Lingkungan Eksternal KPPT n Bangunan

80 Dairi. Dengan adanya kendala tersebut maka kami pegawai sudah tidak bisa bila menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, ini juga akan berpengaruh terhadap pelayanan kepada masyarakat. Dengan begitu mungkin pandangan masyarakat akan negatif terhadap pelayanan yang kami berikan.” Wawancara dengan Bapak Romedi Bangun, selasa 28 Januari 2014 Untuk itu dana operasional yang dimaksud perlu mendapat perhatian utama dari pemerintah dalam rangka merelokasi dana-dana kegiatan pembangunan daerah.

4.1.2 Lingkungan Eksternal KPPT

Lingkungan Eksternal bisa dikatakan sebagai komponen – komponen atau variabel lingkungan yang berasal dari luar organisasi. Komponen tersebut cenderung berada diluar jangkauan organisasi, artinya organisasi tidak bisa melakukan intervensi terhadap komponen – komponen tersebut. namun dapat mempengaruhi organisasi, baik yang bersifat positif maupun negatif. Lingkungan eksternal bersifat kompleks dan selalu berubah dari waktu ke waktu, oleh karena itu diperlukan adaptasi dari organisasi terhadap lingkungannya agar mampu betahan dan bersaing.

1. Faktor Sosial

Faktor sosial yang dimaksudkan disini diartikan sebagai analisis terhadap keadaan sosial berupa fenomena-fenomena sosial yang terjadi didalam masyarakat yang dapat memperngaruhi terlaksananya aktivitas sebuah organisasi. Pada aspek sosial ini terlihat bahwa adanya anggapan – anggapan masyarakat yang berbeda – beda terhadap manfaat IMB, dan juga adanya terdapat keluhan – keluhan masyarakat yang mengurus Izin Mendirikan Bangunan IMB. Universitas Sumatera Utara 81 Beberapa pendapat masyarakat menyatakan bahwa IMB itu adalah penting, yaitu untuk menjaga keamanan terhadap bangunan yang dimiliki. Namun yang menjadi Keluhan masyarakat tersebut adalah tingginya tarif retribusi izin mendirikan bangunan sehingga masyarakat merasa terbebani untuk mengurus izin mendirikan bangunan, belum lagi sulitnya proses yang harus dilalui masyarakat untuk memperoleh izin tersebut. selain itu, membutuhkan waktu yang lama untuk mengeluarkan surat izin tersebut yaitu sekitar 14 hari. Berbeda lagi dengan tanggapaan masyarakat yang tidak mengurus Izin Mendirikan Bangunan IMB yaitu mereka menganggap bahwa Izin Mendirikan Bangunan IMB itu tidak begitu penting. Ada tidaknya izin mendirikan bangunan sama saja tidak ada bedanya, mereka merasa bangunannya tidak bermasalah dan aman – aman saja. wawancara dengan masyarakat yang tidak mengurus IMB yaitu, Jumat 31 Januari 2013 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek sosial yang demikian dapat menjadi tantangan bagi KPPT dalam menjalankan tugas dan fungsinya guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

2. Faktor Politik

Faktor politik yang dimaksud dalam hal ini adalah analisis terhadap kebijakan atau perubahan politik yang terjadi dan memberi pengaruh terhadap organisasi dalam menjalankan aktivitasnya, termasuk dalam hal perumusan strategi KPPT. Faktor politik yang berpengaruh terdadap KPPT yakni Undang- Undang NO 32 Tahun 2004 sebagai awal adanya otonomi daerah dan Undang – Universitas Sumatera Utara 82 Undang NO 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan daerah, dimana APBD bersumber dari Pendapatan Asli Daerah yang antara lain berupa Pajak dan Retribusi Daerah. Kabupaten Dairi menetapkan izin mendirikan bangunan menjadi salah satu jenis retribusi daerah sebagai sumber pendapatan daerah, yang dikelola oleh KPPT Kabupaten Dairi berdasarkan Peraturan Daerah No 7 Tahun 2011 tentang pajak dan retribusi daerah. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan politik yang dikeluarkan tersebut dapat dijadikan sebagai peluang bagi KPPT untuk mengembangkan potensinya guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

