajemen
Risiko
Unit Bisnis Kredit Risiko Kredit
Unit Bisnis Tresuri Likuiditas Risiko Pasar dan Likuiditas
Divisi pada Kantor Pusat, Unit Grup Pada Kantor Wilayah dan Kantor Cabang – Pemantauan Risiko
Operasional Setiap Divisi di Kantor PusatUnit Grup di Kantor Wilayah dan Cabang bertanggung jawab mengelola risiko
di DivisiWilayahCabang masing-masing Divisi Manajemen
Risiko Divisi Kepatuhan
dan Hukum Melaporkan risiko yang
signifikan dan rencana kontijensi
Merekomendasikan batas dan kebijakan risiko
Laporan Kepatuhan Memantau bataskebijakan risiko
Mempersiapkan laporan kelebihan batas risiko
Pe n
g a
w a
sa n
O p
e ra
si o
n a
l
Unit Bisnis mengelola risiko atas kegiatan harian
Struktur organisasi menjelaskan kegiatan usaha Bank dan telah menetapkan jalur pelaporan dan fungsi yang jelas dari satuan kerja
operasional kepada satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian internal. Ruang lingkup pengendalian internal yang tidak
termasuk dalam fungsi pengambil keputusan adalah Divisi Kepatuhan dan Hukum, Divisi Audit Internal serta Divisi Manajemen Risiko dimana
26
tugas dan fungsinya tidak mengambil keputusan pada kegiatan usaha Bank.
Wewenang dan tanggung jawab Komite Manajemen Risiko adalah memberikan rekomendasi kepada Direktur Utama yang
sekurang-kurangnya meliputi :
1 Penyusunan kebijakan
manajemen risiko
serta perubahannya, termasuk strategi manajemen risiko dan
contingency plan dalam kondisi eksternal tidak normal terjadi; 2 Perbaikan dan penyempurnaan penerapan Manajemen
Risiko yang dilakukan secara berkala maupun insidentil sebagai akibat dari suatu perubahan kondisi eksternal dan
internal Bank yang mempengaruhi kecukupan permodalan dan profil risiko Bank dan hasil evaluasi terhadap efektivitas
penerapan tersebut ;
3 Penetapan justification atas hal-hal yang terkait dengan keputusan-keputusan bisnis yang menyimpang dari prosedur
normal irregularities, seperti keputusan pelampauan ekspansi usaha yang signifikan dibandingkan dengan
rencana bisnis Bank yang telah ditetapkan sebelumnya atau pengambilan posisiexposure risiko yang melampaui limit
yang telah ditetapkan ;
4 Menetapkan perubahan materi yang terdapat pada kebijakan dan prosedur penerapan manajemen risiko ;
5 Melakukan evaluasi terhadap penerapan model-model pengukuran risiko bank ;
6 Memastikan dilakukannya
pengawasan risiko
melalui penetapan toleransi atau limit risiko yang dapat diterima serta
alokasi modal terkait cadangan risiko untuk seluruh kegiatan operasional bank ;
7 Mengkoordinasikan dan
memantau seluruh
strategi manajemen risiko ;
8 Menyetujui strategi manajemen risiko yang melampaui kewenangan pimpinan satuan kerja operasional ;
9 Menilai keseluruhan komposisi risiko dalam portofolio bank ; 10 Mengkaji proposal mengenai produk dan aktivitas baru dan
menilai kemampuan bank untuk melaksanakan produk dan aktivitas baru tersebut ;
11 Melakukan evaluasi terhadap penyusunan contingency plan dalam kondisi tidak normal worst case scenario ;
12 Melakukan pemantauan kecukupan permodalan bank terhadap risk exposure sesuai ketentuan Bank Indonesia
yang berlaku ;
27
13 Mengevaluasi efektivitas pelaksanaan manajemen risiko. Justifikasi yang disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada
Direktur Utama berdasarkan suatu pertimbangan bisnis dan hasil analisis yang terkait dengan transaksi atau kegiatan usaha Bank
tertentu sehingga memerlukan adanya penyimpangan terhadap prosedur yang telah ditetapkan oleh Bank. Rekomendasi yang
diberikan oleh Komite Manajemen Risiko harus mencerminkan suatu kesepakatan diantara para anggota komite.
Risk Management Committee RMC
Salah satu pilar pelaksanaan Manajemen Risiko yang efektif adalah pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi. Sebagai
bentuk implementasi atas pilar tersebut, Bank Indonesia telah mengatur wewenang dan tanggung jawab Direksi yang tertuang dalam
Surat Edaran Nomor 1323DPNP perihal Perubahan atas Surat Edaran Nomor 521DPNP perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum. Ketentuan tersebut diantaranya menyebutkan bahwa Direksi berwenang dan bertanggung jawab untuk menetapkan struktur
organisasi termasuk wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada setiap jenjang jabatan yang terkait dengan penerapan Manajemen
Risiko.
Organisasi Manajemen Risiko ditetapkan oleh Direksi dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Tugas dan tanggung jawab secara umum maupun terkait dengan penerapan Manajemen Risiko pada seluruh satuan
kerja sesuai dengan visi, misi dan kegiatan operasional serta fokus bisnis bank ;
2. Satuan Kerja Manajemen Risiko bersifat independen terhadap unit kerja yang melaksanakan kegiatan bisnis bank ;
3. Memiliki Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko ;
4. Pendelegasian wewenang disesuaikan dengan karakteristik, kompleksitas produk, tingkat risiko yang akan diambil serta
pengalaman dan keahlian personil yang bersangkutan. Penetapan kewenangan tersebut di review secara berkala
untuk memastikan bahwa nilai yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi terkini.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pembentukan Komite Manajemen Risiko merupakan salah satu manifestasi atas tugas dan
tanggung jawab Direksi dalam mengimplementasikan penerapan Manajemen Risiko yang efektif bagi Bank sesuai dengan ketentuan
28
Bank Indonesia yang berlaku dan mengatur mengenai penerapan Manajemen Risiko tersebut.
Situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan yang mengalami perkembangan dan diikuti dengan semakin kompleksnya risiko
kegiatan usaha perbankan sehingga meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola bank yang sehat Good Corporate Governance dan
penerapan Manajemen Risiko yang meliputi 4 empat pilar sebagaimana tersebut diatas. Untuk membantu manajemen dalam
pengendalian risiko, pengawasan atas kebijakan bank dan optimalisasi fungsi Manajemen Risiko dibentuk suatu Risk Management Committee
yang dapat disebut sebagai RMC. Pembentukan Risk Management Committee memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
1. Keanggotaan Risk Management Committee dapat berisi anggota tetap dan anggota tidak tetap sesuai dengan
kebutuhan Bank ; 2. Keanggotaan Risk Management Committee terdiri dari
Direksi dan Pejabat Eksekutif terkait ; 3. Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko merupakan
anggota tetap dari Risk Management Committee ; 4. Pejabat Eksekutif terkait komite yakni Pejabat setingkat
Pemimpin Divisi, Ketua Satuan Kerja, atau Pemimpin Unit yang membawahi Satuan Kerja Bisnis, Satuan Kerja
Manajemen Risiko, Satuan Kerja Audit Internal dan Satuan Kerja Supporting sesuai dengan kebutuhan ;
5. Risk Management Committee memiliki sub committee yang melakukan pembahasan atas permasalahan-permasalahan
sesuai dengan ruang lingkup kewenangannya. Berdasarkan Kebijakan Manajemen Risiko bank yang berlaku, Bank
membagi aktivitas usahanya bisnis dan pendukung menjadi sebagai berikut :
1. Perkreditan ; 2. Treasury dan Investasi ;
3. Pembiayaan Trade Finance dan Garansi Bank ; 4. Pendanaan dan Instrument Hutang ;
5. Operasional Layanan ; 6. Jasa Layanan ;
7. Sistem Informasi Manajemen ;
29
8. Teknologi Sistem Informasi ; 9. Pengelolaan Sumber Daya Manusia ;
10. Sistem Pengendalian Internal. Dalam rangka peningkatan efektifitas dan fokus pembahasan setiap
permasalahan bank yang timbul dan diangkat kepada level Komite, Bank memiliki 3 tiga besaran sub komite yakni sebagai berikut :
1. Risk Management Committee RMC; 2. Credit Risk Committee CRC;
3. Operational Risk Committee ORC; 4. Market Liqudity Risk Committee MRC;
5. SSG
– MRC; 6. SSG
– CRC; 7. SSG
– ORC. Bank mengelompokkan pembahasan atas permasalahan terkait risiko
yang terkandung dalam aktivitas usaha diatas ke dalam 3 tiga sub komite. Penjelasan atas masing-masing komite tersebut adalah
sebagai berikut :
Risk Management Committee merupakan komite utama serta
tertinggi dan digunakan sebagai forum pengambil keputusan dari seluruh pelaksanaan kegiatan komite di bawahnya. Komite ini
bersifat top level committee dalam struktur organisasi RMC;
Market Liquidity Risk Committee merupakan komite yang
fokus terhadap pembahasan atas permasalahan-permasalahan dari aktivitas usaha bank yang memiliki Inheren Risk berasal dari
Risiko Pasar dan Risiko Likuiditas. Komite ini bersifat middle level committee dalam struktur organisasi RMC;
Credit Risk Committee merupakan komite yang fokus terhadap
pembahasan atas permasalahan-permasalahan dari aktivitas usaha bank yang memiliki Inheren Risk berasal dari Risiko Kredit.
Komite ini bersifat middle level committee dalam struktur organisasi RMC;
Operational Risk Committee merupakan komite yang fokus
terhadap pembahasan atas permasalahan-permasalahan dari aktivitas usaha bank yang memiliki Inheren Risk berasal dari
Risiko Operasional dan Risiko lainnya Risiko Strategik, Risiko Reputasi, Risiko Hukum dan Risiko Kepatuhan.
Komite ini bersifat middle level committee dalam struktur organisasi RMC. Dalam melaksanakan fungsi dan peran setiap committee untuk
membantu manajemen dalam melakukan pengendalian risiko, pengawasan atas kebijakan dan optimalisasi fungsi manajemen risiko,
setiap sub committee memiliki tim Staf Supporting Group SSG yang
30
bertugas untuk membantu mempersiapkan manajemen dalam upaya pengendalian risiko melalui administrasi dan penyusunan analisis serta
kebijakan maupun pedoman yang akan direkomendasikan khusus dalam masing-masing komite. SSG bersifat lower level committee
dalam struktur organisasi RMC.
