14
a
Pengelolaan kelas.
Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan
adalah tuntutan bagi seorang guru dalam pengelolaan
kelas.
b
Penggunaan media dan sumber belajar.
Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajran yang perlu dikuasai guru di samping pengeloaan kelas adalah
menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar.
c
Penggunaan metode pembelajaran.
Kemampuan yang berikutnya adalah penggunaan metode pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih dan
menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi
yang akan disampaikan.
3
Penilaian Pembelajaran
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditunjukkan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan
pemebelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki
kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan
penggunaan hasil evaluasi.
9
Selain pendapat di atas, penjelasan mengenai tugas pokok guru juga dikemukakan oleh Sukadi sebagai berikut:
1 Merencanakan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran harus dilakukan oleh seorang guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi guru
9
Direktorat PMPTK, Penilaian Kinerja Guru, h. 22.
15
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Perencanan itu dapat berupa perencanaan jangka pendek, menengah dan jangka panjang berupa silabus dan RPP sebagai
pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
2 Melaksanakan Pembelajaran
Untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah dibuat, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang
baik dalam
melaksanakan proses
belajar mengajar.
Kemampuan melaksanakan proses belajar mengajar ini meliputi:
kemampuan dalam
membuka pelajaran,
melaksanakan inti proses belajar mengajar, dan menutup pelajaran.
Dalam melaksanakan proses belajar mengajar, guru harus mampu menyampaikan materi dengan baik, menggunakan
metode dan media pembelajaran yang tepat, mengajukan pertanyaan dan memberikan penguatan. Hal tersebut harus
dilaksanakan oleh guru dengan baik agar tercipta kegiatan
pembelajaran yang baik.
3 Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru diharapkan untuk melaksanakan evaluasipenilaian. Kemampuan guru
dalam mengevaluasi pembelajaran ini meliputi: kemampuan dalam
melaksanakan tes,
mengolah hasil
penilaian, melaporkan hasil penilaian, dan melaksanakan program
remedialperbaikan pembelajaran.
Penilaianevaluasi ini
dimaksudkan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik
dalam hal penguasaan materi pelajaran yang telah ditetapkan.
4 Menindak lanjuti Hasil Evaluasi Pembelajaran
Program remedialperbaikan pembelajaran pada dasarnya merupakan tindak lanjut dari evaluasi yang telah dilakukan.
16
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, dapat ditentukan materi mana saja yang perlu untuk dilakukan pendalaman dan
materi yang dianggap telah dikuasai oleh peserta didik
sehingga tidak perlu dilakukan pendalaman materi.
5 Melakukan Bimbingan dan Konseling
Berbagai latar
belakang siswa
yang berbeda
akan menimbulkan perbedaan dalam kegiatan belajarnya. Dari
kondisi seperti itu, adakalanya terdapat siswa yang membutuhkan
bantuan guru
untuk menyelesaikan
permasalahannya, baik melalui bantuan secara akademis maupun secara psikologis. Guru harus mampu berperan
sebagai seorang konselor bagi siswanya. Melalui bantuan dan bimbingan dari guru, diharapkan permasalahan yang dialami
siswa dapat diatasi.
10
Pendapat selanjutnya menurut Hamzah B. Uno yang dikutip dari Uzer juga menjelaskan mengenai tugas guru sebagai suatu profesi
meliputi mendidik dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan IPTEK,
sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada peserta didik.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat menjadi orang tua kedua, dapat memahami peserta
didik dengan tugas perkembangannya mulai dari sebagai makhluk bermain homoludens, sebagai makhluk remajaberkarya homopither,
dan sebagai makhluk berpikirdewasa homosapiens dan membantu peserta didik dalam mentransformasikan drinya sebagai upaya
pembentukan sikap dan membantu peserta dalam mengidentifikasi diri peserta itu sendiri.
11
10
Sukadi, Guru Powerful, Guru Masa Depan, Bandung: Kolbu, 2006, h.26
11
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan,Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h. 20-21
17
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Kinerja merupakan penampilan kerja seseorang dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan.
Dalam kenyataanya, banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam bekerja.