3. Faktor Ekonomi

Dalam hal faktor ekonomi ini terlihat bahwa kurangnya kesiapan masyarakat dalam pembiayaan administratif. Biaya administrasi merupakan kendala yang dialami oleh para masyarakat yang tidak mempunyai uang dan pendapatan kecil. Sesuai realita yang ada pada pembahasan sebelumnya bahwa memang di Kabupaten Dairi masih banyak masyarakat yang sudah membangun namun belum memiliki IMB, ini disebabkan karena ketidakmampuan dalam membayar retribusi IMB dan rata-rata tingkat pendapatan mereka tergolong kecil. Hal ini diuangkapkan oleh salah seorang masyarakat yang belum mengurus IMB: “Kami tau sebenarnya IMB itu sangat dibutuhkan, tetapi yang menjadi kendalanya yaitu biaya yang harus kami keluarkan. Coba bayangkan saja untuk membangunkan rumah saja kami masih ngutang sana ngutang sini, bagaimana harus membayar biaya untuk mengurus IMB. Saya rasa itu akan menambahkan beban bagi keluarga saya.” Wawancara dengan masyarakat, Ibu Purnama, Jumat 31 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara 83 Sejalan dengan pendapat Ibu Bainah Simbolon mengenai informasi IMB menyatakan bahwa : “Awalnya saya tidak tahu mengenai IMB ini, tetapi ketika saya hendak membangun rumah saya ini, saya disarankan oleh tetangga saya agar mengurus IMB agar lebih terjamin keberadaan keamanan bangunan saya di kemudian hari. Namun, saya tidak mengurusnya karena uang saya hanya cukup untuk membangun rumah saya. Saya tidak mempunyai uang lebih untuk mengurus IMB tersebut, sementara pendapatan saya setiap bulannya tidak begitu besar hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari saja.”Wawancara, Sabtu 1 Februari 2014

4. Faktor Teknologi

Semakin majunya ilmu dan teknologi merupakan peluang bagi Bidang Pengelolaan Izin Mendirikan Bangunan pada Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Dairi untuk meningkatkan retribusi daerah. Salah satu bentuk realisasinya adalah dengan penggunaan sistem komputerisasi yang akan meningkatkan efisiensi organisasi dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Karena fakta yang ada bahwa sarana dan prasarana Bidang Pengelolaan Izin Mendirikan Bangunan masih jauh dari memadai dalam menunjang tugas dan tanggung jawabnya. Jadi pemanfaatan kemajuan ilmu dan teknologi bisa menjadi peluang untuk meningkatkan kinerja Bidang Pengelolaan Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan dalam upaya meningkatkan pendapatan retribusi Izin Mendirikan Bangunan. 5. Kerjasama dengan Pihak Swasta Dalam pengelolalan pelayanan perizinan bidang Izin Mendirikan Bangunan perlu juga dilakukan kerja sama dengan pihak – pihak yang terkait. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah melalui retribusi daerah khususnya pada retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Universitas Sumatera Utara 84 Salah satunya adalah melakukan kerjasama dengan pihak swasta, dengan cara memberikan sebagian atau seluruhnya tugas pengelolaan maupun pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan dapat menjadi peluang dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi. Peluang kerjasama pada jenis retribusi yang lain bisa juga dilakukan sejauh memberi manfaat bagi masyarakat dan pemerintah setempat. Sejauh ini kerjasama dengan pihak swasta, dengan cara memberikan sebagian atau seluruhnya tugas pengelolaan maupun pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan belum pernah menjadi wacana bagi Pemda Kabupaten Dairi umumnya pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu di Bidang Pengelolaan Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan pada khususnya. Banyak yang harus dipertimbangkan untuk menuju kesana. Karena segala sesuatu pasti ada baik dan buruknya. Namun demikian faktor ini bisa menjadi peluang agar pelayanan fasilitas retribusi Izin Mendirikan Bangunan makin profesional. Universitas Sumatera Utara 85

BAB V ANALISIS DATA

Pada bab ini, hasil penyajian data yang ada akan dianalisis dengan tetap mengacu kepada hasil interpretasi data tersebut sesuai dengan fokus kajian dalam penelitian ini. Dari seluruh data yang telah di sajikan secara menyeluruh yang diperoleh selama penelitian, baik dengan melakukan studi pustaka, melakukan wawancara kepada informan, serta juga melakukan pengamatanobeservasi terhadap fenomena yang ada yang tekait dengan masalah retribusi izin mendirikan bangunan. Dalah hal ini peneliti menggunakan Teknik Analisis SWOT.

5.1. Analisis SWOT

Berdasarkan analisis dan temuan isu strategi yang telah diuraikan diatas maka pada tahap selanjutnya akan membahas mengenai apa yang menjadi kekuatan strength andalan bagi KPPT untuk pengelolaan dan kelemahan weaknes faktor yang menjadikan KPPT sulit menjalankan tugas dan fungsinya dapat ditinjau dari segi internal KPPT. Pengaruh eksternal dari organisasi dapat diidentifikasi dengan peluang opportunity yang merupakan kesempatan- kesempatan yang diciptakan oleh dunia luar KPPT yang dapat menjadikan KPPT lebih berkembang dalam hal pelayanan perizinan khususnya pada retribusi izin mendirikan bangunan, dan ancaman threat yaitu berupa persaingan-persaingan di lingkungan eksternal yang memungkinkan KPPT sulit untuk berkembang bahkan hal buruk lainnya. Universitas Sumatera Utara