Tugas dan tanggung jawab organisasi Risk Management Committee adalah sebagai berikut :
Risk Management Committee
Wewenang dan tanggung jawab Risk Management Committee adalah sebagai berikut :
a. Penetapan kebijakan manajemen risiko serta perubahannya,
termasuk strategi manajemen risiko dan contingency plan dalam kondisi eksternal tidak normal terjadi ;
b. Penetapan atas perbaikan dan penyempurnaan penerapan Manajemen Risiko yang dilakukan secara berkala maupun
insidentil sebagai akibat dari suatu perubahan kondisi eksternal dan internal Bank yang mempengaruhi kecukupan permodalan
dan profil risiko Bank dan hasil evaluasi terhadap efektivitas penerapan tersebut ;
c. Penetapan justification atas hal-hal yang terkait dengan keputusan-keputusan bisnis yang menyimpang dari prosedur
normal irregularities, seperti keputusan pelampauan ekspansi usaha yang signifikan dibandingkan dengan rencana bisnis
bank yang telah ditetapkan sebelumnya atau pengambilan posisieksposur risiko yang melampaui limit yang telah
ditetapkan ;
d. Penetapan perubahan materi yang terdapat pada kebijakan dan prosedur penerapan manajemen risiko ;
e. Melakukan evaluasi
terhadap penerapan
model-model pengukuran risiko bank ;
f. Memastikan dilakukannya pengawasan risiko melalui penetapan toleransi atau limit risiko yang dapat diterima serta alokasi
modal terkait cadangan risiko untuk seluruh kegiatan operasional bank ;
g. Mengkoordinasikan dan memantau seluruh strategi manajemen risiko ;
h. Menyetujui strategi manajemen risiko yang melampaui kewenangan pimpinan satuan kerja operasional ;
i. Penetapan risk appetite risk tolerance atas produk dan aktivitas baru dan sesuai dengan kemampuan bank untuk
melaksanakan produk dan aktivitas baru tersebut ; j. Penetapan contingency plan dalam kondisi tidak normal worst
case scenario ;
31
k. Melakukan pemantauan kecukupan permodalan bank terhadap risk exposure sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku ;
l. Mengevaluasi efektivitas pelaksanaaan manajemen risiko.
Market Liquidity Risk Committee
Wewenang dan tanggung jawab Market Liquidity Risk Committee MRC adalah sebagai berikut :
a. Melakukan penyusunan kebijakan dan prosedur manajemen
risiko serta perubahannya, termasuk menyusun rekomendasi strategi manajemen risiko dan contingency plan dalam kondisi
eksternal tidak normal terjadi ;
b. Menyusun langkah-langkah perbaikan dan penyempurnaan serta merekomendasikan
penerapan Manajemen
Risiko yang
dilakukan secara berkala maupun insidentil sebagai akibat dari suatu perubahan kondisi eksternal dan internal Bank yang
mempengaruhi kecukupan permodalan dan profil risiko Bank dan hasil evaluasi terhadap efektivitas penerapan tersebut ;
c. Melakukan analisis bisnis dan merekomendasikan hal-hal yang terkait dengan keputusan-keputusan bisnis yang menyimpang
dari prosedur
normal irregularities,
seperti keputusan
pelampauan ekspansi usaha yang signifikan dibandingkan dengan rencana bisnis bank yang telah ditetapkan sebelumnya
atau pengambilan posisieksposur risiko yang melampaui limit yang telah ditetapkan;
d. Merekomendasikan perubahan materi yang terdapat pada kebijakan dan prosedur penerapan manajemen risiko ;
e. Melakukan evaluasi
terhadap penerapan
model-model pengukuran risiko bank ;
f. Mengkoordinasikan dan memantau seluruh strategi manajemen risiko ;
g. Menganalisis dan merekomendasikan strategi manajemen risiko yang
melampaui kewenangan
pimpinan satuan
kerja operasional;
h. Mengkaji proposal mengenai produk dan aktivitas baru dan menilai kemampuan bank untuk melaksanakan produk dan
aktivitas baru tersebut ; i. Melakukan evaluasi terhadap penyusunan contingency plan
dalam kondisi tidak normal worst case scenario dan merekomendasikan perubahan apabila diperlukan ;
j. Melakukan pemantauan kecukupan permodalan bank terhadap risk exposure sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku ;
k. Mengevaluasi efektivitas pelaksanaaan manajemen risiko.
32
Ruang lingkup kewenangan Komite Market Liquidity Risk Committee sesuai dengan penjelasan tersebut diatas.
SSG – Market Liquidity Risk Committee
Wewenang dan tanggung jawab SSG - Market Liquidity Risk Committee SSG-MRC adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan bahan rapat MRC khususnya berkenaan dengan
kebijakan umum manajemen risiko pasar dan likuiditas dan melengkapinya dengan hasil-hasil laporan sebelumnya ;
2. Menyiapkan laporan yang bersifat informatif untuk menjelaskan apa saja yang perlu ditanggapi berkenaan dengan kebijakan
manajemen risiko ; 3. Mengembangkan teknik-teknik dan metode-metode yang sesuai
dan dapat di implementasikan berkenaan dengan konsep manajemen risiko ;
4. Menyiapkan simulasi mengenai metodologi manajemen risiko yang akan dibahas dalam rapat MRC ;
5. Memantau pelaksanaan hasil-hasil rapat MRC ; 6. Mengumpulkan dan menganalisa data, membuat kesimpulan
hasil analisis
dan konsep
rekomendasi untuk
bahan pertimbangan ;
7. Mempersiapkan materi terkait kaji ulang kebijakan risiko yang signifikan sesuai dengan strategi bisnis keseluruhan yang dapat
mempengaruhi eksposur risiko sebagai bahan pembahasan dalam next higher level committee ;
8. Memantau serta mengevaluasi terhadap keseluruhan komposisi risiko dalam portofolio bank ;
9. Tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan MRC.
Credit Risk Committee CRC CRC bertugas untuk membantu manajemen dalam merumuskan
kebijakan, mengawasi
pelaksanaan kebijakan,
memantau perkembangan dan kondisi portofolio pekreditan serta memberikan
saran-saran langkah perbaikan. Wewenang dan tanggung jawab Credit Risk Committee CRC adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan permasalahan yang bersifat signifikan dan material,
meliputi penyusunan kebijakan dan prosedur bidang kredit serta perubahannya, perbaikan atau penyempurnaan penerapan
termasuk strategi kebijakan kredit serta contingency plan apabila terdapat kondisi yang tidak normal ;
2. Merumuskan dan
merekomendasikan perbaikan
dan penyempurnaan penerapan manajemen risiko kredit yang
dilakukan secara berkala maupun insidentil sebagai akibat dari suatu perubahan kondisi eksternal dan internal Bank yang
33
mempengaruhi kecukupan permodalan dan profil risiko Bank dan hasil evaluasi terhadap efektivitas penerapan tersebut ;
3. Merumuskan kebijakan perkreditan berdasarkan hal-hal khusus yang dikehendaki risk appetite yang berkaitan dengan :
a. Target market ; b. Segmentasi ;
c. Risk Mitigation ; d. Merumuskan limit kewenangan memutus kredit.
4. Mengawasi pelaksanaan Kebijakan Perkreditan Bank KPB secara konsisten serta merumuskan pemecahan masalah apabila
terdapat hambatankendala
dalam penerapan
Kebijakan Perkreditan Bank KPB ;
5. Melaksanakan pengkajianevaluasi secara berkala terhadap Kebijakan Perkreditan Bank KPB dan memberikan saran kepada
Direksi apabila diperlukan perubahan atau penambahan Kebijakan Perkreditan Bank KPB ;
6. Melaksanakan pengkajian
terhadap efektivitas
Sistem Pengendalian Internal Perkreditan secara berkala;
7. Merumuskan perubahan materi yang terdapat pada kebijakan dan prosedur penerapan manajemen risiko kredit ;
8. Melakukan evaluasi
terhadap penerapan
model-model pengukuran risiko bank ;
9. Merumuskan strategi manajemen risiko kredit yang melampaui kewenangan pimpinan satuan kerja operasional ;
10. Menyusun analisa dan merekomendasikan risk appetite risk tolerance atas produk dan aktivitas baru bidang perkreditan dan
sesuai dengan kemampuan bank untuk melaksanakan produk dan aktivitas baru bidang perkreditan tersebut ;
11. Memantau dan mengevaluasi : a. Perkembangan dan kualitas portofolio perkreditan secara
keseluruhan termasuk perkembangan dan kualitas kredit yang diberikan kepada pihak yang terkait dengan bank dan debitur-
debitur besar tertentu ;
b. Pelaksanaan kewenangan memutus kredit dan ketentuan Batas Minimum Pemberian Kredit BMPK ;
c. Penyelesaian kredit bermasalah sesuai dengan yang ditetapkan dalam Kebijakan Perkreditan Bank KPB ;
d. Kepatuhan dalam memenuhi ketentuan mengenai kecukupan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai CKPN ;
e. Debitur-debitur besar tertentu dan kredit yang berada dalam daftar kredit dalam pengawasan khusus ;
f. Pencapaian target Rencana Kerja dan Pengawasan Kredit Bermasalah ;
34
g. Perencanaan dan pelaksanaan operasional di bidang perkreditan.
SSG
– Credit Risk Committee
Wewenang dan tanggung jawab SSG – Credit Risk Committee
SSG - CRC adalah sebagai berikut : a. Mempersiapkan bahan rapat CRC khususnya berkenaan
dengan kebijakan umum manajemen risiko pasar dan likuiditas dan melengkapinya dengan hasil-hasil laporan sebelumnya ;
b. Menyiapkan laporan
yang bersifat
informatif untuk
menjelaskan apa saja yang perlu ditanggapi berkenaan dengan kebijakan manajemen risiko ;
c. Mengembangkan teknik-teknik dan metode-metode yang sesuai dan dapat di implementasikan berkenaan dengan
konsep manajemen risiko ; d. Menyiapkan simulasi mengenai metodologi manajemen risiko
yang akan dibahas dalam rapat CRC ; e. Memantau pelaksanaan hasil-hasil rapat CRC ;
f. Mengumpulkan dan menganalisa data, membuat kesimpulan hasil analisis dan konsep rekomendasi untuk bahan
pertimbangan ; g. Melakukan kaji ulang kebijakan risiko yang signifikan sesuai
dengan strategi bisnis keseluruhan yang dapat mempengaruhi eksposur risiko ;
h. Memantau serta
mengevaluasi terhadap
keseluruhan komposisi risiko dalam portofolio bank ;
i. Tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan CRC.