Abraham H. Maslow, mengemukakan bahwa ”man is waiting
being -he always wants, and lie wants more. This process is unending. A satisfied needs is not motivator of behavior. Only unsatisfied need
motive behaviour. Man’s need are arrange in a series of level Orang adalah makhluk yang berkeinginan selalu ingin dan ingin lebih banyak.
Proses ini tiada mengenal henti. Suatu kebutuhan yang telah memuaskan tidak menjadi motivator perilaku. Hanya kebutuhan-
kebutuhan yang belum terpuaskan menjadi motivator perilaku. Kebutuhan manusia tersusun dan berjenjang.
12
Maslow dalam teori hirarki kebutuhan, menurutnya motivasi dan kinerja seseorang akan dipengaruhi oleh lima kategori kebutuhan yaitu:
kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, kebutuhan akan rasa harga diri, serta kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kebutuhan fisiologis physiological needs. Kebutuhan ini paling rendah tingkatannya, dan memerlukan pemenuhan yang paling
mendesak, misalnya kebutuhan akan makanan, minuman, air, dan udara. Kebutuhan ini juga dapat mempengaruhi kinerja guru. Jika guru
sudah merasa aman akan kebutuhan yang sifatnya mendesak ini, maka guru tinggal memikirkan hal yang lain yang lebih bermanfaat bagi tugas
dan tanggungjawabnya sebagai guru. Kebutuhan rasa aman safety needs. Kebutuhan tingkat kedua ini
adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya,
misalnya kebutuhan akan pakaian, tempat tinggal, dan perlindungan atas tindakan yang sewenang-wenang. Kebutuhan ini juga sangat
12
Hikmat, Manajemen Pendidikan,Bandung : CV Pustaka Setia, 2009 Cet. I, h. 275
18
mempengaruhi kinerja guru, seorang guru yang merasa tidak tenang akan keterpenuhannya tempat tinggal dan perlindungan tindak
sewenang-wenang, maka pikirannya tidak terfokus pada kerja dan profesionalnya, melainkan ia akan memikirkan keamanan dan
kenyamanan di tempat ia bekerja. Kebutuhan kasih sayang belongingnesss and love neeeds.
Kebutuhan ini mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lainnya, baik dengan
sesama jenis maupun dengan yang berlainan jenis, di lingkungan keluarga ataupun di masyarakat, misalnya rasa disayangi, diterima, dan
dibutuhkan oleh orang lain. Seorang guru harus mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari lingkungan di tempat ia bekerja, jika
perhatian dan kasih sayang tersebut telah diberikan, maka ia akan berusaha melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.
Kebutuhan akan rasa harga diri esteem needs. Kebutuhan ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah penghormatan atau
penghargaan dari diri sendiri, dan bagian yang kedua adalah penghargaan dari orang lain. Misalnya hasrat untuk memperoleh
kekuatan pribadi dan mendapat penghargaaan atas apa-apa yang dilakukannya. Guru yang merasa dihargai akan hasil kerjanya, maka dia
akan merasa nyaman dan lebih giat lagi untuk mendidik anak didiknya. Kebutuhan akan aktualisasi diri need for self actualization.
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling tinggi dan akan muncul apabila kebutuhan yang ada dibawahnya sudah terpenuhi
dengan baik. Misalnya pemusik menciptakan komposisi musik atau seorang ilmuan menemukan suatu teori yang berguna bagi kehidupan.
Seorang guru akan merasa bangga ketika pendapat dan masukannya serta karya seorang guru dapat diterima dan diindahkan oleh sekolah.
13
Kelima faktor tersebut juga sangat berpengaruh dalam peningkatan kinerja guru di sekolah. Kepala sekolah, sebagai pimpinan tertinggi
13
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, ...., h. 146
19
pada struktur organisasi sekolah seyogyanya dapat memenuhi kelima aspek kebutuhan tersebut, sehingga guru dapat meningkatkan
produktifitas kerjanya dengan aman, nyaman, serta lebih giat lagi.
d. Pembinaan Kinerja Guru
Menurut Ali Imron, pembinaan guru secara terminologi diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang
berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah dan pengawas serta pembinaan lainnya untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar.