Operational Risk Committee Seperti hal-nya MRC dan CRC, ORC bertugas untuk membantu
manajemen dalam merumuskan kebijakan, mengawasi pelaksanaan kebijakan, memberikan saran-saran langkah perbaikan, serta
menyusun langkah-langkah contingency plan kegiatan operasional bank dalam kondisi tidak normal. Secara spesifik, wewenang dan
tanggung jawab Operational Risk Committee ORC adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan kebijakan dan prosedur manajemen risiko terkait kegiatan operasional bank beserta perubahannya, termasuk
strategi manajemen risiko dan contingency plan dalam kondisi eksternal tidak normal terjadi;
2. Merumuskan dan
merekomendasikan perbaikan
dan penyempurnaan penerapan manajemen risiko operasional yang
dilakukan secara berkala maupun insidentil sebagai akibat dari suatu perubahan kondisi eksternal dan internal Bank yang
35
mempengaruhi kecukupan permodalan dan profil risiko Bank dan hasil evaluasi terhadap efektivitas penerapan tersebut ;
3. Menganalisis dan merumuskan hal-hal yang terkait dengan keputusan-keputusan bisnis yang menyimpang dari prosedur
normal irregularities, seperti keputusan pelampauan limit operasional bank dibandingkan dengan nilai yang telah
ditetapkan sebelumnya atau pengambilan posisiexposure risiko yang melampaui limit yang telah ditetapkan ;
4. Menganalisis dan merumuskan perubahan materi yang terdapat pada kebijakan dan prosedur penerapan manajemen risiko
operasional ; 5. Melakukan
evaluasi terhadap
penerapan model-model
pengukuran risiko operasional bank ; 6. Memastikan dilakukannya pengawasan risiko melalui penetapan
toleransi atau limit risiko yang dapat diterima serta alokasi modal terkait cadangan risiko untuk seluruh kegiatan
operasional bank ;
7. Mengkoordinasikan dan memantau seluruh strategi manajemen risiko operasional ;
8. Menganalisis dan memberikan rekomendasi atas strategi manajemen risiko yang melampaui kewenangan pimpinan
satuan kerja operasional ; 9. Menganalisis dan merekomendasikan risk appetite risk
tolerance atas produk dan aktivitas baru dan sesuai dengan kemampuan bank untuk melaksanakan produk dan aktivitas
baru tersebut ;
10. Mengembangkan dan memberikan rekomendasi langkah- langkah contingency plan dalam kondisi tidak normal worst
case scenario ; 11. Melakukan pemantauan kecukupan permodalan bank terhadap
risk exposure sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku ; 12. Mengevaluasi efektivitas pelaksanaaan manajemen risiko.
Pelaksanaan fungsi ORC berlaku untuk seluruh kegiatan operasional bank kecuali kegiatan yang terkait dengan Teknologi
Informasi. Pengawasan direksi atas pengembangan kegiatan Teknologi Informasi telah dilakukan oleh komite tersendiri yakni IT
Steering Committee. Batasan atas pelaksanaan kewenangan ORC adalah melakukan analisis dan memberikan rekomendasi diluar
hal-hal sebagai berikut : a Rencana Strategis Teknologi Informasi ;
b Kebijakan dan Prosedur Teknologi Informasi seperti kebijakan
pengamanan Teknologi Informasi dan manajemen risiko terkait penggunaan Teknologi Informasi di bank ;
36
c Kesesuaian proyek Teknologi Informasi dengan Rencana Strategis Teknologi Informasi ;
d Kesesuaian pelaksanaan proyek Teknologi Informasi dengan rencana proyek project charter yang disepakati ;
e Kesesuaian Teknologi Informasi dengan kebutuhan sistem informasi manajemen yang mendukung pengelolaan kegiatan
usaha bank ; f Pemantauan atas kinerja Teknologi Informasi.
SSG – Operational Risk Committee
Wewenang dan tanggung jawab SSG – Operational Risk
Committee SSG - ORC adalah sebagai berikut : a. Mempersiapkan bahan rapat ORC khususnya berkenaan dengan
kebijakan umum
manajemen risiko
operasional dan
melengkapinya dengan hasil-hasil laporan sebelumnya ; b. Menyiapkan laporan yang bersifat informatif untuk menjelaskan
apa saja yang perlu ditanggapi berkenaan dengan kebijakan manajemen risiko;
c. Mengembangkan teknik-teknik dan metode-metode yang sesuai dan dapat di implementasikan berkenaan dengan konsep
manajemen risiko ; d. Menyiapkan simulasi mengenai metodologi manajemen risiko
yang akan dibahas dalam rapat ORC ; e. Memantau pelaksanaan hasil-hasil rapat ORC ;
f. Mengumpulkan dan menganalisa data, membuat kesimpulan hasil
analisis dan
konsep rekomendasi
untuk bahan
pertimbangan ; g. Melakukan kaji ulang kebijakan risiko yang signifikan sesuai
dengan strategi bisnis keseluruhan yang dapat mempengaruhi exposure risiko ;
h. Memantau serta mengevaluasi terhadap keseluruhan komposisi risiko dalam portofolio bank ;
i. Tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan ORC. Hubungan dengan Committee lain
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance yang baik sebagai bagian dari
upaya bank dalam melakukan pertumbuhan usaha yang memiliki nilai tambah dan pencapaian visi serta misi yang telah ditetapkan, bank
memiliki susunan komite lainnya berada dibawah kewenangan Direksi yakni sebagai berikut :
1. Asset Liabillity Committee ALCO : komite ini fokus kepada
pencapaian rentabilitas, pricing strategy, evaluasi performansi bank terkait gap management, BMPK dan PDN, dan melakukan review
37
terkait penempatan dana serta posisi sumber dana untuk mendapatkan cost of fund yang optimal ;
2. Information Technology Steering Committee ITSC : committee ini dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris dan Direksi dalam
melakukan pengawasan terkait pengembangan dan pengelolaan Teknologi Informasi.
Komite yang berada dibawah RMC dapat berkoordinasi dengan komite lainnya yang berada pada ruang lingkup bank dan dapat secara
bersama-sama memberikan rekomendasi kepada Direksi dalam hal ini RMC sebagai forum komite tertinggi dan pengambil keputusan terkait
keputusan-keputusan
strategis terhadap
pengembangan dan
pengelolaan kegiatan usaha bank. Masing-masing komite bersifat mandiri karena memiliki ruang lingkup kewenangan yang berbeda
namun memiliki tugas dan fungsi yang sama sebagai perumus rekomendasi kepada Direksi terkait kebijakan strategis bank.
b. Credit Policy Committe CPC
Pembentukan tim Credit Policy Committe CPC telah disahkan melalui Surat Keputusan Direksi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
dan Banten, Tbk., Nomor 580SKDIR-MR2011 tanggal 13 Oktober 2011 tentang Pembentukan Anggota Susunan Tim ALCO, CPC, dan
RMC bank bjb. Berikut adalah susunan tim Credit Policy Committe CPC:
Ketua CPC
: Direktur Utama Wakil Ketua
: Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko Sekretaris
: Pemimpin Divisi Manajemen Risiko Anggota Permanen :
1. Direktur Treasury Internasional 2. Direktur Komersial
3. Direktur Konsumer 4. Pemimpin Divisi Korporasi Komersial
5. Pemimpin Divisi Konsumer 6. Pemimpin Divisi Mikro Ritel
7. Pemimpin Divisi Card Center Electronic Banking 8. Pemimpin Divisi Treasury
9. Pemimpin Divisi Kepatuhan dan Hukum
10. Pemimpin Divisi Audit Internal 11. Pemimpin Divisi Perencanaan Strategis
12. Pemimpin Divisi Internasional 13. Pemimpin Divisi Credit Risk Reviewer
Anggota Non Permanen: 1. Pemimpin Divisi Jaringan dan Pengembangan Layanan
2. Pemimpin Divisi Akuntansi
38
3. Pemimpin Divisi SDM 4. Pemimpin Divisi Manajemen Anak Perusahaan
5. Pemimpin Divisi Layanan Operasional
Tim CPC memiliki tugas pokok sebagai berikut: 1. Merumuskan dan menetapkan permasalahan yang bersifat
signifikan dan material, meliputi penyusunan kebijakan kredit beserta perubahannya, perbaikan atau penyempurnaan penerapan
termasuk strategi kebijakan kredit serta contingency plan apabila terdapat kondisi yang tidak normal;
2. Menetapkan hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang menyimpang dari prosedur normal di bidang kredit antara lain
keputusan pelampauan
ekspansi kredit
yang signifikan
dibandingkan dengan Rencana Bisnis Bank yang telah ditetapkan sebelumnya.
Merumuskan kebijakan perkreditan berdasarkan hal-hal khusus yang dikehendaki risk appetite yang berkaitan dengan:
a. Target market dan porsi; b. Segmentasi;
c. Risk Mitigation; d. Maksimum hapus buku.
3. Merumuskan limit kewenangan memutus kredit; 4. Menetapkan kebijakan dalam hal kredit bermasalah berupa:
a. Penyelamatan rescheduling, reconditioning, restructuring atau b. Penyelesaian melalui proses di pengadilan ataupun proses di
luar pengadilan. 5. Mengawasi pelaksanaan KPB secara konsisten serta merumuskan
pemecahan masalah apabila terdapat hambatankendala dalam penerapan KPB;
6. Melaksanakan pengkajianevaluasi secara berkala terhadap KPB dan memberikan saran kepada Direksi apabila diperlukan
perubahan atau penambahan KPB; 7. Melaksanakan
pengkajian terhadap
efektivitas Sistem
Pengendalian Internal Perkreditan secara berkala; 8. Memantau serta memberikan saran atas perencanaan dan
pelaksanaan training di bidang perkreditan; 9. Memantau dan mengevaluasi :
a. Perkembangan dan kualitas portofolio perkreditan secara keseluruhan termasuk perkembangan dan kualitas kredit yang
diberikan kepada pihak yang terkait dengan bank dan debitur- debitur besar tertentu;
b. Pelaksanaan kewenangan memutus kredit dan ketentuan BMPK;
39
c. Kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan dan peraturan lainnya dalam pelaksanaan pemberian kredit;
d. Penyelesaian kredit bermasalah sesuai dengan yang ditetapkan dalam KPB;
e. Kepatuhan dalam memenuhi ketentuan mengenai kecukupan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai CKPN;
f. Debitur-debitur besar tertentu dan kredit yang berada dalam daftar kredit dalam pengawasan khusus;
g. Pencapaian target Rencana Kerja dan Pengawasan Kredit Bermasalah.
c. ALCO Asset Liability Committee
bank bjb telah membentuk ALCO berdasarkan SK Direksi Nomor 580SKDIR-MR2011 tanggal 13 Oktober 2011 tentang Pembentukan
Anggota Susunan Tim ALCO, CPC dan RMC bank bjb.
Adapun terkait Susunan Anggota ALCO bank bjb berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor 580SKDIR-MR2011 tanggal 13 Oktober
2011. Adapun susunan Tim ALCO sebagai berikut :
Susunan Tim Asset Liability Committee ALCO Penanggung Jawab : Direksi
Ketua : 1. Direktur Treasury Internasional
2. Direktur Komersial 3. Direktur Konsumer
Sekretaris : 1. Pemimpin Divisi Treasury
2. Pemimpin Divisi Manajemen Risiko Anggota
1.
Pemimpin Divisi Korporasi Komersial 2. Pemimpin Divisi Konsumer
3. Pemimpin Divisi Mikro 4. Pemimpin Divisi Perencanaan Strategis
5. Pemimpin Unit Card Center 6. Pemimpin Unit Electronic Banking
7. Pemimpin Divisi Keuangan Akuntasi 8. Pemimpin Divisi Internasional
9. Pemimpin Divisi Institutional Banking 10. Pemimpin Divisi Credit Risk Reviewer
11. Pemimpin Divisi Jaringan Pengembangan Layanan Anggota Non Permanen:
1. Pemimpin Divisi Teknologi Informasi 2. Pemimpin Divisi Umum
3. Pemimpin Divisi Kepatuhan Hukum
40 4.
Pemimpin Divisi Corporate Secretary 5. Pemimpin Divisi Sumber Daya Manusia
6. Pemimpin Divisi Layanan Operasional 7. Pemimpin Divisi Pendidikan Pelatihan
8.
Pemimpin Divisi Change Management Office 9. Pemimpin Divisi Audit Internal
10. Pemimpin Divisi Manajemen Anak Perusahaan 11. Pemimpin Kantor Wilayah
Susunan Tim Staff Suppoting Group SSG – ALCO
Ketua SSG ALCO : Pemimpin Divisi Treasury
Wakil Ketua 1. Pemimpin Divisi Korporasi Komersial
2. Pemimpin Divisi Konsumer 3. Pemimpin Divisi Manajemen Risiko
Sekretaris 1. Pemimpin Group Manajemen Likuiditas ALM
2. Pemimpin Group Risiko Likuiditas Pasar 3. Pemimpin Group Komersial
Anggota 1. Pemimpin Divisi Mikro
2. Pemimpin Unit Card Center 3. Pemimpin Unit Electronic Banking
4. Pemimpin Divisi Internasional 5. Pemimpin Divisi Institutional Banking
6. Pemimpin Divisi Credit Risk Reviewer 7. Pemimpin Divisi Keuangan Akuntasi
8. Pemimpin Divisi Perencanaan Strategis 9. Pemimpin Group Perencanaan Strategis
10. Pemimpin Group Korporasi 11. Pemimpin Group Ritel Divisi Mikro
12. Pemimpin Group Treasury Trading 13. Pemimpin Group Trade Finance Services
14. Pemimpin Group Operational TI 15. Pemimpin Group Likuiditas
16. Pemimpin Group Akutansi Manajemen 17. Pemimpin Group Risiko Kredit
18. Pemimpin Group Risiko Operasional 19. Pemimpin Group Business Legal
20. Pemimpin Group Hubungan Investor 21. Pemimpin Group KPR Business Process
22. Pemimpin Group Pengembangan Produk Prosedur, Divisi Mikro
41
23. Pemimpin Group Pengembangan Produk Prosedur, Divisi Korporasi Komersial
24. Pemimpin Group Pengembangan Produk Prosedur, Divisi Konsumer
Tugas – Tugas Pokok Tim ALCO Asset Liability Committee:
1. Bertanggung jawab atas pencapaian rentabilitas bank sesuai dengan target keuntungan laba, pertumbuhan neraca dan beberapa ukuran
rentabilitas yang telah ditetapkan dalam anggaran ; 2. Melakukan rapat secara berkala minimum sebulan sekali untuk
menilai, merencanakan
dan mengambil
langkah berupa
kebijaksanaan dan action plan untuk mengejar target rencana kerja dan anggaran dengan realisasi yang terjadi serta usulan
kemungkinan perubahan anggaran ;
3. Merumuskan dan memutuskan pricing strategy yang meliputi : a. Credit Pricing Based Lending Rate, Time Deposit, Deposit on
Call, dll b. Deposit Pricing Demand Deposit, Time Deposit, Deposit on Call,
dll c. Pricing Produk dan Jasa Bank Lainnya.
4. Melakukan rapat secara berkala untuk menilai, mengevaluasi performance Bank yang berkaitan dengan posisi gap management,
Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK dan Posisi Devisa Netto PDN ;
5. Mengevaluasi posisi risiko suku bunga bank dan strategi Bank untuk memastikan bahwa hasil risk taking position Bank telah konsisten
dengan tujuan pengelolaan risiko suku bunga; 6. Melakukan review secara periodik posisi likuiditas bank dan
merumuskan besarnya
persentase likuiditas
yang akan
dipertahankan oleh bank ; 7. Melakukan review secara periodik posisi alokasi penempatan dana
bank pada aktiva yang menghasilkan earning assets dan merumuskan pada alokasi dana pada earning assets yang optimal ;
8. Melakukan review secara periodik posisi sumber dana bank dan merumuskan komposisi jenis-jenis sumber dana yang menghasilkan
Cost of Fund yang optimal ; 9. Melakukan review secara periodik posisi dan exposure penempatan
dana di pasar uang antara bank dengan menetapkan limit global besarnya aset bank pada penempatan dana di pasar uang ;
42
10. Melakukan review dan merencanakan secara periodik posisi kualitas Porfolio perkreditan, juga menetapkan besarnya posisi Loan to
Deposit Ratio LDR yang akan diambil bank ; 11. Melakukan pembahasan mengenai posisi permodalan bank dalam
upaya mencapai posisi Capital Adequacy Ratio CAR yang ditentukan oleh Bank Indonesia dengan melaksanakan capital
planning yang cermat ;
12. Melakukan review pembahasan mengenai posisialokasi dana pada penyertaan dan investasi bank pada surat-surat berharga, serta pada
jumlah yang optimal atas harta tetap dan inventaris kantor ; 13. Mereview deviasi antara hasil actual dengan proyeksi anggaran dan
rencana bisnis bank ; 14. Menyampaikan
informasi kepada
Direksi mengenai
setiap perkembangan ketentuan dan peraturan terkait yang mempengaruhi
strategi dan kebijakan bank ; 15. Melaksanakan rapat-rapat lainnya yang diisyaratkan oleh perubahan-
perubahan yang terjadi di pasar ataupun perubahan-perubahan dari segi regulasi pemerntahan yang terjadi secara tiba-tiba.
Adapun ketentuan tim ALCO adalah : 1. Anggota ALCO terdiri dari anggota permanen dan non permanen.
2. Setiap anggota permanen mempunyai satu hak suara dalam proses
pengambilan keputusan melalui voting, sedangkan anggota non permanen tidak mempunyai hak suara.
3. Hasil akhir proses voting merupakan suatu usulan tim ALCO yang nantinya keputusan akhir ada dalam rapat Direksi.
d. Information Technology Steering Committee ITSC
Susunan Komite Pengarah Teknologi Informasi menurut Surat Keputusan Direksi PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
Banten, Tbk., Nomor 0280SKDIR-TI2011 tanggal 28 April 2011 tentang Perubahan Pembentukan Komite Pengarahan Teknologi
Informasi sebagai berikut:
Pengarah : Direksi
Ketua : Direktur Operasi
Wakil Ketua : Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko
Sekretaris : Pemimpin Divisi Teknologi Informasi
Anggota Permanen : 1. Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko; 2. Pemimpin Divisi Layanan Operasional;
3. Pemimpin Divisi Keuangan dan Akuntansi; 4. Pemimpin Divisi Card Center dan Electronic
Banking.
43
Anggota : Pemimpin Divisi lainnya yang berkaitan dengan
Tidak Permanen pembahasan agenda rapat komite.
Wewenang dan Tanggung Jawab Komite Pengarah Teknologi Informasi adalah memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi
dalam kegiatan terkait Teknologi Informasi Informasi yang paling kurang mencakup :
a Rencana Strategis IT Information Technology Strategic Plan yang sesuai dengan rencana strategis kegiatan usaha Bank. Dalam
memberikan rekomendasi, Komite Pengarah Teknologi Informasi hendaknya memperhatikan faktor efisiensi, efektivitas serta hal-hal
sebagai berikut :
1 Rencana pelaksanaan road-map untuk mencapai kebutuhan Teknologi Informasi yang mendukung strategi bisnis Bank. Road
map terdiri dari kondisi saat ini current state, kondisi yang ingin dicapai future state serta langkah-langkah yang akan dilakukan
untuk mencapai future state ;
2 Sumber daya yang dibutuhkan ; 3 Keuntunganmanfaat yang akan diperoleh saat rencana
diterapkan. b Perumusan kebijakan dan prosedur Teknologi Informasi yang utama
seperti kebijakan pengamanan Teknologi Informasi dan manajemen risiko terkait penggunaan Teknologi Informasi di Bank ;
c Kesesuaian proyek-proyek Teknologi Informasi yang disetujui dengan Rencana Strategis Teknologi Informasi, Komite Pengarah
Teknologi Informasi juga menetapkan status prioritas proyek Teknologi Informasi yang bersifat kritikal berdampak signifikan
terhadap kegiatan operasional Bank misalnya penggantian core banking application, server production dan topologi jaringan ;
d Kesesuaian pelaksanaan proyek-proyek Teknologi Informasi dengan rencana proyek project charter yang disepakati dalam service level
agreement. Komite Pengarah Teknologi Informasi hendaknya melengkapi rekomendasi dengan hasil analisis dari proyek-proyek
Teknologi Informasi yang utama sehingga memungkinkan Direksi mengambil keputusan secara efisien ;
e Kesesuaian Teknologi Informasi dengan kebutuhan sistem informasi manajemen yang mendukung pengelolaan kegiatan usaha Bank ;
f Efektivitas langkah-langkah meminimalisasi risiko atas investasi Bank pada sektor Teknologi Informasi dan bahwa investasi tersebut
memberikan kontribusi terhadap tercapainya tujuan bisnis Bank ;
44
g Pemantauan atas kinerja Teknologi Informasi, dan upaya peningkatan misalnya dengan mendeteksi keusangan Teknologi
Informasi dan mengukur efektivitas dan efisiensi penerapan kebijakan pengamana Teknologi Informasi ;
h Upaya penyelesaian berbagai masalah terkait Teknologi Informasi yang tidak dapat diselesaikan oleh satuan kerja pengguna dan
satuan kerja penyelenggara. Komite Pengarah Teknologi Informasi dapat memfasilitasi hubungan antar kedua satuan kerja tersebut ;
i Kecukupan dan alokasi sumber daya yang dimiliki Bank. Apabila sumber daya yang dimiliki tidak memadai dan Bank akan
menggunakan jasa pihak lain dalam penyelenggaraan Teknologi Informasi maka Komite Pengarah Teknologi Informasi harus
memastikan Bank telah memiliki kebijakan dan prosedur terkait ;
j Wewenang dan tanggung jawab pengurus dan anggota Komite Pengarah Teknologi Informasi diatas tetap mempertimbangkan
wewenang dan tanggung jawab yang melekat pada jabatan misal independensi.