14
Berbeda dengan pendapat Ali Imron, Suryo Subroto mengartikan pembinaan atau pengembangan guru sebagai usaha-usaha melalui
keaktifan sendiri untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan sehingga akan berguna dalam menjalankan kewajiban sebagai guru.
15
Dari dua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pembinan terhadap guru dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain melalui bantuan orang lain, baik itu kepala sekolah, pembina, ketua yayasan, pengawas dan instansi lain yang akan
memberikan pembinaan. Selain itu juga kegiatan pembinaan guru dapat dilakukan sendiri oleh guru yang bersangkutan, yaitu dengan keaktifan
dan kesadaran diri untuk mengembangkan potensi diri guru yang bersangkutan.
Ali Imron mengelompokkan pembinaan guru menjadi tiga macam pembinaan. Pertama, pembinaan kemampuan guru dalam hal
memelihara program pengajaran di kelas, Kedua, kemampuan guru dalam hal menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar anak didik, Ketiga, memperbaiki situasi belajar anak didik.
16
14
Ali Imron, Pembinaan Guru Di Indonesia, Jakarta: Pustaka Jaya, 1993 h. 9.
15
B. Surya Subroto, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, Jakarta Bina Aksara, 1984 h. 147.
16
Ali Imron, Pembinaan Guru Di Indonesia, … h. 13.
20
Dalam hal Pembinaan kemampuan guru dalam memelihara program pengajaran di kelas, kepala sekolah harus mengetahui dan
memahami tahap-tahap proses pengajaran sehingga dapat membantu kepala sekolah untuk melaksanakan pembinaan program pengajaran
kepada guru-guru. Selanjutnya kepala sekolah juga harus memahami faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi belajar anak didik,
seperti faktor motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan
keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika kepala sekolah memahami faktor-faktor di atas, maka sangat
mudah bagi kepala sekolah untuk melakukan pembinaan kepada guru dalam hal bagaimana evaluasi dan penilaian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar anak didik di sekolah. Maka kepala sekolah juga hendaknya terbuka tetapi tetap menjaga jarak dengan para tenaga
kependidikan, agar
mereka dapat
mengemukakan berbagai
permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga kependidikan.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran-peran guru tersebut apabila dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan
komitmen, maka akan memajukan sekolah dengan keprofesionalannya dalam mendidik anak. Berdasarkan berbagai uraian di atas, maka yang
dimaksud dengan kinerja guru dalam penelitian ini adalah hasil kerja yang dicapai dan diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya melalui kualitas kerja, ketepatan waktu, inisiatif dan kecakapan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kinerja guru dalam penelitian ini dapat diukur berdasarkan 5 indikator,
yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, mengevalusi hasil pembelajaran, menindak lanjuti hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan dan konseling.
21
2. Supervisi Akademik Kepala Sekolah
a. Pengertian Supervisi Akademik
Kegiatan supervisi akademis merupakan suatu bentuk layanan professional yang dikembangkan utnuk meningkatkan profesionalisme
komponen sekolah khususnya guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.
Menurut Made Mi darta pengertian “supervisi adalah suatu proses
pembimbingan dari pihak atasan kepada guru-guru dan para personalia sekolah lainnya yang langsung menangani belajar para siswa, untuk
memperbaiki situasi belajar mengajar, agar para siswa dapat meningkat
”.
17
Supervisi ini dilakukan dalam rangka mengetahui permasalahan dalam proses pembelajaran sehingga dapat dilakukan
perbaikan. Menurut Ngalim Purwanto, supervisi adalah suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
18
Dari definisi tersebut terlihat bahwa kegiatan supervisi yang dimaksud bukan untuk mengawasi dalam pengertian mencari-cari kesalahan,
melainkan untuk memberikan bantuan dan arahan. Sebagaimana dikutip Piet A. Sahertian, supervisi adalah suatu usaha menstimulus,
mengkoordinasi, dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru- guru di sekolah baik secara individu maupun kolektif, agar lebih baik
mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.
Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni: supervisi akademik dan supervisi manajerial. Supervisi akademik berupa bantuan
pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Sedangkan supervisi manajerial menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan
17
Made Pidarta, Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, h. 5.
18
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1984 Cet. 10, h. 63