Syarat Sah Penyelenggaraan Rapat Komite Pengarah Teknologi Informasi, dalam setiap penyelenggaraan rapat Komite Pengarah
Teknologi Informasi. Rapat dinyatakan sah bila dihadiri minimal oleh Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Anggota Permanen atau pejabat
setingkat Pemimpin Bagian yang mewakilinya.
Jadwal Kegiatan rapat Komite Pengarah Teknologi Informasi minimal satu kali dalam 3 tiga bulan atau dalam keadaan tertentu rapat dapat
diadakan sewaktu-waktu. Rapat Komite Pengarah Teknologi Informasi harus dilengkapi dengan berita acara atau notulen rapat yang dilampiri
daftar hadir peserta rapat dan dilaporkan kepada Direksi dan seluruh anggota komite.
Pengembangan IT Strategic Plan Bank bjb 2012-2017 dijelaskan hal- hal sebagai berikut :
Pembaharuaan ITSP sangat diperlukan oleh bank bjb karena :
-
ITSP memuat tujuan dan strategi pengembangan usaha bank bjb ;
-
ITSP memberikan acuanarah kebijakan pengembangan TI bank bjb
sehingga keselarasan antara kebutuhan bisnis dan pengembangan infrastruktur TI dapat senantiasa terpenuhi ;
- ITSP menjadi referensi untuk pengadaan fasilitas TI ;
Untuk menangkap vision dari segenap business leaders bank bjb diperlukan adanya interview dengan segenap stakeholder TI.
45
e. Tim Peneliti dan Pertimbangan Masalah Kepegawaian TPPMK bank bjb telah membentuk Tim Peneliti dan Pertimbangan Masalah
Kepegawaian bank bjb yang berdasarkan Surat Keputusan terakhir adalah Surat Keputusan Direksi Nomor 106SKDIR-SDM2008
tanggal 11 Februari 2008 tentang Pembentukan Tim Peneliti dan Pertimbangan Masalah Kepegawaian Bank Jabar Banten.
Susunan Tim terdiri dari : Ketua
: Pemimpin Divisi Sumber Daya Manusia Wakil Ketua : Pemimpin Divisi Audit Intern
Sekretaris : Pemimpin Bagian Administrasi Sumber Daya Manusia
Anggota :
1. Pemimpin Divisi Manajemen Risiko 2. Pemimpin Divisi Kepatuhan dan Hukum
3. Pemimpin Divisi dari Unit Bisnis terkait Narasumber
Tugas dan tanggung jawab Tim Peneliti dan Pertimbangan Masalah Kepegawaian adalah :
1 Berdasarkan instruksi Direksi melaksanakan penelitian terhadap hasil temuan pengawasanaudit baik internal maupun eksternal
yang memerlukan tindak lanjut dalam penetapan hukuman disiplin ; 2 Memberikan saranpertimbangan kepada Direksi mengenai tindak
lanjut penetapan hukuman disiplin kepada pegawai yang terbukti lalai dan atau melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku.
11.
Corporate Secretary
Sejalan dengan prinsip keterbukaan dan ketentuan Bank Indonesia mengenai kewajiban pengungkapan informasi bank, Corporate Secretary
bertanggung jawab atas komunikasi dan penyampaian informasi yang penting mengenai bank kepada Otoritas Perbankan, Moneter dan Pasar
Modal, Pemegang Saham serta masyarakat umum. Sepanjang tahun 2012 Corporate Secretary telah melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
1. Mempersiapkan rapat-rapat Dewan Komisaris dan Direksi, mencatat notulen rapat dan mendistribusikannya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan ; 2. Mengirimkan pemberitahuan dan mempersiapkan segala sesuatunya
untuk penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham, dan mempublikasikan hasil keputusan rapat ;
3. Menjaga hubungan baik dengan otoritas Pasar Modal dan mempersiapkan
laporan-laporan mengenai
pengungkapan keterbukaan informasi Perseroan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku ; 4. Melakukan koordinasi dan administrasi pencatatan kepemilikan saham
dan tindakan korporasi ;
46
5. Mengkoordinasikan public relations dan marketing communications
untuk bank bjb ;
6. Mengelola dan melakukan kegiatan promosi produk dan jasa bank, termasuk pembuatan Buku Laporan tahunan ;
7. Mengelola hubungan kelembagaan counterparty ; 8. Mengkoordinasikan dan memantau tindak lanjut atas pengaduan
nasabah ; 9. Melaksanakan pembinaan cabang dalam bidang kehumasan,
pengaduan nasabah dan kesekretariatan ; 10. Melaksanakan program CSR Corporate Social Responsibility sebagai
wujud kepedulian dan kontribusi bank bjb terhadap peningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar ;
11. Melaksanakan prinsip kehati-hatian dan kepatutan terhadap peraturan Bank Indonesia, peraturan perundang-undangan, serta peraturan
intern bank lainnya yang berlaku ; 12. Melaksanakan program edukasi perbankan untuk masyarakat umum.
12. Penyebarluasan Informasi
Informasi keuangan dalam bentuk Laporan Keuangan selalu di publikasikan setiap tiga bulan di surat kabar berskala lokal dan nasional.
Dalam rangka memberikan edukasi dan informasi, bank bjb menyediakan situs web
www.bankbjb.co.id yang dapat diakses oleh stakeholder dan
masyarakat umum.
13. Peringkat Obligasi Hasil pemeringkatan dari PT Pefindo terhadap Obligasi bank bjb, bank
bjb memperoleh peringkat idAA
-
Double A Minus Stable Outlook per 1 November 2012
– 1 November 2013.
II. PENERAPAN FUNGSI
KEPATUHAN, FUNGSI
AUDIT DAN
PENGELOLAAN RISIKO 1. Penerapan fungsi Kepatuhan, Audit Intern dan Audit Ekstern.
a. Fungsi Kepatuhan
Fungsi, tugas, tanggungjawab Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan
A. Fungsi Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan a. Mewujudkan terlaksananya Budaya Kepatuhan pada
semua tingkatan organisasi dan kegiatan usaha Bank ; b. Mengelola Risiko Kepatuhan yang dihadapi oleh Bank ;
c. Memastikan agar kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur serta kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank
telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk
47
Prinsip Syariah bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah; dan
d. Memastikan kepatuhan Bank terhadap komitmen yang dibuat oleh Bank kepada Bank Indonesia danatau
otoritas pengawas lain yang berwenang. B. Tugas Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan
Tugas dan tanggung jawab Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan, paling kurang mencakup :
a. Merumuskan strategi guna mendorong terciptanya Budaya Kepatuhan Bank ;
b. Mengusulkan kebijakan kepatuhan atau prinsip-prinsip kepatuhan yang akan ditetapkan oleh Direksi ;
c. Menetapkan sistem dan prosedur kepatuhan yang akan digunakan untuk menyusun ketentuan dan pedoman in-
ternal Bank ; d. Memastikan bahwa seluruh kebijakan, ketentuan,
sistem, dan prosedur, serta kegiatan usaha yang dilakukan Bank telah sesuai dengan ketentuan Bank In-
donesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk Prinsip Syariah bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah ;
e. Meminimalkan Risiko Kepatuhan Bank ; f. Melakukan tindakan pencegahan agar kebijakan
danatau keputusan yang diambil Direksi Bank atau pimpinan Kantor Cabang Bank Asing tidak menyimpang
dari ketentuan
Bank Indonesia
dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku ; g. Melakukan tugas-tugas lainnya yang terkait dengan
Fungsi Kepatuhan. Tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud di atas
tidak menghilangkan hak dan kewajiban Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan sebagai anggota Direksi
Bank sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, apabila untuk perbuatan-perbuatan
tertentu tersebut diperlukan keputusan dari seluruh anggota Direksi Bank.
Tanggung jawab Direktur Kepatuhan
Tanggung jawab Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan a Memastikan semua rancangan keputusan yang menjadi
cakupan tugasnya telah diketahui dan diuji, sepanjang rancangan keputusan tersebut disampaikan secara terbuka
kepada Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan ;
48
b Memastikan bahwa rancangan keputusan yang menurut pengkajian Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan
mengandung unsur pelanggaran benar-benar dipatuhi untuk tidak dilaksanakan oleh forum atau pejabat pembuat keputusan;
c Memastikan bahwa Bank telah memenuhi seluruh peraturan Bank Indonesia, peraturan Perundang-undangan lainnya dan
Kebijakan Intern Bank yang berlaku dalam rangka menjamin kepatuhan terhadap hukum dan prinsip kehati-hatian ;
d Memastikan Good Corporate Governance telah dilaksanakan ; e Memastikan penerapan prinsip mengenal nasabah telah
dilaksanakan ; f Memastikan Manajemen risiko Kepatuhan telah dilaksanakan.
Peran Direktur Kepatuhan dalam Pelaksanaan Penerapan Good Corporate Governance GCG.
Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan berkewajiban memastikan penerapan Good Corporate Governance GCG serta
memantau pelaksanaannya.
Tugas Satuan Kerja Kepatuhan
Peran, Tanggung Jawab Divisi Kepatuhan Tugas dan tanggung jawab Divisi Kepatuhan paling kurang
mencakup: a. Membuat langkah-langkah dalam rangka mendukung terciptanya
Budaya Kepatuhan pada seluruh kegiatan usaha Bank pada setiap jenjang organisasi;
b. Melakukan identifikasi,
pengukuran, monitoring,
dan pengendalian terhadap Risiko Kepatuhan dengan mengacu
pada peraturan
Bank Indonesia
mengenai Penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank Umum ; c. Menilai
dan mengevaluasi
efektivitas, kecukupan,
dan kesesuaian kebijakan, ketentuan, sistem maupun prosedur yang
dimiliki oleh Bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;
d. Melakukan review danatau merekomendasikan pengkinian dan penyempurnaan kebijakan, ketentuan, sistem maupun prosedur
yang dimiliki oleh Bank agar sesuai dengan ketentuan Bank In- donesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
termasuk Prinsip Syariah bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah;
e. Melakukan upaya-upaya untuk memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, sistem dan prosedur, serta kegiatan usaha Bank
49
telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
f. Melakukan tugas-tugas lainnya yang terkait dengan Fungsi Kepatuhan.
Tanggung Jawab Utama
a. Terkait ke Strategi Perusahaan 1. Melakukan koordinasi dengan divisi lain dalam menyusun
dan merumuskan Rencana Bisnis Divisi ; 2. Mengelola penerapan manajemen risiko bidang Kepatuhan;
3. Menyusun, merumuskan dan mengembangkan Buku Pedoman Perusahaan BPP dan Kebijakan Fungsi
Kepatuhan ; 4. Menyusun, merumuskan dan mengembangkan arah,
kebijakan, dan Standar Operasional Prosedur SOP serta dokumentasi Fungsi Kepatuhan.
b. Anggaran 1. Mempersiapkan, mengkoordinasikan, dan mengontrol
anggaran Satuan Kerja KepatuhanDivisi Kepatuhan, sesuai dengan rencana kerja yang telah disusun ;
2. Memanfaatkan anggaran yang ada se-efisien dan se-efektif mungkin, memastikan agar program dan sistem berjalan
secara cost effective efektif dari segi biaya. c. Terkait ke Kepatuhan
a Memastikan pelaksanaan Pedoman Kepatuhan yang berisi kerangka kerja, kebijakan dan proses yang tepat untuk
memastikan terpenuhinya peraturan Bank Indonesia, Peraturan Bapepam LK dan perundang-undangan lainnya
yang berlaku. Mengembangkan suatu program kepatuhan bagi Bank dan bekerjasama dengan divisi lain untuk
memperjelas tanggung jawab masing-masing pihak ;
b Mengembangkan prosedur kepatuhan pada setiap satuan kerja, dengan menginformasikan perubahan peraturan
perundang-undangan yang berlaku untuk disesuaikan ke dalam pedoman internal bank oleh Divisi terkait ;
c Mengembangkan,melaksanakan dan mempertahankan kepatuhan bank dengan memberikan pandangan kepada
pihak manajemen mengenai masalah hukum yang ditemukan ;
d Mengembangkan, melaksanakan dan mempertahankan kepatuhan bank terhadap penerapan kebijakan, prosedur
dan panduan mengenai anti tindak pencucian uang dan tindak pidana terorisme ;
50
e Bertindak sebagai pihak yang dihubungi di Bank mengenai penanganan secara internal laporan transaksi yang
mencurigakan dari staff dan juga pihak yang dapat
dihubungi untuk Unit Anti-Money Laundring oleh instansi pemerintah
yang berkepentingan
terhadap tindak
pencucian uang ini ; f Melakukan kajian atas kebijakan bank yang belum selaras
dengan peraturan perundangan yang berlaku ; g Memberikan
masukan kepada
pihak manajemen
mengenai masalah Kepatuhan dan potensi dampak, trend serta perkembangan peraturan yang ada ;
h Melaksanakan penyelidikan mandiri atas setiap transaksi yang mencurigakan, yang dilaporkan baik oleh staff Bank
sendiri ataupun oleh nasabah Bank ; i Memastikan bahwa Bank selalu memenuhi persyaratan
regulasi dalam waktu yang tepat ; j Mengkaji aspek kepatuhan atas usulan produk baru dan
pengembangan bisnis baru ; k Mengkaji aspek kepatuhan atas dokumentasi publik
mengenai Bank, termasuk data yang ditampilkan di web- site Bank ;
l Menanggapi dokumen konsultatif ataupun diskusi terkait aspek hukum dan kepatuhan yang diterbitkan oleh badan
regulasi perbankan atau keuangan ; m Meningkatkan kesadaran akan kepatuhan di antara para
staff dengan cara memberikan informasi, publikasi dan pelatihan mengenai Kepatuhan secara regular ;
n Melaksanakan pemantauan Kepatuhan ; o Memastikan Bank selalu mematuhi peraturan yang
berlaku; d. Kajian
a Melakukan kajian aspek kepatuhan dan penerapan prinsip kehati-hatian terhadap peraturan internal Bank antara lain
berupa Surat Keputusan, Surat Edaran, dan bentuk surat lainnya sesuai tata naskah dinas Bank yang berlaku serta
perjanjian atau dokumen hukum lainnya baik yang telah berjalan ataupun yang diajukan;
b Mempertahankan operasional bisnis berjalan sesuai ketentuan.
e. Manajemen Divisi Mempekerjakan,
mengawasi pekerjaan,
melatih, mendampingi,
mengembangkan keterampilan,
serta
51
mengevaluasi para staff kepatuhan guna mencapai tingkat
efektivitas kinerja di Divisi ini. f. Terkait Manajemen Krisis
Berperan aktif dalam Tim Manajemen Krisis Bussiness Continuity Plan BCP sesuai dengan peran dan tanggung
jawab sebagaimana
tercantum di
dalam Buku
ManualPanduan Manajemen Krisis. g. Kerjasama Internal
Mengembangkan, mempertahankan
lini kerja,
dan memfasilitasi komunikasi dengan Divisi lain, Kantor Wilayah
Kantor Cabang, dalam hal konsultasi dan pendapat serta pendampingan hukum. Tujuannya adalah untuk memastikan
semua risiko kepatuhan telah tertangani dengan baik.
h. Pelaporan a Memastikan dilaksanakannya penyampaian laporan
kepada Bank Indonesia tentang pelaksanaan Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan, meliputi:
1. Rencana kerja kepatuhan yang dimuat dalam Rencana
Bisnis Bank RBB ; 2. Laporan kepatuhan; dan
3. Laporan khusus
mengenai kebijakan
danatau keputusan Direksi yang menurut Direktur yang
membawahkan Fungsi Kepatuhan telah menyimpang dari ketentuan Bank Indonesia danatau peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b, wajib ditandatangani oleh Direktur yang membawahkan
Fungsi Kepatuhan, dan disampaikan kepada Bank Indone- sia setiap semester dan diterima Bank Indonesia paling
lambat 1 satu bulan setelah periode pelaporan berakhir dengan tembusan kepada Dewan Komisaris dan Direktur
Utama ;
c Bank dianggap
terlambat menyampaikan
laporan kepatuhan apabila laporan diterima Bank Indonesia
melampaui batas akhir waktu penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, tetapi belum
melampaui 1 satu bulan setelah batas akhir waktu penyampaian laporan ;
d Bank dianggap tidak menyampaikan laporan kepatuhan apabila laporan tersebut belum diterima Bank Indonesia
hingga akhir batas waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 ;
e Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c
52
disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 7 tujuh hari kerja sejak diketahui oleh Direktur yang membawahkan
Fungsi Kepatuhan mengenai adanya penyimpangan.
i. Terkait Program Pengendalian Gratifikasi PPG a Menyusun Pedoman dan SOP Program Pengendalian
Gratifikasi, LHKPN, Sistem Pelaporan Pelanggaran ; b Membawahi Unit Pengendalian Gratifikasi yang berada di
bawah Grup Kepatuhan dalam mengelola pelaksanaan Program Pengendalian Gratifikasi, Perluasan LHKPN dan
Sistem Pelaporan Pelanggaran ;
c Senantiasa bekerjasama dengan KPK dalam pelaksanaan Program Pengendalian Gratifikasi.
j. Lain-lain a Mengelola penerapan Manajemen Risiko di Divisi ;
b Melaksanakan prinsip
kehati-hatian dan
kepatuhan terhadap peraturan Bank Indonesia dan Peraturan
Perundang-undangan lainnya, serta Peraturan Internal Bank yang berlaku ;
c Melakukan tindaklanjut temuan hasil pemeriksaan ; d Mengelola Buku Pedoman Perusahaan Divisi Kepatuhan ;
e Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh
Direktur yang membawahkan fungsi Kepatuhan. Kewenangan
Divisi Kepatuhan memiliki kewenangan untuk : a. Menandatangani surat-surat, memorandum dan dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan tugas Divisi Kepatuhan, sesuai batas kewenangan yang diberikan oleh Direktur yang
membawahkan fungsi kepatuhan ;
b. Melakukan kajian serta memberikan rekomendasi aspek hukum terhadap peraturan internal bank antara lain berupa
Surat Keputusan, Surat Edaran, dan bentuk surat lainnya sesuai Tata Naskah Dinas yang berlaku serta perjanjian
atau dokumen hukum lainnya baik yang telah berjalan ataupun yang diajukan ;
c. Melakukan koordinasi dengan Bank Indonesia dan Lembaga terkait lainnya dalam rangka pengelolaan tugas Divisi
Kepatuhan ;
d. Menetapkan pembagian tugas serta penegakan disiplin kepada PejabatPegawai yang menjadi tanggung jawab
penyeliaannya ; e. Memberikan penilaian kinerja terhadap Pejabat dan
Pegawai bawahannya ;
53
f. Melakukan kunjungan pembinaan dan sosialisasi kepada seluruh unit kerja
, untuk membangun budaya hukum ;
g. Menyampaikan rekomendasi untuk pengembangan Pejabat dan Pegawai Divisi Kepatuhan ;
h. Melakukan persetujuankeputusan lainnya sesuai dengan BPP kewenangan danatau keputusankebijakan Direksi
. Dalam
mengimplementasikan Fungsi
Kepatuhan, Direktur
Kepatuhan dibantu oleh Satuan Kerja Kepatuhan yang bertanggung jawab untuk membuat langkah-langkah dalam rangka mendukung
terciptanya budaya kepatuhan pada seluruh kegiatan usaha bank pada setiap jenjang organisasi, antara lain melalui pelaksanaan :
1. Melaksanakan penyempurnaan Compliance Sheet bagi bidang-
bidang operasional dan non operasional secara bertahap. 2. Melakukan pengkajian terhadap seluruh kebijakan dan prosedur
terkait produk dan jasa Bank. 3. Melakukan review atas ketentuan-ketentuan internal yang telah
diberlakukan. 4. Melakukan pemantauan kewajiban pelaporan Divisi dan Kantor
Cabang. 5. Memantau pelaksanaan hasil pemeriksaan Bank Indonesia dan
pemantauan terhadap komitmen Divisi dan Kantor Cabang atas hasil pemeriksaan Divisi Audit Internal.
6. Menginformasikan setiap ketentuan internal maupun eksternal Bank kepada unit terkait.
7. Mensosialisasikan Fungsi Kepatuhan, Ketentuan Internal Eksternal Bank kepada segenap organisasi bank bjb.
8. Membuat Sistem Aplikasi Kodifikasi Ketentuan Internal bank bjb. 9. Pengembangan SDM Bagian Kepatuhan melalui program
pendidikan dan pelatihan baik yang ditugaskan oleh Divisi Pendidikan
dan Pelatihan
maupun berdasarkan
pengajuaninisiatif dari Satuan Kerja Kepatuhan. Dalam menjalankan kegiatan usaha, bank bjb telah memenuhi
ketentuan Bank Indonesia yang terkait dengan aspek kecukupan modal, pemenuhan ketentuan bidang perkreditan, pemeliharaan
likuiditas, serta penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.
Namun untuk Kepatuhan terhadap ketentuan maupun system operasional prosedur di bidang pekreditan layanan, pengadaan
barang dan jasa masih perlu ditingkatkan mengingat masih terdapat beberapa yang complai.
54
Aspek Kepatuhan Pemenuhan
Bank Acuan
Ketentuan
Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM
17.13 ≥8
Pelampauan Pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit
BMPK Tidak ada
Tidak diperkenank
an Rasio Non Performing Loan
NPL 1.99
≤ 5
Rasio Giro Wajib Minimum GWM Primer
8.00 ≥ 8
Rasio GWM Sekunder 24.11
≥ 2.5 Rasio GWM dalam Valuta Asing
8.68 ≥ 8
Rasio Posisi Devisa Neto PDN 1.25
≤ 20
Posisi per Desember 2012
Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Program APUPPT
Pelaksanaan Program Anti Pencucian uang dan Pencegahan pendanaan Terorisme merupakan program yang dilaksanakan
secara berkesinambungan dalam rangka pemenuhan kewajiban berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 1427PBI2012
tanggal 28 Desember 2012 Tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank
Umum. Selama Tahun 2012, sebagai langkah keseriusan dalam menerapkan Program APUPPT, bank bjb telah melaksanakan
berbagai aktivitas sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengembangan dan penyempurnaan sistem aplikasi sebagai alat bantu penerapan program APUPPT
yang dapat digunakan untuk : a. mendeteksi transaksi-transaksi keuangan yang memenuhi
kriteria sebagai transaksi yang wajib dilaporkan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan,
b. mengidentifikasi pengelompokan risiko nasabah dari sisi APUPPT dan alat bantu dalam rangka pemantauan
Pengkinian Data Nasabah bank bjb;
55
2. Melaksanakan pembenahan database CIF Costumer Identification File nasabah bank bjb dalam rangka penerapan
ketentuan Single CIF; 3. Melaksanakan program pelatihan secara rutin baik pelatihan
secara regular yang diterapkan kepada calon pegawai baru maupun pelatihan yang khusus kepada pegawai yang
berhubungan langsung dengan nasabah atau pegawai yang posisisnya strategis dalam penerapan APUPPT;
4. Adapun statistik pelaksanaan program APUPPT selama tahun 2012 sebagai berikut :
Aktivitas Jumlah
Laporan Transaksi Keuangan Tunai
5337 Laporan
Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan
53 Laporan
Korespondensi dengan pihak Berwenang
67 Korespondensi
Pengkajian APUPPT 6 Kajian
Pengisian Kuisioner
Cross Border Correspondent Banking
22 Korespondensi
b. Fungsi Audit Internal
Fungsi Audit internal Bank SPFAIB yang ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi Nomor 656SK-DAI2009 tanggal 30 Juni 2009 dan
Piagam Audit Internal Audit Charter yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Direksi Nomor 657SKDIR-DAI2009 tanggal 30 Juni 2009.
Satuan kerja Audit Internal dalam tugasnya, wajib menjaga perkembangan Bank kearah yang dapat menunjang program dari
Stakeholders Manajemen, Pemerintahan, Pemegang Saham dan Masyarakat. Dalam rangka menjaga independensi fungsi audit
internal, Direksi bank bjb menempatkan Divisi Audit Internal DAI berada langsung dibawah supervisi Direktur Utama.
Pelaksanaan fungsi audit pada bank bjb dimulai dengan tahapan perencanaan audit, persiapan audit, penyusunan pre audit, penugasan
auditor, pelaporan hasil audit LHA dan Monitoring Tindak Lanjut. Laporan hasil audit disampaikan kepada Direktur Utama, Dewan
Komisaris dan Auditee atau unit kerja terkait sebagaimana prinsip Good Corporate Governance GCG.
Penerapan fungsi audit intern sebagaimana yang tercantum dalam piagam dan standar, audit intern telah melakukan pemeriksaan
sepanjang tahun 2012 secara independen dengan cakupan audit terhadap unit operasional kantor cabang, divisi dan kantor wilayah
serta proses teknologi informasi.
56
Proses pemeriksaan yang dilakukan oleh audit intern berdasarkan rencana kerja audit tahunan yang telah mendapat persetujuan dari
Dewan Komisaris. Pendekatan yang dipakai dalam pemeriksaan berdasarkan risiko risk
based audit dengan melihat profil risiko auditee. Sumber profil risiko didapat dari laporan hasil pengukuran dan analisa risiko dari satuan
kerja manajemen risiko. Pada saat dilakukan penyusunan rencana kerja, komposit bankwide tergolong Low. Oleh karena itu, untuk
kepentingan fokus pemeriksaan terhadap risiko
– risiko tersebut audit intern melakukan pengukuran dan analisis kembali dengan pendekatan
menitik beratkan skala prioritas pada auditee yang memiliki risiko tinggi. Prioritas hasil pengukuran kembali pemeriksaan untuk tahun
2012 difokuskan pada risiko kredit dan risiko operasional. Secara umum implementasi proses audit pada setiap penugasan yang
dimulai dari tahap persiapan sampai dengan pengendalian mutu telah merujuk kepada Kebijakan SPFAIB bank bjb dan realisasinya telah
sesuai dengan yang direncanakan dalam program kerja. Selama tahun 2012, realisasi kegiatan audit yang dilaksanakan
terhadap rencana audit yaitu sebagai berikut:
Aktifitas Audit Rencana
Realisasi Audit Umum Kantor Cabang
27 29
Audit Divisi 6
6 Audit Kantor Wilayah
1 1
Audit Proses Teknologi Sistem Informasi 8
8 Laporan Semester
2 2
Menjadi LO untuk Kegiatan Pemeriksaan BI 1
1 Laporan hasil audit disampaikan kepada Direktur Utama dan Dewan
Komisaris dengan ditembuskan kepada Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko serta auditee. Temuan hasil pemeriksaan selama
2012 tersebut pada umumnya bersumber dari risiko operasional pada aspek internal proses dan aspek sumber daya manusia berupa
kelemahan implementasi kebijakan dan prosedur internal dan fungsi pengendalian yang melekat pada proses bisnis dan operasional bank.
Audit intern telah memberikan rekomendasi langkah perbaikan yang telah dilaksanakan oleh auditee. Rata
– rata penyelesaian komitmen tindak lanjut sampai dengan akhir Desember 2012 sebesar 93.
Komitmen tindak lanjut yang belum selesai masih dalam batas waktu komitmen. Hal tersebut menunjukkan audit intern telah melakukan
pemantauan, analisis, dan melaporkan perkembangan tindak lanjut yang dilakukan oleh auditee.
57
Bank telah melakukan kaji ulang secara berkala setiap 3 tahun sekali terhadap efektifitas pelaksanaan kerja audit intern dan kepatuhan
terhadap SPFAIB oleh pihak ekternal. Kaji ulang terakhir dilaksanakan pada tahun 2011 oleh Auditor Independen Drs. J. Tanzil dan Rekan
dengan pokok
– pokok hasil audit Auditor Independent tersebut telah ditindaklanjuti sepenuhnya.
Terkait adanya kelemahan minor dalam tataran penyusunan kebijakan dan implementasi pada tahun 2011, sesuai ketentuan dan
perundangan yang berlaku setiap 3 tiga tahun, pedoman serta sistem dan prosedur kerja yang dimiliki bank sedang dilakukan pengkinian
oleh konsultan seiring perkembangan organisasi dan bisnis bank. Disamping itu, upaya peningkatan kompetensi terhadap sumber daya
manusia audit intern terus dijalankan secara berkesinambungan untuk mendapatkan keahlian secara spesifik dengan bekerjasama dengan
Divisi Pelatihan dan Pendidikan dengan cara mengikutsertakan pada workshop, seminar, dan pelatihan yang dilaksanakan oleh pihak
ekternal. Setiap sumber daya manusia audit intern untuk tahun 2012 telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan sesuai alokasi anggaran
hari pelatihanpendidikan rata
– rata 9 hari.
c. Fungsi Audit Eksternal
Sebagai pihak independen untuk menyampaikan laporan transparansi kondisi keuangan bank dalam rangka meningkatkan kualitas
pelaporan dan akurasi penyajian kondisi keuangan bank. Laporan Keuangan bank bjb setiap tahun diaudit oleh Akuntan Publik
KAP independen sebagai pelaksana fungsi audit eksternal. Penunjukan KAP tersebut menunjuk pada hasil rekomendasi Komite
Audit. Persyaratan lainnya yang harus dipenuhi KAP adalah terdaftar di Bank Indonesia sebagai kantor akuntan publik dan memiliki kriteria
yang disyaratkan dalam Peraturan Bank Indonesia. Auditor Independen melakukan audit sesuai dengan standar
profesional akuntan publik untuk memastikan laporan keuangan bank disusun sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.
Sesuai dengan Rapat Dewan Komisaris dan Direksi tanggal 25 Juli 2011 bank bjb menunjuk Auditor Independen Ernst Young
Indonesia Stock Exchange Building Tower 2,7
th
Floor Jl. Jend Sudirman Kav 52-53 Jakarta 12190, Indonesia . Penunjukan Auditor
Independen tersebut ditindaklanjuti dengan Perjanjian Nomor 05398PSS-AS2012.
Daftar kantor Akuntan Publik yang telah mengaudit Laporan bank bjb adalah sebagai berikut :
58 Tahun
Buku Kantor Akuntan Publik
Akuntan 2012
Ernst Young Benyanto Suherman
2011 Ernst Young
Drs. Hari Purwantono 2010
Ernst Young Drs. Hari Purwantono
2009 Ernst Young
Drs. Hari Purwantono 2008
Pricewaterhousecoopers Lucy Luciana Suhenda, SE, Ak., CPA
Laporan hasil pemeriksaan dilaporkan langsung oleh KAP ke Bank Indonesia
d. Kegiatan dan Sosialisasi Good Corporate Governance Tahun 2012
Penerapan Good Corporate Governance GCG diawali dengan penerapan budaya perusahaan yang didalamnya terdapat tata nilai
atau nilai-nilai utama yang menjadi corporate value bank bjb.
Dalam mewujudkan komitmen untuk melaksanakan praktik-praktik Good Corporate Governance GCG maka corporate value bank bjb
dijabarkan dalam bentuk code of conduct etika usaha dana tata perilaku untuk menjadi acuan perilaku bagi Komisaris, Direksi dan
seluruh pegawai bank bjb dalam mengelola perusahaan guna mencapai visi, misi dan tujuan perusahaan.
Salah satu etika perilaku yang terdapat pada code of conduct yaitu standar etika untuk menghindari benturan kepentingan dan
penyalahgunaan jabatan serta etika untuk tidak menerima gratifikasi dalam bentuk apapun yang berhubungan dengan jabatan, dan
sebagaimana diketahui salah satu cakupan dalam pelaksanaan Good Corporate Governance GCG yaitu penanganan benturan kepentingan
conflict of interest.
Maka dalam rangka implementasi standar etika pada code of conduct dan penanganan benturan kepentingan sebagai salah satu wujud
penerapan Good Corporate Governance GCG, bank bjb menerapkan Program
Pengendalian Gratifikasi
sebagaimana kesepakatan
kerjasama dengan pihak Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. Program Pengendalian Gratifikasi adalah sekumpulan perangkat dan
rangkaian kegiatan dan mekanisme pengendalian gratifikasi secara berkesinambungan guna menjaga integritas pegawai dari praktik
gratifikasi yang dilarang.
Program pengendalian gratifikasi terdiri dari pembuatan perangkat aturan tentang pengendalian gratifikasi, pembentukan organisasi yang
mengelola pengendalian gratifikasi, kegiatan sosialisasidiseminasi
59
tentang aturan pengendalian gratifikasi dan peningkatan kesadaran individu dan organisasi tentang gratifikasi serta implementasi
pengelolaan pelaporan penerimaan gratifikasi yang berkoordinasi dengan pihak Komisi Pemberantasan Korupsi KPK.
Kegiatan sosialisasidiseminasi Program Pengendalian Gratifikasi sebagai bagian dalam penerapan Good Corporate Governance GCG
pada sepanjang tahun 2012 telah dilaksanakan kepada 2.624 pegawai bank bjb termasuk kepada Direksi.
Dalam kegiatan diseminasi aturan pengendalian gratifikasi tersebut telah dilaksanakan kegiatan Penandatangan Kontrak Komitmen untuk
tidak menerima atau memberikan gratifikasi dalam bentuk apapun yang berhubungan kedudukan atau jabatan oleh para stakeholder bank bjb
antara lain Direksi, Komisaris, Pegawai, Nasabah, dan Mitra Kerja vendorsupplier.
Dalam implementasi pengelolaan pelaporan gratifikasi sampai dengan Desember 2012 telah diterima sebanyak 541 laporan penerimaan
gratifikasi senilai eq Rp. 327,8 juta yang mana sebanyak 59 laporan senilai eq Rp. 51,3 juta menjadi penanganan Komisi Pemberantasan
Korupsi KPK dalam penetapan status gratifikasi yang diterima. Berdasarkan
hasil monitoring
dan evaluasi
dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi KPK diketahui bahwa dalam menerapkan Program Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan bank BUMNBUMD,
pihak Komisi Pemberantasan Korupsi KPK akan melakukan koordinasi dengan Bank Indonesia dan menjadikan bank bjb sebagai
contoh penerapan PPG di sektor perbankan, serta selama tahun 2012 Komisi Pemberantasan Korupsi KPK telah memberikan penghargaan
kepada bank bjb, diantaranya kategori penghargaan untuk laporan
penetapan milik negara dari BUMN sebanyak 36 laporan dan penghargaan dengan pelaporan gratifikasi terkecil.
Dalam upaya untuk meningkatkan peran serta aktif para pelapor whistleblower
dalam mengungkapkanmengadukan
tindakan pelanggaran yang dilakukan para Direksi, Komisaris dan Pegawai
maka bank bjb telah membentuk Sistem Pengaduan Pelanggaran whistleblowing system bank bjb.
Sistem Pengaduan Pelanggaran whistleblowing system bank bjb adalah sistem pengelolaan pengaduan tindakan pelanggaran atau
perbuatan melawan hukum, perbuatan yang tidak sesuai prinsip etika tidak bermoral, atau perbuatan lain yang merugikan bank yang bersifat
independen dan rahasia.
Dalam aturan Sistem Pengaduan Pelanggaran whistleblowing system bank bjb pengungkapan pelaporan pelanggaran dan identitas pelapor
60
dirahasiahkan melalui media whistleblowing system, serta pelapor diberikan perlindungan.
Media Sistem Pengaduan Pelanggaran whistleblowing system bank bjb yaitu melalui :
- TeleponFax : 022 4211161
- SMS : 0811 2255 909
- Email :
pengaduan_upgbankbjb.co.id -
Surat : Unit Pengendalian Gratifikasi PO.BOX 1355 Bandung 40111
Lingkup pengaduan pelanggaran pada whistleblowing bank bjb meliputi tindakan korupsi, suap, gratifikasi yang dianggap suap,
benturan kepentingan, pencurian, kecurangan, pelanggaran pedoman etika perusahaan dan perbuatan yang menimbulkan kerugian bank.
Laporan pengaduan pelanggaran yang diterima sampai dengan Desember 2012 yaitu sebanyak 2 dua laporan terkait gratifikasi
dengan tindaklanjut tidak dapat dilaksanakan karena kebenaran pelaporan tidak dapat diklarifikasi kepada pelapor dan sebanyak 3
tiga laporan terkait keluhan pelayanan nasabah dengan tindaklanjut laporan dilaksanakan oleh Divisi Corporate Secretary dan Divisi
Jaringan dan Layanan.
2. Pengelolaan Risiko a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Manajemen Risiko disusun dan disesuaikan dengan arah dan tujuan strategi Bank yang telah ditetapkan oleh
61
Direksi. Penetapan struktur organisasi manajemen risiko juga berpedoman kepada Peraturan Bank Indonesia tentang kewenangan
manajemen risiko dalam memberi keputusan. Manajemen risiko di bank bjb mencakup pengelolaan atas Risiko Pasar, Risiko Likuiditas,
Risiko Kredit, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Reputasi, Risiko Strategik, dan Risiko Kepatuhan di seluruh aktivitas fungsional
bank sesuai dengan kompleksitas serta lini bisnis dan regulasi yang telah ditetapkan.
Tugas dan tanggung jawab Satuan Kerja Manajemen Risiko meliputi proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengawasan
eksposur risiko Bank secara keseluruhan. Satuan Kerja Manajemen Risiko bersifat independen dari unit-unit bisnis dan pendukung lainnya.
b. Pegawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi
1. Jumlah, Komposisi, Kriteria, dan Independensi Dewan Komisaris
Dewan Komisaris bank bjb dipimpin oleh Komisaris Utama Seluruh Anggotanya berdomisili di Indonesia. Dewan Komisaris bank bjb
secara keseluruhan terdiri dari 6 anggota dengan susunan sebagai berikut :
Dewan Komisaris bank bjb
1. Komisaris Utama Agus Ruswendi
2. Komisaris Muhadi
3. Komisaris Independen Achmad Baraba
4. Komisaris Independen Klemi Subiyantoro
5. Komisaris Independen Yayat Sutaryat
6. Komisaris Independen Rudhyanto Moduto
Jumlah anggota Dewan Komisaris adalab 6 enam orang dan lebih dari 60 anggota Dewan Komisaris merupakan Komisaris Independen. Oleh
karena itu, bank bjb telah memenuhi Ketentuan Bank Indonesia yang menyebutkan bahwa angota Dewan Komisaris paling sedikit 3 tiga
orang dan paling banyak sama dengan Jumlah Direksi.
2. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris
Sebagai bentuk dari pengawasan aktif Dewan Komisaris terhadap Manajemen, bank membentuk Komite Pemantau Risiko yang berfungsi
sebagai pihak independen untuk meningkatkan pelaksanaan Tata Kelola yang baik melalui fungsi dari Dewan Komisaris. Dewan
62
Komisaris sebagai penanggung jawab utama dalam menyetujui dan mengevaluasi Kebijakan Manajemen Risiko yang mencakup hal-hal
sebagai berikut : 1 Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk memahami dengan
baik jenis dan tingkat risiko yang melekat pada aktivitas usaha bank serta terinformasi mengenai karakterisitik, kompleksitas,
metodologi pengukuran dan pengelolaan risiko yang dihadapi bank. Hal ini dapat tercermin dari intensnya undangan rapat oleh
Komite Pemantau Risiko dengan SKMR yang membahas antara lain mengenai Pengembangan Enterprise Risk Management
ERM, Penyusunan Sistem Statistik baru pada Divisi Manajemen Risiko, Pengembangan Budaya Mitigasi risiko di Kantor Cabang,
Penyempurnaan Kebijakan-kebijakan Surat undangan Rapat Komite Pemantau Risiko nomor 12DK-KPR2012 tanggal 16 Mei
2012.
2 Dewan Komisaris bertanggung
jawab untuk memastikan
penerapan Manajemen Risiko telah memadai sesuai profil risiko bank. SKMR secara rutin minimal setiap triwulan melakukan rapat
koordinasi dengan Komite Pemantau Risiko untuk membahas mengenai kesesuaian metodologi manajemen risiko dalam rangka
memastikan penerapan Manajemen Risiko telah memadai yaitu salh satunya berupa penerapan risk permium dalam pemberian
kredit baik kepada korporasi maupun individu Surat undangan Rapat Komite Pemantau Risiko no. 12DK-KPR2012 tanggal 23
Mei 2012.
3 Dewan Komisaris secara berkala melakukan review dan persetujuan atas penerapan Manajemen Risiko yang mencakup
antara lain kebijakan, struktur, alokasi sumber daya, proses Manajemen Risiko, sistem informasi, pelaporan, dan independent
review assurance atas pelaksanaan Manajemen Risiko. Proses review tersebut diperlukan untuk mengembangkan metogologi
Manajemen Risiko yang lebih advance sehingga dapat menangkap eksposur risiko yang memiliki signifikansi terhadap bank. review
tersebut telah dilakukan melalui Rapat Komite Pemantau Risiko Notulen Rapat Komite Pemantau Risiko tanggal 23 Mei 2012
dengan Agenda rapat Pembahasan Program Kerja Divisi Manajemen Risiko dan tindaklanjut pertemuan rapat pertama
melalui rapat kembali dengan Komite Pemantau Risiko dengan agenda rapat Laporan Program Kerja Satuan Kerja Manajemen
Risiko SKMR tahun 2012.
3. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris